STADIUM AKHIR 26

63 45 0
                                    

....






"Tio Lo mau kemana?"

Rafa sontak menoleh menatap ke arah, di sana Karin masih setia berdiri sembari menatap ke arah lain. Ia menoleh kembali menatap Kanaya disertai tangannya terus saja menggenggam tangan Kanaya seperti takut Kanaya akan pergi dari sana.

Pria itu memikirkan bagaimana hancurnya perasaan Tio saat ini tapi ia tidak cukup mampu untuk melepaskan genggaman tangan Kanaya. Egois bukan? Tapi Rafa tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, ia tidak perduli jika sebagai orang akan menyebutnya egois. Yang terpenting untuknya adalah Kanaya. Rafa menoleh lagi ke pintu yang sudah tertutup rapat, rupanya Karin tidak ikut masuk.

Rafa kembali menatap gadis yang tengah melawan koma nya itu. Tidak lama kemudian, Zidan masuk ke dalam ruang ICU, pria itu sedikit terkejut saat melihat Rafa ada di sana.

"Rafa?" Ucap Zidan sembari menghampiri Rafa.

Rafa menoleh lalu memberikan senyumnya kepada Zidan.

"Dari tadi?" Tanya Zidan membuat Rafa lantas mengangguk.

"Lo memang pria yang baik untuk Kanaya. Bahkan di saat-saat seperti ini Lo tetap mencintainya dengan sangat tulus." Rafa sedikit tersenyum.

"Bagaimana dengan Tante Bella? Tante Bella pasti sangat terpukul dengan keadaan sekarang."

Zidan menghela nafas panjang lalu tersenyum.

"Mama baik baik saja, dia mencoba untuk bisa terima semua ini."

"Syukurlah."

"Lalu bagaimana dengan denganmu?"

Mendengarkan pertanyaan yang dilontarkan oleh Zidan membuat Rafa terkekeh pelan.

"Bang Zidan pasti merasakan hal yang sama denganku. Jadi gue rasa bang Zidan pasti sudah tau jawabannya." Ucap Rafa membuat Zidan terkekeh jadinya.

"Iya juga ya. Hahaha..."

"Bang." Ucap Rafa pelan.

"Apa benar Kanaya tidak mencintai ku?"

"Bagaimana bisa kamu mempercayai kebohongan itu."

"Tapi Kanaya sendiri yang mengatakannya."

"Percaya saja apa yang gue katakan, jangan terlalu memikirkan kebohongan yang di ucapkan Kanaya. Hari akan malam, pulanglah biar Kanaya gue yang jaga."

"Nggak bang, gue akan tetap di sini."

"Rafa, lo keliatan sangat lelah. Pulang dan istrahat lah. Kalau Kanaya sadar terus liat keadaan Lo yang kayak gini dia pasti akan sangat sedih."

Rafa terdiam beberapa menit, pria itu lalu berdiri sembari menatap Kanaya lekat.

"Jika Kanaya akan sadar, tolong hubungi gue." Ucapnya.

"Tenang aja, Lo orang pertama yang akan gue kasi tau."

"Makasih bang." Ucap Rafa membuat Zidan mengangguk.

Setelah itu, Rafa melangkahkan kakinya keluar dari sana. Rumah sakit nampak cukup ramai di penuhi orang orang sakit maupun keluarga mereka. Rafa menghentikan langkahnya saat melihat beberapa orang suster dan seorang wanita paru baya mendorong brankar. Wanita paru baya itu terus saja menangis, sepertinya yang terbaring lemah di atas brankar itu adalah putranya.

Belum selesai melihat itu tiba tiba saja lima orang pria yang tidak ia kenali datang menghampirinya.

"Ternyata mencari bede*ah ini cukup sulit. Aahkk jika tau begini seharusnya gue meminta Vero membayarku mahal." Ucap salah satu pria itu.

STADIUM AKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang