10 - Verbena

299 39 1
                                    

Finchia POV

Aku pun mendekati pinggiran danau melihat pantulan diriku dari permukaan air.

"Aku tidak mengerti... Apakah dia benar-benar muak dengan kehidupan? Hingga aku juga ingin mati" tanya ku seorang diri dan mencelupkan ujung jari ku ke danau.

Dingin... Lebih dingin dari air hujan, aku juga ingin memiliki perasaan yang sedingin danau ini, tidak mudah untuk tersakiti, dan kuat oleh banyaknya hal yang menyakitkan.

Mungkinkah jika aku menceburkan tubuhku ke dalam danau ini aku akan berubah dan memiliki perasaan yang dingin?

Konyolnya... Tentu saja itu tidak akan terjadi.

Hahaha

Aku tertawa dengan kecut, menatap ke arah langit yang gelap.

"Ini tidak adil!" Ucapku dengan kesal ke arah langit yang gelap itu. Seharusnya percobaan bunuh diri itu hanya Finchia yang tahu tapi ternyata Lerion mengetahuinya. Yang membuatku sebal karena aktingku untuk menutupi semua itu sia-sia.

"Huh haruskah aku... Berpura-pura menjadi Finchia yang hanya bisa menangis, egois, marah itu? Aku juga ingin mereka semua tahu bagaimana perasaan ku!" Ucapku dan menggenggam rumput dengan kuat. Karena perasaan Finchia yang masih ada itu membuatku hanya bisa berpura-pura.

"Ck menyebalkan, Marah? Kesal? Kesepian? Sedih? Perlu kah aku menyembunyikan semua itu dan berpura-pura bahagia, senang, dan tidak kesepian? Hah? Finchia sialan!? Jika kau masih ada setidaknya jawab lah pertanyaan ku, dan hilangkan perasaan tidak berguna ini!" Lagi lagi dan lagi! Aku menangis tanpa keinginan ku.

"Tidak peduli apapun itu aku akan melakukan apa yang aku inginkan mulai sekarang!" Teriakku dengan kencang, lalu melihat ke arah danau.

"Akh" tiba-tiba kepalaku sangat sakit hingga rasanya ingin pecah.

Tiba-tiba sekelebat bayangan ingatan Finchia saat masih kecil melintas di kepalaku.

..............

Finchia menangis dengan tersedu-sedu di seberang danau sana... Aku tebak saat itu ia berumur 5 tahun.

Dengan baju yang seperti anak-anak, entah apa yang ia lakukan bajunya yang manis itu kotor karena tanah.

Finchia merengek terus menerus dengan perkataan yang sangat menyakiti hati.

"Aku ingin belmain! Aku juga mau di pelhatikan! Kenapa ayah begitu jahat? Kenapa tidak ada ibu di samping ku? Kenapa kakak tidak mau belmain belsama ku? Aku kesepian!"

"Kenapa meleka semua begitu sibuk dan tidak pelnah sekalipun belmain denganku?" Ucapnya yang sudah lelah.

Ia bertanya dengan teriak tanpa ada yang mendengar kan, lalu menunduk sambil menangis, ia melihat danau yang berwarna biru kehijauan itu.

"Indah! sangat indah!" ucapnya dengan antusias. Hmm? Apa benar perasaan anak kecil bisa berubah drastis dalam sekejap?

Tiba-tiba seekor ikan yang indah menarik perhatiannya, membuat Finchia ingin mengambilnya. Ia mencoba menangkap ikannya tapi gagal, ia pun terjatuh di danau karena terpeleset tanah danau yang miring saat berusaha meraih ikan itu.

BYURR

Finchia yang masih berumur 5 tahun yang masih belum bisa berenang itu, hanya bisa berteriak minta tolong dengan pertahanan nya, yang sebisa mungkin ia lakukan, tapi Finchia pikir tidak ada yang mendengarkannya.

Finchia pun tenggelam, ia setengah sadar, begitu buram dan tidak jelas, tiba-tiba tangan hangat terasa di pergelangan tangannya, air danau yang dingin membuatnya dapat merasakan kehangatan dari tangan itu dengan jelas.

The Blind Side Of This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang