8 - Middlemist Camellia

379 45 0
                                    

Finchia dan Alfabior pun pergi ke aula ruang tamu, yang berisikan ayah nya, Fexior dan para tamu. Finchia melihat tidak ada kehadiran Lerion di sana.

"Di mana Lerion?" Tanya Finchia setelah memberi salam dan duduk di kursi, menikmati teh bersama.

"Dia sebentar lagi datang" jawab Fexior dan mengamati Finchia intens. Finchia yang di tatap pun mengalihkan pandangannya.

"Jadi Finchia...sepertinya kau harus datang ke ruang kerjaku" ucap ayahnya dengan dingin.

"Huh? Untuk apa ayah? Apa aku melakukan kesalahan?" Tanya Finchia dingin karena menurut Ingatan Finchia, ia selalu di panggil ke ruang kerjanya setiap melakukan kesalahan dan keributan.

"Tidak bukan itu, ini tentang sihir mu" jawabnya dan memandang dua orang di sebelah kanannya. Finchia menyadarinya bahwa ada orang lain yang mengetahui sihir putih nya. Dan jika tersebar Finchia pasti akan sangat kerepotan.

"Yang mulia Maxin De Claneus saya memohon kepada anda untuk merahasiakan dan tidak menyebarkan kejadian kemarin terkait sihir itu" ucap Finchia sembari menunduk, dengan mengontrol ekspresi nya, walaupun ia mencoba untuk tenang tapi kegugupan tercetak di wajahnya.

"Hm baiklah, ini demi rencana kita" Jawab Maxin dan mengangguk paham.

"Itu bisa menggangu menantuku nanti" sambungnya dan Finchia hampir menjatuhkan rahangnya karena tidak bisa berkata apa-apa.

"T-tunggu k-kenapa begitu? Bukannya saya sudah bilang? Bahwa saya tidak mau? dan kami baru saja putus hubungan itu artinya saya tidak--"

"Tidak!" Potong Lerion yang baru saja memasuki ruangan.

"Apa maksudmu Lerion?" Tanya ayahnya yang menatap Lerion marah karena sudah bersikap tidak sopan.

"Waktu makan malam beberapa hari yang lalu, bukannya kalian bilang baru saja ingin merencanakan pertunangan kakak dengan pangeran? Apa ayah lupa? Terlebih lagi tanpa persetujuan orang yang akan di tunangkan" ucap Lerion dingin, dan Finchia tersenyum dengan bangga.

"Terimakasih Lerion!" Ucapnya di hatinya, yang bisa Lerion baca dan di balas anggukan.

"Sial!" Batin seseorang.

"Ah benar, maafkan aku aku ceroboh aku lupa maafkan aku putri Finchia" ucap Maxin sang ayah dari Zereniel, ia menunduk tapi matanya menjukkan bahwa Finchia tidak akan lepas dari genggamannya.

Karena jika ia jadi bertunangan dengan putranya ia akan sangat diuntungkan, mendapatkan perjanjian dan juga kekuatan yang sangat bagus.

"Kita akan melanjutkan pertunangan jika hubungan kalian sudah membaik, maka dari itu aku harap kalian cepat akur lagi" ucap Maxin bersemirk karena melihat Finchia menatap Zereniel tajam.

"Itu tidak akan mungkin!" Ucap Finchia dingin sembari menatap Zereniel tajam, yang memperlihatkan bahwa mereka tidak mudah untuk saling akur lagi.

"Hey apa maksud--" ucap Zereniel terpotong oleh perkataan salam Finchia yang terlihat sangat tidak niat.

"Kalau begitu saya langsung saja mengucapkan salam, semoga kalian di beri keselamatan, dan perjalanan kalian lancar sampai tempat tujuan, permisi saya pamit undur diri" ucapnya dan pergi meninggalkan mereka semua, yang membuat Zereniel geram.

Zereniel yang emosi pun menyusul Finchia yang akan menuju ke taman, ia merasa jijik karena rasanya baru saja bertemu sampah.

"Huh dasar! Jangan harap aku akan bersama sampah yang lebih rendah dari sampah itu!" Gumamnya yang tidak sadar jika di taman tidak hanya dirinya saja.

"Finchia!" Bentak Zereniel yang membuat Finchia terlonjak dari kursi taman karena terkejut oleh suara keras Zereniel.

"Huh kenapa sampah ini terus mengikuti sih?" Gumam Finchia yang masih bisa di dengar.

The Blind Side Of This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang