Playlist : Unutulanlar by Farazi
***
Jalanan yang sepi di tepi kota itu, mendadak dilintasi oleh sebuah motor dengan kecepatan tinggi. Daun terhempas jauh. Kawanan hewan berhenti bernyanyi. Malam yang sunyi itu seakan tidak berani mengomentari dan enggan menilai.
***
"Aku mau!"
"Aku duluan! Badan besar gini, harus diprioritaskan dong."
Balasan-balasan tersebut saling bersahutan di area meja makan. Antrian untuk bakul nasi begitu padat oleh murid-murid. Kepulan dari hidangan saja mulai beringsut oleh karenanya.
Di saat murid-murid bagaikan cacing kelaparan, Lisie tidak menempatkan ketertarikannya pada sarapan pagi itu. Matanya sibuk memantau ke sana kemari.
Sir Zhang ke mana ya?
Jam dinding besar di ruang makan itu memampangkan pukul 06.30. Sudah setengah tujuh. Mustahil orang yang biasanya bangun jam 04.30---pagi buta---seperti itu, belum bangun.
Apa dia sedang berlari? Tapi dari ceritanya, dia lari dari jam 04.30 sampai jam 05.00 kok ....
Lalu Lisie tersadar. Astaga. Mengapa dia lancar sekali menghapal jadwal seorang Samuel Zhang? Tidak bisakah kapasitas otak ini digunakan untuk menampung rumus-rumus fisika?
Lisie memukul keningnya pelan. Dia benar-benar sudah sedikit miring.
Ke mana pun Sir Zhang, bukan urusan Lisie.
Ya. Harusnya begitu yang Lisie terapkan. Tapi pada prakteknya, melenceng jauh. Dia tidak bisa menghentikan diri untuk mencari keberadaan Sir Zhang. Sepanjang sarapan. Sepanjang sesi berlangsung.
Maka Lisie menyerah. Pada waktu makan siang, Lisie mendekat ke arah Pak Jerry duduk. Antrian nasi juga masih panjang anyway.
Pak Jerry cukup peka. Walau atensinya masih direbut barang berbentuk aneh di genggamannya, dia bertanya, "Ada apa?"
Lisie berdeham. "Sir Zhang di mana ya, Pak?"
"Duluan pulang. Ada urusan penting." Pak Jerry sedikit mengangkat kepalanya. "Kenapa?"
"Oh, enggak." Lisie membuang muka. "Enggak."
"Ya sudah. Jangan berdiri terlalu dekat dengan saya."
Celah mulut Lisie terbuka dengan lebar, diikuti dengan gerakan kakinya yang mundur satu langkah. Astaga, guru satu ini.
Kalau guru satunya lagi ....
Mata Lisie menerawang, sebelum menggelengkan kepala dan memilih untuk tidak memikirkan tentang Sir Zhang lebih lanjut.
***
Balik ke subuh yang mencekam di wilayah lain ....
Samuel menyusuri lorong yang serasa tidak ada ujungnya itu. Ruangan yang kuning, lampu panel yang terlampau terang, bau disinfektan, dan perawat yang sesekali berlalu-lalang.
Ya, penjabaran sebuah rumah sakit.
Dengan napas memburu, Samuel membuka sebuah pintu ruangan pasien. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah raut cemas Cherry, yang duduk di kursi penjaga pasien. Sebelum pandangan Samuel menggeser, menemukan Oma yang terlelap di ranjang dengan infus di tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Standing Still
RomanceHal terakhir yang diinginkan Samuel Zhang, yaitu: dekat dengan orang pesimis dan pemurung. Namun, demi menjalankan tugasnya sebagai guru yang perhatian-dan tekanan lainnya, dia pun harus mentransformasi si murid terkelam, April Lisie agar menjadi le...