"Sayang, buka mulutnya dulu. Kita glek-glek-glek lagi ya~~~"
Urijah mendorong Karina balik ke kursi mobilnya. "Katanya kamu tidak mudah mabuk. Tapi sekarang, sudah secangkir dan begini." Dia menyapu raut Karina, lalu bernapas kesal. "Mengecewakan."
"Siapa bilang aku mabuk? Aku masih 100%---" Karina mengerjapkan matanya beberapa kali. Sesekali pandangan memburam, tapi dia mensugesti diri kalau dia masih, "---sadar."
Melihat jalur yang mulai melenceng sana-sini, Urijah membantu mengarahkan setir sejenak. "Kemudi yang benar."
"Menurutmu aku cantik 'kan, Sayang? Aku cukup kaya, cukup baik 'kan?"
"Kamu ngelantur."
"Kamu tidak bilang ya. If it's not a clear yes then it's a clear ... no. Berarti aku jelek ya. Berarti ini tidak baik-baik saja. Berarti aku gak ...."
"Kamu cukup kaya, for what it's worth," potong Urijah mendadak. Ia menoleh ke Karina dan dengan sungguh-sungguh mengucapkan, "Dan itu sudah segalanya."
Sisa-sisa kesadaran Karina terkumpul. Mencerna di saat kepalanya berdentam jelas susah, namun ini hal yang penting. Teramat penting. "Jadi kalau aku tidak kaya, kamu akan tinggalkan aku?"
"Tidak juga." Urijah duduk lebih tenang di kursinya. Matanya berpendar tanpa emosi. "Aku butuh kamu sebagai pajangan. Penguat kekuasaan. Lagian juga tidak ada ruang untuk perempuan di hatiku.
Karina terdiam.
"Kar, perhatikan jalan."
Namun bukannya menuruti perintah, Karina melakukan hal kebalikannya. Mengabaikan sepenuhnya setir dan mulai meraung-raung kesetanan. "How could you do this for me?!"
"Kar!" Urijah mulai panik ketika Karina memukul-mukul setir, bukannya mengemudikan dengan benar. Biarpun dia tidak memiliki banyak ekspresi, tapi siapa yang tidak panik saat nyawa adalah ancaman? "Stop, injak rem. Injak rem!"
Urijah tidak akan tahu bahwa Karina juga sama; sayang nyawa. Hanya saja, ia tidak teliti. Pedal yang semestinya diinjak adalah rem, berujung terinjak gas. Secara dalam dan kencang.
Dan di momen hitungan detik itu, di mana keduanya tidak bisa berbuat banyak, mobil mewah itu terlempar jauh dari jalur. Teriakan ketakutan mendominasi saat tahu-tahu sebuah mobil putih menampakkan diri di depan pandangan mereka. Dan---
***
"Berakhir."
Lisie menoleh dengan kaget. "Apa?"
Kylo menggeserkan bahunya untuk berbisik, "Acaranya udah mau berakhir, Kakak gak usah pikir terlalu banyak. Keningnya boleh direlaksasikan."
"Oh." Lisie mengerjap untuk menetralkan rautnya. Begitulah, raut muka sering luput dari kontrol. "Oke."
Lalu pandangan Lisie jatuh pada meja prasmanan yang padat oleh kaviar itu. Sedangkan pikirannya, terdampar lebih jauh lagi.
Ini hal sangatttt kecil. Tidak dapat dibandingkan dengan masalah pemanasan global atau bagaimana cara menghentikan perang Rusia-Ukraina.
Namun, jika Lisie diberikan kesempatan untuk mengutarakan, ia gundah. Perihal mengapa chatnya tidak digubris oleh Samuel.
Ini bukan pola Samuel seperti biasa. Sekarang Lisie bahkan tidak bisa mengirim pesan lagi.
Apa gawai Samuel juga sedang rusak?
Lisie bisa menduga, tapi itu hanya spekulasi belaka. Hanya ada di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Standing Still
RomanceHal terakhir yang diinginkan Samuel Zhang, yaitu: dekat dengan orang pesimis dan pemurung. Namun, demi menjalankan tugasnya sebagai guru yang perhatian-dan tekanan lainnya, dia pun harus mentransformasi si murid terkelam, April Lisie agar menjadi le...