Chapter 32

13 4 0
                                    

Playlist : Carol of the Bells by Lindsey Stirling

***

Warning ⚠️: deaths, violence, inappropriate languages

I welcome you to the most chaotic chapter~

***

Hal pertama yang Samuel lakukan seusai pulang mengajar; merebahkan diri di kasurnya. Masih dengan pakaian formal yang sudah terkontaminasi dengan debu dan keringat, Samuel tidak peduli lagi. Seprai tinggal diganti, tapi energi ... sesuatu yang butuh investasi.

Saat ini energinya memang rendah. Samuel memejamkan matanya sejenak. Karena apa ya? Siswa yang tadi menyontek itu? Pak Dono yang menceramahinya 30 menit untuk mencari calon istri? Atau dia yang tidak bertemu dengan Lisie seharian? Pipinya bersemu singkat memikirkan opsi terakhir. Entahlah.

Banyak---teramat---gangguan Samuel dalam istirahat. Contohnya, suara kikikkan Cherry dan Eddie di kamar sebelah. Kikik, tertawa keras, ulangi.

Samuel mengacaki rambutnya. Mengapa mereka tidak pergi jalan-jalan saja sih? Haruskah berada di rumah?

Dan sekonyong-konyong Eddie memasuki ruangan.

"Ketuk pintu." Perlahan mata Samuel teraktifkan. "Etika dasar saja tidak tahu."

"Lo tahu gak, foto masa kecil gue di mana? Yang gue pake panci, terus berdiri di karung itu, lho." Sekilas, Eddie memeragakan posenya. Supaya membentuk gambaran mental.

Sayangnya Samuel menoleh saja enggan. "Gak tahu." Terhening sejenak. On second thought, "Di kamar Oma kali."

Eddie mendorong-dorong bahu Samuel yang terlentang. "Woi, bantu gue cariin."

"Gak."

"Cepetan!"

"Gak ya enggak."

"Okelah. Gue cari sendiri." Eddie mundur, untuk memberi pandangan menyebalkan nan menantang, "Gue akan obrak abrik satu kamar."

Samuel mengembuskan napas. "Berhenti di situ, Sial."

Eddie pun tersenyum puas. "Bantu gue ya."

***

Kehidupan sehari-hari memiliki pola; kejadian yang menyenangkan, kejadian yang buruk, dan stagnasi.

Samuel mengira hari ini seperti hari biasanya, stagnan. Dan ... memang ya. Setidaknya untuk setengah hari. Selebihnya, kekelabuan akan mengisi.

Samuel membuka lampu kamar Oma. Mengedarkan pandang sejenak, dengan ruangan yang tidak pernah asing ini.

Di ujung sana, gorden putih bertiup pelan, dikarenakan angin yang kencang. Sedangkan di tengah ruangan, aroma jasmine khas Oma rasanya tidak pernah lepas.

Setiap inci dari ruangan ini merangkulnya dengan kehangatan. Namun, Samuel takut dengan itu. Sehingga ia hanya menatap tanpa menaruh makna.

Mungkin Samuel masih kesulitan merangkul perasaannya---karena itu bukan sesuatu yang bisa selesai semalam. Mungkin semua kehangatan ini membuat Samuel merasa Oma masih belum "pergi".

Sebelum terhanyut arus pikiran, Samuel mengingatkan diri atas tujuannya ke sini. Cari foto konyol Eddie.

Bergeraklah operasi--mencari--foto.
Samuel mulai membuka lemari dan mengeluarkan sejumlah buku album. Membolak-balikkan masing-masing buku dan berusaha mematikan perasaan "ingin balik ke masa kecil. Masa-masa tenang dalam hidup". Mencari lagi. Menghela napas ketika target foto bukan di album yang dipegang.

Standing StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang