Playlist : when the party's over by Billie Eilish
Tore my shirt to stop you bleedin'
But nothin' ever stops you leavin'***
Tatapan ke kanan-kiri pun gagal menjelaskan keadaan. Bagaimana Eddie yang mengangkat tongsis kamera dan sibuk merekam, Cherry yang menangis tersedu-sedu di belakang. Lalu perawat yang pamit secara profesional.
Samuel menggeser pandangannya sekali lagi.
"Yah kadang begitulah hidup. Kepergian tuh mendadak banget tahu. Lihat, Oma gue yang kemarin sehat-sehat aja, sekarang udah ...." Eddie menggunakan kamera depan dan memeragakan aksi menggorok leher dengan jarinya.
Pergerakan pupil Samuel kiat cepat. Tangannya yang bergetar hebat, dikepalkan dengan kuat.
Lalu Eddie tersenyum. Dia memiliki keberanian untuk tersenyum di depan kamera, "Tapi tenang, kepergian Oma itu lancar banget! Dan buat kalian yang khawatir, tidak ada yang dapat menghentikan gue dalam travelling! Jadi nantikan ya episode ter---"
Omongan Eddie belum selesai dan kamera di tangan terlempar jauh.
Hal berikutnya terjadi begitu cepat. Suara pecahan dari lensa kamera. Pekikkan kaget Cherry. Ruangan itu bertambah kacau dengan aksi Samuel yang mendorong Eddie dengan marah. "Kalau ini untuk kontenmu, keterlaluan. Sungguh keterlaluan. Tapi ...." Entah mengapa, Samuel memilih untuk menenangkan diri. Napasnya masih berburu dengan hebat ketika menerangkan, "Tapi aku maafkan jika kamu beritahu di mana Oma sekarang."
Samuel harap matanya tidak menyiratkan keputusasaan. Tidak di depan kakaknya yang brengsek ini.
Eddie ikut membelalak marah. Dia berkacak pinggang dan menunjuk Samuel, "Saat lo selesai dengan semua ini, akan gue minta biaya ganti rugi buat kamera gue. Tapi saat ini," Samuel berusaha mempertahankan tatapan tajam pada pandangan Eddie yang berusaha menjatuhkannya.
Lantas Eddie berbisik, "Saat ini teguhkan diri dan hadapi kenyataan, Bodoh."
Samuel masih menatap Eddie dengan sengit dan menggeleng-geleng. Sebagai balasannya, Eddie menunjuk menggunakan dagu ke ranjang pasien.
Walau sudah tidak punya kekuatan pun, Samuel beranjak mendekat. Merasakan matanya semakin memanas dengan tiap langkah yang ditempuh.
Samuel menyingkap kain dengan gerakan cepat. Dan dengan cepat pula, ia bernapas tidak percaya. Rahang yang tergantung itu bergetar hebat, begitu mendapati si pasien tak lain Oma.
Oma dengan mata tertutup. Oma tanpa ... deru napas.
Hancur sudah sedikit harapan bahwa Oma akan keluar dari balik pintu, mengusap kepalanya dan mengatakan semuanya baik-baik saja.
Samuel terduduk di kursi. Ia meraih tangan Oma. Benci untuk mengakui bahwa ia sedikit tersentak mengenai kedinginan yang merambat. Namun Samuel tetap membawa tangan itu ke depan dadanya. "Oma, bangun. Ini gak lucu, barusan Oma masih ngomong sama aku. "
"Sam ...." lirih Cherry. Ada upaya hendak mendekati Samuel, namun dihalang oleh Eddie.
Genggaman Samuel pada tangan Oma mengerat. "Aku janji, aku janji akan mulai planning trip kita ke Kyoto. Oma, bulan Juni ini kita akan pegang bunga sakura dengan tangan sendiri. Apa, Oma mau tinggal di rumah baru kita? Oma juga mau taman yang indah itu di rooftop? Aku bisa atur. Aku bisa atur segalanya dalam secepatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Standing Still
RomanceHal terakhir yang diinginkan Samuel Zhang, yaitu: dekat dengan orang pesimis dan pemurung. Namun, demi menjalankan tugasnya sebagai guru yang perhatian-dan tekanan lainnya, dia pun harus mentransformasi si murid terkelam, April Lisie agar menjadi le...