Chapter 29

16 3 19
                                    

Playlist : Falling Like The Stars by James Arthur

***

Di Senin yang terik itu, Lisie memutuskan melakukan hal baru. Menghadiri expo kampus. Hal baru karena dua tahun yang silam, dia menolak untuk datang. Tidak pernah ada niat untuk kuliah.

Dan walaupun belum pasti hendak kuliah, sekarang Lisie ingin melihat-lihat. Dia juga tidak rugi apa-apa, 'kan?

Lisie melangkah dengan pelan, tangan dikaitkan di belakang. Melihat tenda-tenda itu dengan datar.

Impresi pertama, pameran kuliah sangat berisik. Toa berteriak-teriak walaupun pengunjung tidak sepadat itu. Gendang telinga Lisie serasa hendak pecah. Sumpahlah, walaupun Lisie bukan introvert pun, ini bukan suasana yang nyaman.

Ugh. Lisie berjalan, mendumel, meraih brosur yang disodorkan, dan kembali ke poin 1.

Ia pasti sudah halu, hingga menyangka ada yang memanggilnya di tengah hiruk-pikuk ini. Pasti ....

Tapi panggilan itu terdengar semakin dekat dan dekat dan ....

"Lisie!"

Sir Zhang. Atau Samuel.

"Ayo, cek stan ini. Univ-nya bagus."

Seakan-akan hal yang biasa, Samuel menarik tangan Lisie. Membawanya menembus keramaian.

Wajah Lisie merebus. Bukan pertama kalinya Samuel menggenggam tangannya. Mungkin karena ini di depan kerumunan, dan dituntun begini, menimbulkan efek romantis?

Ini sensasi yang baru bagi Lisie. Aman, sekaligus mendebarkan.

Mereka mendarat di stan sebuah universitas swasta yang bergengsi. Populer atas akreditasnya yang bagus.

"Lalu dengan kuliah di sini juga, pergaulanmu jadi internasional. Mengapa begitu? Karena banyak bule yang kuliah di sini. Ya, orangtua bule saja nekat mengirimkan anaknya ...."

Penjelasan itu Lisie dengar sambil lalu. Pasalnya, ia lebih fokus dengan Samuel, yang kerap menyodorkannya brosur, atau meminta pen dan cendera mata lain, untuk diberikan padanya. Lisie bahkan dapat sebuah medali emas, memberinya euforia selayaknya ia pernah menang perlombaan.

Selesai penjelasan panjang itu, Lisie tersenyum sopan dan angkat kaki.

"Kamu tertarik?" tanya Samuel penasaran.

"Jujur sih belum. Jurusannya gak---"

Kaki Lisie berhenti melangkah. Mata Lisie berhenti mencari, ketika melihat sebuah stan kuning yang mencolok.

Ada sesuatu. 'Panggilan' yang membuat Lisie refleks bergerak ke sana.

"Spitze Studium," baca Lisie. Ia mengambil brosur, mendapatkan penjelasan-penjelasan. Bahwa Spitze Studium adalah konsultan yang tepat untuk belajar di Jerman. Semuanya lengkap di program ini, dari kursus Bahasa Jerman, konsultasi, pengurusan visa, hingga keberangkatan ke Jerman nantinya.

Lisie tidak bisa menghentikan binaran mata dan mulutnya yang sedikit terbuka. Keren.

"Jerman. Itu sangat jauh," gumam Samuel.

"Mm-hmm."

***

"Dia kenapa tempelin kamu?" Harris mengedik ke arah Samuel. Samuel ditahan oleh seorang guru untuk berbincang, sedangkan Lisie kembali mengembara.

Standing StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang