●
●
●
Suasana acara keluarga besar di Mansion mewah dengan berbagai tamu undangan yang hadir. Pria tua yang sudah berumur dan duduk di kursi rodanya itu terus tersenyum menatap anak-anaknya yang sudah sukses di karir masing-masing.
"Istri dan anakmu mana Ter..? Apa mereka tidak tahu jika ada pertemuan keluarga.?" Pria tua itu bertanya pada anak pertama nya Ter Chantavit.
"Mereka sibuk Dad, dan lagian kami tidak tahu jika ada acara. Kebetulan saja aku disini karena bertemu Client makanya aku hadir." Ujar Chantavit.
Pria tua itu mengerutkan keningnya mendengar jawaban putranya. "Apakah kau melupakan ulang tahun ayahmu sendiri.?"
"Maaf Dad, Ter tidak melupakannya. Daddy tidak pernah merayakan ulang tahun sebelumnya tapi kenapa acara ini tiba-tiba.?"
"Ini tidak tiba-tiba Phi, aku yang menginginkan ulang tahun Daddy dirayakan. Jadi semua yang ada disini aku yang membiayainya."
Chantavit menoleh ke arah tangga mendengar suara adiknya. "Lalu, Kenapa kau tidak mengabariku.?"
Pria itu tersenyum seraya melangkah mendekati kakaknya. "Maaf Phi.. aku hanya tidak ingin mengganggu waktu sibukmu. Lagian aku tidak membutuhkan bantuanmu hanya untuk mengadakan acara mewah seperti ini, aku mampu." Ujarnya bangga.
Chantavit tersenyum mendengar ucapan adiknya. "Mario Maurer.. sejak dulu aku tidak ingin mencari masalah denganmu, tapi dengan caramu seperti ini kau seakan merendahkan keluargaku."
"Chantavit..!!"
Pria paruh bayah itu menoleh ke sang ayah karena panggilan itu namun hanya beberapa detik dia kembali menatap adiknya dengan tatapan tajam.
"Ini bukan tentang kau mampu atau tidak, bahkan aku bisa lebih dari ini hanya saja aku masih kakakmu dan aku berhak untuk tahu acara ini."
Pria bernama Mario Maurer itu tertawa mendengar ucapan sang kakak. "Ya, aku tahu Phi punya segalanya dibandingkan aku tapi setidaknya Phi tidak segila dirimu untuk mendapatkan semuanya. Phi meninggalkan Thailand demi karirmu, Phi mengabaikan Daddy bahkan Mommy sakit dulu selalu memanggil namamu tapi Phi hanya sesekali pulang hingga Mommy pergi selamanya. Phi.. aku tahu masa depan itu penting, dan aku tidak akan pernah lupa jika kau yang membuat kami seperti ini, tapi Phi.. keluarga itu penting, keluarga membutuhkanmu bukan uangmu."
Bughhh
Pukulan itu mendarat di wajah Mario membuat yang ada disana panik. Para tamu undangan disana menatap mereka.
"Dad...!"
Mario mengangkat tangannya seolah mengatakan 'tidak apa-apa' ketika pria muda menghampirinya.