1 bulan sudah berlalu, Lisa terus menunggu kabar Jennie. Hyoyeon mengabarinya ketika mereka sampai di Melbourne dan Jennie melakukan operasinya, namun setelah itu tidak ada kabar lagi. Lisa terus berusaha menghubungi ibu Jennie tapi ponsel wanita paruhbaya itu tidak pernah terhubung.
"Masih menunggunya.?"
Seseorang bertanya dari arah belakanngnya yang membuat Lisa menoleh. Dia mengangguk seraya menghela nafas kasar.
"Ya, aku akan tetap menunggunya. Apa Jisoo memberitahu bagaimana keadaannya.?"
"Tidak, 1 minggu ini kami tidak saling mengabari."
"Kenapa.? Kalian bertengkar.?"
Rosé menggelengkan kepalanya. "Tidak, minggu lalu aku bertanya keadaan Jennie dan ya, dia marah. Aku tidak tahu kenapa."
Lisa menyisir rambutnya dengan jemari tangannya. "Maaf, mungkin karena aku yang terus bertanya membuat kalian bertengkar."
"Tidak apa-apa, lagian kami tidak ada hubungan. Dia ingin marah atau apapun itu, ya itu hak dia."
Keduanya sedang berada di balkon kamar Rosé. 1 bulan ini Lisa tinggal di sana walaupun dia ingin mencari apartemen tapi sahabatnya itu melarangnya.
Mereka sedang libur akhir semester, itulah mengapa Jisoo menyusul adiknya ke Meulbourne 2 minggu yang lalu.
"Apa aku harus menyusul mereka.?" Tanya Lisa.
Rosé yang sedang duduk santai akhirnya berdiri. "Apa kamu gila.? Kamu tidak tahu rumah sakit mana yang mereka tempati, kamu pikir Meulbourne seluas taman sungai Han.? Dasar bodoh."
"Aku bisa bertanya di sana atau mencari setiap rumah sakit. Aku yakin rumah sakit yang Jennie tempati pasti berada di tengah kota."
"Jangan memaksakan dirimu. Tunggu saja sampai dia kembali."
Lisa hanya bisa menghela nafas kasar. 1 bulan mungkin waktu yang singkat, tapi situasinya berbeda. Jennie sakit, dan dia tidak tahu bagaimana perkembangan gadis itu.
Ceklek
Pintu kamar Rosé terbuka, keduanya menoleh untuk mencari tahu siapa yang masuk.
"Sayang, Daddy dan Mommy kamu ada di bawah."
Lisa mengerutkan keningnya, dia tidak ingin bertemu dengan mereka. Dia menoleh ke arah Rosé dan gadis itu menganggukkan kepalanya membuat Lisa akhirnya beranjak dari tempatanya.
"Apapun yang kamu rasakan, Maafkan mereka. Semua orang tua melakukan yang terbaik untuk anaknya, hanya saja terkadang jalannnya yang salah." Ujar Nyonya Park ketika Lisa berada di depannya.
"Nee Aunty, terima kasih."
Lisa keluar dari kamar Rosé, nyonya Park menoleh ke arah putrinya dan mengajaknya untuk ikut turun. Di tangga Lisa melihat kedua orang tuanya di bawah sana, langkahnya terhenti ketika Davika berdiri karena menyadari putrinya turun.
"Sayang..!"
Dengan malas, Lisa menghampiri orang tuanya. Davika merentangkan tangannya lalu memeluk putrinya.
".. Maafkan Mommy sayang, Mommy tahu Mommy salah. Mommy hanya sibuk dengan kesibukan Mommy tanpa peduli keberadaanmu. Izinkan Mommy untuk menebus semuanya. Mommy akan membuatmu bahagia." Ujar Davika terisak, dia merindukan putrinya akhir-akhir ini.
Chantavit menghampiri keduanya, dia mengusap kepala putrinya lalu menciumnya. Dia tidak mengatakan apapun dan hanya berdiri di sana.
***
"Jangan egois, dia putri kita satu-satunya. Kamu salah menilai putrimu sendiri, lihatlah sudah 1 bulam kita tidak tahu di mana dia."
Davika hanya diam mendengar kemarahan suaminya.