Chapt. 12

943 139 39
                                    

Lagi dan lagi malam kembali menyapa para penghuninya, jika malam-malam sebelumnya dunianya sedikit berbeda namun kali ini dunianya benar-benar hancur. Di tempat yang sama namun di suasana hati yang berbeda Lisa terus menatap langit malam dengan seekor kucing di perutnya.

"Leo-ya.."

Miaawww

"Andai kau menjadi aku, apa kau akan bertahan dengan keluarga seperti ini..? Aku tahu semuanya membutuhkan uang, tapi apakah aku tidak penting sehingga mereka menilaiku seperti itu..? Mereka bahkan tidak tahu jika aku bisa mengahadapi segala macam ujianku di kampus. Sejak aku kecil tidak ada satupun dari mereka yang peduli kehadiranku."

Miaawww

".. Kau benar Leo-ya, biar bagaimana pun mereka tetap orang tuaku. Seharusnya aku tidak sekeras dan mengatakan hal yang tidak pantas pada mereka tadi."

Miaawww

Lisa menoleh karena suara barusan bukan dari kucingnya, melainkan seorang gadis yang baru saja tiba ditaman tersebut.

Leo yang tadinya berada di atas perut Lisa melompat ke arah dimana Jennie duduk. Jennie terkekeh karena Leo terus mengendus padanya.

"Hi Leo.. lama tidak bertemu baby." Ujarnya mengangkat Leo kepangkuangnya. Lisa akhirnya bangun dan ikut duduk disamping Jennie.

"Tumben kau datang secepat ini.?" Tanya Lisa.

"Selesai makan malam tadi aku bosan dikamar jadilah aku kesini. Leo-ya kenapa kau sangat menggemaskan." Jawab Jennie membuat Lisa mengangguk. "Lalu bagaimana denganmu.?"

"Sejak sore aku sudah berada disini."

Memdengar jawaban Lisa, Jennie yang tadinya sibuk bermain bersama Leo akhirnya menoleh manatap gadis tersebut.

"Sore.? Jadi kau belum makan malam.? Kau bisa sakit Lisa."

"Huhh.." Hembusan nafas kasar dari mulut Lisa membuat Jennie mengerutkan keningnyan. "Aku tidak tahu apakah aku harus cerita padamu atau tidak tapi aku bingun."

Jennie meletakkan Leo, dia membiarkan kucing pintar itu untuk bermain bebas untuk sementara. "Katakan saja. Kau punya masalah.?"

"Semuanya membutuhkan kasih sayang, termasuk aku. Tapi selama ini aku tidak pernah merasakan kasih sayang itu seperti apa. Aku besar dan tumbuh oleh uang, bahkan hanya Ahjumma yang bekerja di rumahku yang merawatku."

"Orang tuamu.?"

"Mereka hanya sibuk mencari uang dan uang, mereka terus mengejar karir sampai mereka lupa jika memiliki anak yang membutuhkan mereka."

Jennie mengangguk. "Kisah hidup setiap orang memang berbeda-beda, orang tuamu sibuk mengejar karir mereka itu semua demi masa depanmu. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa alasan Lisa. Semuanya berjalan sesuai porsi takdir, kau bisa pergi dengan bebas tapi di sisi lain kau tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka seperti yang kau katakan. Sedangkan aku, aku mendapatkan kasih sayang orangtuaku, tapi aku tidak sebebas dirimu."

"Jika aku bisa memilih lebih baik aku sepertimu yang tidak bebas asal mendapatkan kasih sayang mereka."

Jennie tersenyum lemah mendengar ucapan Lisa. "Tidak, kau tidak akan bisa merasakan apa yang aku rasakan. Hidupku habis dalam kegelapan, aku ingin seperti mereka yang bebas pergi kemana saja. Aku ingin melihat indahnya pantai dan merdunya suara ombak di pagi hari."

"Aku bisa membawamu kesana jika kau mau."

Jennie mengangguk. "Aku mau, hanya saja tidak bisa."

Lisa mengubah posisi duduknya, kini dia menghadap pada Jennie. "Aku yang akan meminta izin pada Tuan dan Nyonya Kim." Ujar Lisa antusias.

04 : 44Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang