Chapt. 03

1.3K 241 25
                                    

●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

07.15 am

Lisa memiliki kelas pagi dan gadis jangkung itu baru saja turun ke lantai 1 untuk menikmati sarapan seperti biasa yang telah disediakan maid di rumahnya.

Kelasnya akan dimulai jam 8 nanti, jadi dia masih memiliki sedikit waktu untuk bersantai menikmati sarapannya. Asyik menikmati sarapan, suara langkah kaki yang baru saja menuruni anak tangga membuat Lisa menoleh. Dia melihat kedua orang tuanya yang baru saja turun, dengan balutan jas kerja masing-masing.

"Pagi sayang." Sapa Davika mengecup kepala putrinya.

"Pagi juga Mom."

Karena suasana hatinya pagi ini sedikit baik, jadi Lisa membalas sapaan sang ibu dengan senyuman manisnya. Kedua paruh baya itu menarik kursi meja makan untuk ikut sarapan dam duduk berhadapan putrinya.

"Bagaimana kuliahmu sayang.?" Tanya Chantavit seraya menunggu Davika mengisi piringnya.

"Baik, sampai saat ini tidak ada kendala." Jawab Lisa.

Chantavit tersenyum meraih piring yang istrinya berikan. "Baguslah, belajar yang baik agar suatu saat nanti kau bisa diandalkan."

Lisa hanya mengangguk menanggapi, kata-kata itu sudah sering kali didengarnya jadi sudah hal biasa baginya.

"Mommy sudah mentransfer uang jajanmu, jika ada keperluan lain kau bisa meminta pada Daddymu." Ujar Davika.

Lagi-lagi Lisa hanya mengangguk, ruang makan menjadi hening hanya suara sendok dan garpu yang terdengar di sana.

"Daddy akan berangk–"

"Lisa selesai, Maaf Lisa ada kelas pagi."

Lisa meraih tasnya yang diletakkan di kursi sebelahnya dan meninggalkan ruang makan tanpa peduli jika sang ayah ingin berbicara.

"Lihatlah, sejak kapan anakmu kurang ajar seperti itu.?" Kata Chantavit.

"Anakku..? Dia anakmu juga Ter." Ujar Davika menatap suaminya tak percaya dengan ucapannya..

"Tapi kamu ibunya, harusnya kamu mendidiknya juga. Kamu harus lebih tahu apa yang dia lakukan diluar sana. Aku takutnya dia bergaul dengan orang-orang yang tidak berguna di luar sana." Ujar Chantavit.

"Kamu menyalahkanku.?"

"Aku tidak menyalahkanmu Davika, tapi kamu berperang lebih penting."

04 : 44Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang