Saat sampai di rumah, anak kedua mereka langsung menghampiri. Namanya adalah Indah, usianya masih 6 tahun. Selama mencari Beno, Indah berada di rumah dan dititipkan kepada tetangga. Indah belum begitu mengerti dengan apa yang terjadi. Tapi yang pasti, ia tahu kalau ibunya sedang menangis saat ini.
Pak Sudono terus meminta kepada warga sekitar untuk menghubungi kolega mereka yang berada di luar kampung. Meminta untuk menanyakan serta mencari tahu perihal Beno. Siapa tahu ada yang mengetahui keberadaanya. Sementara istrinya, hanya bisa terus berdoa dan berharap agar anaknya diberi perlindungan.
Hingga kurang lebih sejam kemudian, orang dari luar kampung datang ke rumah pak Sudono dengan membawa sepeda motor. Ia tampak membonceng seseorang. Dan lalu ia pun berhenti persis di depan rumah pak Sudono. Dimana pak Sudono dan istrinya, masih terlihat siaga di depan pintu rumah.
Dan benar saja, orang luar kampung tersebut memang memboncengi Beno anak mereka. Pak Sudono dan istri tidak tahu siapa orang itu, tapi mereka langsung bertanya kepada orang tersebut. Sedangkan Beno langsung meluyur masuk rumah.
Dari apa yang dipertanyakan pak Sudono kepada orang tersebut, bisa ditangkap sebuah kesimpulan, bahwa Beno menginap di rumah temannya selama ini dengan sebuah alasan ringan. Kalau dirinya, Beno, hanya sedang ingin menginap saja. Dan orang yang mengantar Beno adalah ayah dari teman Beno tersebut. Dan beliau sudah meminta maaf kepada pak Sudono maupun istrinya tentang peristiwa ini, beliau tidak tahu kalau Beno kabur dari rumah. Dan baik pak Sudono dan istrinya pun justru berterima kasih karena sudah mengantar Beno pulang. Lalu, beliau pun pamit pulang.
Setelah masalah selesai, warga sekitar kembali ke rumah masing masing. Pak Sudono dan istri pun masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu rumah mereka. Dan tentu, yang terjadi berikutnya adalah sebuah masalah besar.
Ibu Beno merasa bersyukur ketika tahu kalau anaknya dalam keadaan baik-baik saja. Tapi untuk pak Sudono sendiri, ia justru naik pitam ketika menemui Beno di dalam kamar, beliau pun tahu bahwa saat ini Beno hanya sedang berpura-pura tidur di atas kasur. Dengan cepat, ia langsung menghampiri Beno dengan emosi dan membentak beberapa kali.
Pak Sudono merasa perilaku Beno sudah membuatnya malu. Semua tetangga tahu, bahkan sampai ke luar kampung pun tahu. Amarahnya kepada Beno perihal sepeda motor saja belum mereda, kini Beno malah menambah amarah ayahnya dengan masalah baru. Hingga dengan emosi yang sudah begitu memuncak, pak Sudono merangsak ke arah Beno, lalu mencekiknya. Dan kali ini, Beno tidak lagi melawan. Ia hanya diam saja. Bahkan saat kedua tangan ayahnya mencekik, Beno tidak melakukan perlawanan sedikitpun. Seakan dirinya pasrah dengan hukuman yang akan diterimanya. Untung saja ibunya berada di sana. Dengan suara menangis, sang ibu mampu melerai perilaku ayahnya yang sudah kesetanan.
Pak Sudono yang sedang kalut, dipeluk oleh istrinya beberapa kali. Dengan maksud, agar mencegah pak Sudono mendekati Beno. Meski begitu, pak Sudono tetap saja tidak bisa meredakan amarahnya. Amarahnya terus meledak-ledak. Meski dihalang oleh istrinya mendekati Beno, Pak Sudono terus saja tanpa henti memaki anaknya dengan kata-kata. Menghujani Beno dengan kalimat yang menyakitkan. Hingga pada akhirnya, Pak Sudono pun berkata, "Kalau tahu gedenya bakal begini, mending gak usah lahir sekalian." pak Sudono memaki dengan suara lantang, sembari menunjuk Beno, anaknya yang sudah membuatnya begitu kecewa.
Mendengar ucapan Pak Sudono, sang istri menangis histeris. Ia tak menyangka bahwa suaminya akan tega mengucapkan itu. Dan lebih jauh, ia tak menyangka bahwa janjinya kepada Beno justru malah membawa keluarganya ke dalam malapetaka.
Indah yang sebelumnya sudah tertidur, tetiba saja terbangun. Ia menghampiri mereka. Berdiri dari kejauhan, sembari memeluk erat boneka kecilnya. Indah tidak mengerti malapetaka apa yang sedang menyelimuti keluarganya. Yang ia tahu, kakaknya sedang dimarahi habis-habisan oleh ayahnya. Dan ibunya, yang terlihat sedang berusaha setengah mati mencoba menenangkan ayahnya. Dan dirinya sendiri, yang mulai meneteskan air mata karena merasa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thread Horror
Horror"Dimanapun kalian berada, aku selalu mengintaimu." Semua cerita yang ada di sini sudah diadaptasi ke dalam bentuk podcast. Podcast-nya bisa kalian nikmati di Youtube berikut : Youtube : Sini Gue Ceritain (Podcast)