Bab 10 : Ditemenin Mayat

57 3 0
                                    

Lebaran idul Fitri sudah lewat 5 hari yang lalu. Sekarang waktunya untuk berpamitan dengan kampung halaman. Pamit dengan orang tua, pamit dengan teman lama, juga pamit dengan saudara lainnya. Meski terasa berat, mau tidak mau harus di lalui. Karena 2 hari lagi, aktivitas normal sehari-hari mulai berjalan seperti biasa. Yaitu, bekerja di perantauan.

Setelah berpamitan dengan keluarga sembari meneteskan air mata, Bima langsung memacu motornya dan mulai meninggalkan kampung halaman.

Bima yang sudah berada di jalan utama membelokan motornya masuk ke gang sisi kanan. Bima hendak melipir sebentar untuk menjemput teman seperantauannya yang kebetulan masih satu kampung. Teman Bima ini bekerja di perusahaan yang sama dengannya, bahkan di departemen yang sama. Dan namanya adalah Dimas. Teman dekatnya sedari mereka SMP.

Bima sudah sampai di depan rumah Dimas. Bima pun melihat Dimas sedang berpamitan dengan keluarganya. Tanpa pikir panjang, Bima pun turun dari motor dan ikut bersalaman.

Dimas dan sekeluarga tentu sudah mengenal Bima sejak lama. Bahkan keluarga Dimas sudah menganggap Bima seperti sanak saudara mereka sendiri. Bima diterima dengan baik di sana. Karena itulah, keluarga Dimas memberi kepercayaan kepada Bima untuk menjaga anak mereka Dimas di perantauan.

Bima yang mendengar keinginan orangtua Dimas pun tersenyum. Ia juga mengatakan bahwa mereka tidak perlu khawatir, karena Dimas akan ia jaga seperti menjaga dirinya sendiri.

Mendengar kalimat hangat yang keluar dari bibir Bima, orang tua Dimas pun menjadi lega. Lalu mereka saling memeluk dan bersalaman yang terkahir kali. Hingga akhirnya, Bima dan Dimas pun mulai menghilang dari pandangan mereka.

Bima dan Dimas hari ini sama-sama akan pulang ke rumah perantauan yang berada di kota. Karena itu, ini adalah hari yang berat untuk dijalani bagi keduanya. Dengan menahan rasa sedih di dalam hati, Bima dan Dimas pun telah sama-sama berhasil berpamitan dengan keluarga di kampung halaman. Dan berdoa, semoga masih ada kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga lagi di hari esok.

Meski Bima dan Dimas berasal dari kampung yang sama, dan juga merantau di lokasi yang sama, tapi keduanya memilih mudik menggunakan motor masing-masing. Keduanya lebih menyukai cara itu. Dan setelah memacu kendaraan sejauh 20 KM, Bima pun melipir ke SPBU untuk mengisi bensin. Dimas pun mengekor di belakang untuk mengisi bensin pula.

Setelah selesai, mereka berdua melanjutkan perjalanan.

Saat di jalan, Bima berada di posisi yang paling depan. Sedangkan Dimas, posisinya mengekor di belakang motor Bima. Sebenarnya tidak ada alasan khusus. Hanya saja Dimas itu kalau bawa motor suka ngebut. Sedangkan Bima adalah pemotor yang santai. Jadi karena itulah Dimas menyuruh Bima untuk berjalan di depannya, dengan maksud agar Bima tidak ketinggalan. Karena jika Dimas yang memimpin, pasti Bima saat ini sudah jauh ketinggalan di belakang.

Setelah sekiranya perjalanan susah sampai 80 KM, motor Dimas tetiba saja agak terasa oleng. Ia langsung menyalip Bima di depannya untuk mengajaknya berhenti melipir sebentar. Setelah dicek, ternyata motor Dimas mengalami bocor ban di bagian depan.

Kondisi saat ini masih siang, meski di sekitarnya tidak terlihat ada yang membuka jasa tambal ban, rasanya cukup mudah menemukan tamban ban jika masih siang begini. Jadi tanpa rasa panik berlebihan, Dimas dan Bima tetap memacu lurus sepeda motor mereka dengan pelan sembari melirik ke sekitar.

Sekitar 500 meter kemudian, Dimas akhirnya melihat ada yang membuka jasa tambal ban. Ia pun langsung menghampirinya dengan diikuti Bima yang mengekor di belakang.

Setelah selesai diperbaiki, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Sama seperti sebelumnya, Bima memimpin perjalanan di garis depan.

Sekiranya sudah mencapai 160 KM perjalanan, masing-masing dari mereka mulai merasa kelaparan. Dengan sedikit menimbang-nimbang, akhirnya mereka memutuskan untuk melipir ke sebuah warteg di pinggir jalan. Dan waktu kini sudah berganti ke sore hari.

Thread HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang