Bab 17 : Meriksa Pasien Gaib

54 2 0
                                    

Suci baru lulus kuliah keperawatan pertengahan tahun lalu. Dan saat ini, ia bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit selama 8 bulan terakhir setelah kelulusannya.

Rumah sakit dimana suci bekerja saat ini, adalah rumah sakit yg sama dengan saat ia magang dulu. Karena saat magang penilaian kinerja suci dianggap mumpuni dan baik, jadilah suci dipanggil kembali oleh rumah sakit ini untuk bekerja secara profesional setelah lulus.

Selama berbulan-bulan bekerja, suci ditugaskan di lantai 2 atau 3 gedung rawat inap. Tapi 3 Minggu terakhir, ia dipindah tugaskan ke bagian UGD, atau Unit Gawat Darurat.

Tidak ada alasan khusus atas kepindahannya tersebut. Pihak rumah sakit memang memiliki aturan demikian, untuk membuat para tenaga medisnya memiliki jam terbang yang lebih, membuat mereka menjadi profesional, hingga nantinya mampu memberikan pelayanan medis yang baik dan memuaskan kepada pasien. Karena jika pelayanan rumah sakit mendapat penilaian bintang 5, maka nama rumah sakit itu sendirilah yang akan harum namanya. Dan sudah waktunya bagi Suci, mendapat pengalaman yang lebih dengan bekerja di bagian UGD.

Minggu lalu, suci mendapat shift siang. Selama seminggu itu, pekerjaannya pun berjalan dengan meninggalkan kesan pahit dan rasa kesal. Ya, memang 2 kali ia melihat pasien meninggal dunia di ruang UGD. Satu pasien meninggal karena kecelakaan, satunya lagi meninggal karena keracunan. Dan hal itulah yang membuatnya kesal serta sedih karena tidak bisa menyelamatkan pasien tersebut meski sudah berusaha semaksimal mungkin.

Dibilang syok, sejujurnya suci memang masih belum terbiasa dengan itu. Tapi selama 8 bulan bekerja sebagai perawat, sebenarnya ia sudah melihat kejadian pasien meninggal dunia sebanyak belasan kali. Jadi dibandingkan dengan pengalaman pertamanya dulu saat melihat pasien meninggal, rasa syok yang dirasakan suci terasa lebih menipis sekarang. Bukan berarti ia tidak lagi memiliki empati, suci tetap merasa iba dengan pasien serta keluarga yang ditinggalkan. Ia pun tetap merasa kesal dan sedih kala ada pasien yang gagal diselamatkan. Tapi seiring berjalannya waktu, suci kini mulai sadar, bahwa pekerjaan yang ia pilih, memanglah seperti ini.

Dan Suci pun terus berdoa, semoga pasien yang ia tangani, diberikan kesembuhan dan kesehatan kembali seperti sedia kala.

Setelah Minggu lalu dapat jatah shift siang, kini suci mendapatkan jatah shift malam. Dan sesuai dengan apa yang tertera di dalam instruksi aturan rumah sakit, suci akan dinas malam dengan ditemani oleh 2 perawat lain.

Tapi, satu rekannya malam ini berhalangan untuk hadir. Rekan seniornya yang bernama aswan meminta izin kerja karena ada urusan keluarga. Dengan absennya aswan, maka malam ini, suci hanya akan berjaga dengan seniornya yang lain bernama Mbak Rika, seorang perawat berusia 39 tahun.

Suci dan Mbak Rika kini sedang duduk bersebelahan di depan meja yang dipenuhi oleh berkas-berkas. Masing-masing dari mereka sedang mengecek data dengan seksama. Hal seperti itupun terus berlangsung beberapa saat. Hingga kemudian, datanglah seorang perawat dari lorong belakang UGD dengan wajah tergesa-gesa. Dihadapan Suci dan Mbak Rika, perawat perempuan itupun berkata, "Mbak Rika, tolongin saya. Saya butuh bantuan."

Mbak Rika pun langsung menanggapinya dengan menimpal, "Ada apa?"

Lalu perawat itupun menjelaskan, "Tolong benerin infusan pasien di kamar 207. Infusannya lepas, saya dari tadi nyoba gagal terus."

Mbak Rika memang terkenal dengan kepiawaiannya memasang infusan pada pasien. Ia cekatan dalam melakukan hal itu. Jadi dengan senang hati, Mbak Rika pun mengindahkan permintaan perawat tersebut. Lalu mereka berdua pun mulai berjalan menuju kamar dua kosong tujuh. Meninggalkan suci untuk berjaga sendirian di dalam UGD.

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Sudah sekitar 15 menit yang lalu mbak Rika izin untuk pergi ke kamar dua kosong tujuh. Meninggalkan suci untuk berjaga sendirian di UGD kini.

Thread HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang