Bab 7 : Teror Teluh (Part 2)

67 1 0
                                    

Selepas berkunjung dari sang sepuh, kondisi keluarga Pak Adi kian membaik. Satu per satu mulai sehat dan mulai bisa beraktivitas normal lagi. Meski kondisi kesehatan sekeluarga membaik, Pak Adi dan Bu Yuni tetap memutuskan untuk tidak berjualan. Mereka berdua ingin meyakinkan diri untuk memastikan langkah terbaik untuk ke depannya. Tapi pada akhirnya, mengingat keselamatan keluarga yang menjadi pertaruhan, Pak Adi dan Bu Yuni memilih untuk berhenti berjualan. Setidaknya, mereka tidak akan berjualan di lahan miliki tetangganya lagi. Mereka akan pindah lokasi jualan.

Pak Adi dan Bu Yuni merasa itu adalah keputusan yang bijak. Toh, ini untuk keselamatan keluarga. Meski mereka juga merasa heran, kenapa tetangganya sampai tega melakukan itu. Padahal, tetangganya sendiri yang menawarkan. Lebih jauh lagi, Pak Adi dan Bu Yuni juga selalu membayar uang sewa lahan setiap bulannya, yang bahkan sang tetangga menolaknya di awal-awal. Jikalau pun sang tetangga ingin berjualan, padahal ia hanya perlu berterus terang saja, Pak Adi dan Bu Yuni juga merasa tidak keberatan jika memang harus angkat kaki dari sana. Pak Adi dan Bu Yuni adalah orang baik, karena itu, sudah sedari awal mereka sadar jika lahan itu bukanlah miliknya dan akan rela jika harus pergi. Keduanya hanya menyayangkan hal itu.

Tapi yasudah. Kenyataan sudah berjalan demikian, tak ada lagi hal yang perlu disesali. Dibandingkan menyesalinya, alangkah lebih bijak jika menggunakan waktu yang ada untuk menata hal baru, itulah hal yang Pak Adi dan Bu Yuni pikirkan saat ini. Dan setelah meyakinkan diri, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali berjualan di depan rumah mereka saja.

Pak Adi dan Bu Yuni menjual gerobak mereka, lalu menggantinya dengan sebuah etalase besar. Lalu mereka juga memesan sebuah meja berukuran besar sebagai dudukan etalase itu nantinya. Kemudian mereka membeli sebuah kursi plastik dan juga sebuah bale berukuran sedang. Lantas, kenapa mereka merombak begitu banyak hal?

Bu Yuni ingin mengubah konsep wirausahanya. Memang masih dalam bentuk usaha kuliner, tapi beliau tidak mau berjualan nasi uduk dan kawanannya lagi. Beliau ingin mengganti konsep usahanya menjadi sebuah warteg. Karena itulah beliau mengganti gerobaknya dengan sebuah etalase besar, agar muat lebih banyak makanan yang bisa dipajang. Bale dan kursi tentu adalah untuk pelanggan yang ingin makan di sana nantinya.

Bu Yuni tidak asal mengganti konsep usahanya begitu saja. Beliau benar-benar telah berpikir panjang demi sampai di titik ini. Beliau berpikir, karena lingkungan tempat tinggalnya di penuhi oleh banyak kontrakan-kontrakan, berjualan lauk matang adalah peluang terbaik untuk di dagangkan. Beliau yakin bahwa usahanya kali ini juga akan membuahkan hasil. Meski nanti dirinya berjualan bukan di pinggir jalan utama lagi, meski nanti dirinya berjualan hanya di sebuah gang, namun dengan penuh keyakinan, Bu Yuni yakin usahanya akan berkembang seiring berjalannya waktu. Kemampuan masaknya mumpuni, makanan yang ia hasilkan pun terasa lezat, ditambah dengan dirinya yang berhasil menggaet banyak pelanggan saat berjualan sebelumnya. Asal sabar dan konsisten, beliau yakin usahanya kali ini juga akan berkembang.

Setelah semua persiapan siap, Pak Adi dan Bu Yuni langsung pergi ke pasar untuk membeli bahan. Selepasnya, mereka sekeluarga langsung menyiapkan segala yang dibutuhkan untuk diolah menjadi makanan.

Mengupas, mengiris, menggoreng, menumbuk, merebus juga hal lainnya mereka lakukan dengan kerja sama. Dan Bu Yuni Sebagai juru masaknya, mulai memasak makanan satu persatu.

Meski tidur malam ini sangat kurang, tapi di pagi harinya mereka sudah siap membuka warung makan sederhana mereka.

Ini adalah hari pertama lagi. Mereka memulai usaha lagi dari nol. Memulainya di lokasi yang tidak begitu menguntungkan. Dan sama seperti sebelumnya, tidak perlu mengharapkan banyak hal di hari pertama. Tapi sepertinya, kali ini hal itu salah.

Warung makan sederhana miliki Pak Adi dan Bu Yuni sudah terlihat agak ramai meski ini adalah hari pertama. Mungkin ada imbas dari jualan mereka sebelumnya, sehingga sudah banyak orang tahu, asal itu Bu Yuni yang berjualan, apapun masakannya pasti terasa lezat. Sepertinya jualan Bu Yuni sebelumnya telah berhasil memberikan kesan tersendiri di hati para pelanggan. Hingga itu membuat usahanya kini lebih mudah mendapatkan pelanggan.

Thread HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang