Bab 22 : Lembur Horror

41 0 0
                                    

Tahun 2015. Meski ini adalah hari minggu, Mas Putra terpaksa datang ke kantor pagi ini untuk lembur. Ada deadline yang harus ia selesaikan segera, yaitu merampungkan materi akhir tahun.

Ia diminta atasannya untuk segera menyusun rangkuman semua projek yang bergulir selama setahun ini, membuat ringkasan yang valid berdasarkan data-data, mengkonversinya ke dalam bentuk file presentasi, lalu mempresentasikannya kepada semua jajaran di akhir tahun nanti. Dan sejujurnya, hal ini bukanlah perkara mudah. Mas Putra butuh konsentrasi penuh untuk menyelesaikannya. Karena jika salah sedikit saja, pasti akan menimbulkan pertanyaan. Dan tiap-tiap orang yang akan menyaksikan presentasinya nanti, bisa saja memberikan penilaian yang buruk.

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Mas Putra baru saja sampai di parkiran kantor. Ia pun hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja, dari rumahnya yang berada di kelapa gading, untuk sampai ke sini. Dan setelah memarkirkan motornya, Mas Putra pun berderap menuju gedung A, gedung paling pertama yang ada di area komplek perkantoran ini.

Mengingat ini adalah hari Minggu, sejauh mata memandang, Mas Putra hanya bisa melihat area komplek yang sepi, yang jika di hari biasa, mustahil akan melihat pemandangan yang seperti ini. Jika di hari biasa, semua sudut komplek pasti sudah ramai oleh orang yang lalu lalang, area parkir pun pasti sudah penuh terisi oleh kendaraan. Tapi sekarang, Mas Putra hanya bisa menemukan segelintir orang saja di sana. Termasuk, security yang menjaga kantornya. Setelah berjalan sekitar 100 meter, Mas Putra sampai juga di depan pintu masuk kantor. Di sana, ia saling menyapa dengan security. Setelahnya, Mas putra mulai berjalan masuk dan berderap menaiki tangga menuju lantai 2.

Sebagai informasi, Mas Putra bekerja di kantor lantai 2. Dimana denah lantai 2 sendiri memiliki 2 sisi, yaitu bagian kiri dan kanan. Sisi kiri diperuntukan khusus untuk bagian direksi. Sementara sisi kanan diperuntukkan khusus untuk staff dan supervisor. Karena Mas Putra saat ini bekerja sebagai seorang staff, sesampainya di lantai 2, ia pun mulai berjalan menuju sisi kanan. Tak lupa, ia mengeluarkan ID card-nya sebagai akses untuk membuka pintu masuk kantor. Setelah pintu terbuka, Mas Putra pun masuk ke dalam dengan langkah kaki yang santai.

Saat Mas Putra berjalan menuju meja kerjanya yang berada di ujung, ia pun sempat menyapu pandangan ke seluruh isi ruangan. Suasana di sana benar-benar sepi dan hening. Tidak ada satupun orang kecuali dirinya sendiri. Bahkan, pos security lantai 2, yang jika di hari biasa dijaga oleh satu orang personil, saat ini posnya terlihat kosong pula.

Suasana sepi dan hening pun tidak cukup sampai di sana. Hawa senyap nan menusuk pun semakin begitu terasa, kala Mas Putra melihat ruangan ini yang kondisinya cukup gelap. Lampu penerangan sengaja dimatikan, gorden-gorden pun turut menghalangi cahaya matahari yang hendak masuk ke dalam kantor, hingga akhirnya menciptakan suasana remang yang agak horor. Tapi tahu apa yang harus dilakukan, Mas Putra mulai menghampiri salah satu sudut ruangan, kemudian menekan banyak saklar di sana hingga membuat lampu mulai menyala satu persatu. Seketika, ruangan yang sebelumnya gelap, kini langsung berubah menjadi terang benderang. Setelah menyalakan lampu, Mas Putra kembali berjalan menuju meja kerjanya yang berada di ujung.

Ruangan staff dimana Mas Putra bekerja memang berukuran cukup besar. Model kubikal atau sekat-sekat meja antara para karyawan sendiri, terdiri dari 6 baris, yang tiap barisnya disesuaikan dengan departemen masing-masing. Sementara di ujung-ujung sisi sekat, terdapat ruangan kaca berukuran 4x4 meter yang diperuntukkan untuk manajer. Sehingga kinerja para karyawan bisa langsung dipantau oleh masing-masing manajer.

Setelah sampai di meja kerjanya, Mas Putra menarik kursi dan mulai terduduk. Ia pun menyalakan komputer yang berada di sana. Kala komputer sudah menyala, seperti biasa, Mas Putra akan menyetel musik di komputernya kala ia bekerja sendirian, alasannya, untuk memberikan tambahan semangat. Setelah semua kebutuhan sudah lengkap, ia pun mulai menyusun materi.

Thread HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang