~o0o~
𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
~o0o~
"Sudahkah kalian mencarinya dengan benar?"
Jason kesal. Petugas keamanan di sana bekerja tidak becus. Ini sudah 8 jam sejak Gisea menghilang. Harusnya mereka memeriksa siapa saja tamu undangan yang di undang. Jason sudah datang ke kantor polisi. Tapi apa perkataan mereka? Harus menunggu 1x24 jam. Jika masih belum ada tanda-tanda kepulangan Gisea, Jason boleh kembali lagi ke kantor polisi untuk melaporkan kehilangan gadis itu.
"Bagaimana, Jason, Gisea sudah menghubungimu?" Orton bertanya dengan khawatir.
"Belum, paman," jawab Jason bersalah.
Orton berdecak. Pria itu juga ikut mencari anaknya. Tak ada gunanya ia marah kepada Jason. Karena memang dari awal ini salah dirinya tidak memaksa Gisea untuk mengajak dirinya pergi ke pesta itu.
"Apa kalian sudah menyusuri seluruh pantai ini?" tanya Orton pada semua petugas keamanan.
Namun, mau bagaimana lagi. Pencarian mereka selama 8 jam ini tak membuahkan hasil sama sekali. Mereka sudah mencari Gisea, tetapi gadis itu tak kunjung ditemukan juga.
Acara Jonathan dan Darcia sudah selesai. Sekarangpun sedang tahap pemberesan. Walaupun begitu, keluarga Jason ikut khawatir atas kehilangan Gisea.
Fotografer sedang membereskan kamera serta peralatan mereka. Nah, Jason ingat. Laki-laki itu segera berlari menghampiri beberapa fotografer di sana, sebelum mereka semua bergegas untuk pulang.
"Maaf, apakah aku boleh mengecek sesuatu?" pinta Jason. Laki-laki itu menatap kamera di tangan fotografer itu.
Fotografer itu bingung. Ia mengikuti arah pandangan Jason yang menatap kameranya. Mengerti, fotografer itu menyerahkan kameranya pada Jason.
Jason mengecek kamera itu berharap menemukan sesuatu. Ia memencet tombol, memeriksa beberapa fotonya dan Gisea yang di ambil oleh fotografer.
Oke, dapat.
"Paman." Jason memanggil Orton yang tengah berbicara dengan petugas keamanan.
"Ada apa?"
Jason memperlihatkan sebuah foto pada Orton. "Ini."
"Laki-laki ini yang menarik Gisea. Setelah itu, aku tidak tahu lagi dimana keberadaan Gisea."
Jason bersyukur. Setidaknya ada sedikit petunjuk.
Orton menyipitkan matanya. Ia berusaha melihat dengan benar. Siapa laki-laki ini yang berani menculik anaknya?
"Apa kau berpikir Gisea di culik laki-laki ini?" tanya Orton.
Jason mengangguk. Sudah pasti Gisea sedang bersama laki-laki itu. Namun sayangnya, Jason dan Orton tidak mengenali sama sekali siapa laki-laki yang berada dalam foto itu.
"Saat kita ke kantor polisi nanti, bawa foto ini sebagai bukti."
"Baik, paman."
"Apa boleh aku meminjam file ini?" Jason melepaskan memori dari dalam kamera fotografer.
"Tentu," jawab fotografer itu.
🐋
Gisea baru saja membuka matanya. Tangannya terikat, membuatnya tak bisa bergerak dengan bebas. Ia berusaha melepaskan tangannya dari tali yang mengikatnya. Gisea merasa pusing sekaligus perih karena tangannya terkena goresan. Seperti goresan kuku tajam, atau semacamnya. Ia sekarang berada di dalam laut. Anehnya, gadis itu tidak mengenali wilayah ini. Dan bau di wilayahnya ini tak pernah masuk dalam indra penciumannya.
Ada bayangan. Tanda seseorang sedang mendekat. Gadis itu kembali berpura-pura tidur untuk mengelabuinya.
"Tidak usah berpura-pura."
Eh? Suara laki-laki?
"Buka matamu."
Seakan terkena sihir, Gisea menuruti permintaan laki-laki itu. Alangkah kagetnya Gisea melihat sesosok laki-laki tampan dan menawan tetapi menyeramkan.
Kalian mengerti tidak sih maksudnya? Gisea tidak bisa menjelaskannya secara detail. Ia benar-benar terpesona dengan paras laki-laki ini. Satu hal yang harus kalian tahu. Laki-laki di depan Gisea ini adalah seekor siren.
"Berhenti menatapku."
Gisea melemparkan pandangan ke arah lain. Ia memejamkan matanya karena malu. Astaga, kenapa ia bisa tertangkap basah sedang mengamati wajah laki-laki itu?
"Jangan berlaga manis di depanku. Aku benci itu." Seringai jahat di tampilkan laki-laki itu.
Baik. Gisea bukanlah seorang pemberani yang sejati. Tentunya ia takut. Tapi, sebentar. Bukannya ia di akui manis oleh laki-laki itu? Wah-wah, Gisea.
"Kau sendiri melukaiku. Apa aku boleh membenci itu?" ucap Gisea menampilkan tangannya yang tergores.
Laki-laki itu tau. Itu adalah ulahnya. Saat ia menarik Gisea di pantai, ia tak sengaja mengeluarkan kuku tajamnya. Terserah. Ia tak perduli. Mau gadis itu terluka atau matipun, ia tak ada hubungannya untuk perduli. Tetapi untuk saat ini, Gisea berguna baginya.
"Kenapa diam saja? Tadi sibuk menyuruhku bangun." Gisea berceloteh di depan laki-laki ini. Beda halnya dengan Jason, Gisea tidak banyak berbicara. Hei-hei, apakah Gisea genit?
"Bilang saja apa tujuanmu yang sebenarnya," ucap laki-laki itu tanpa basa basi lagi.
"Tujuanku cuman satu, pulang. Sudah itu saja. Kau hanya perlu melepaskan tali ini."
Laki-laki itu menatap Gisea tanpa minat. Gadis ini sedikit menjengkelkan baginya. Terlihat dari caranya berbicara begitu pula dengan tatapannya.
"Tidak usah bermain-main denganku, Tuan puteri."
"Sebaliknya, kau juga, Tuan, Pangeran?"
Laki-laki itu mematung. Darimana Gisea tahu identitas aslinya?
Tbc
22 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER COVER GISEA (END)
FantasyGisea selalu berusaha untuk tidak melihat kebelakang. Ia menutup mata, menutup telinga dan menutup mulutnya. Seolah tak terjadi apa-apa. Ia hidup normal seperti manusia pada umumnya. Seperti bersekolah, menghabiskan waktu bersama teman dan juga mela...