3. Rumah

13 3 0
                                    

~o0o~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~o0o~

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

~o0o~

"Bedra, pasukan siren sudah datang."

Yasio mendekati Bedra yang sedang duduk di tahkta kerajaan. Bedra, perempuan itu berlaga seolah-olah ialah Ratu dan pemimpin lautan ini.

"Kau melakukannya tanpa sepengetahuan Maren, bukan?" tanya Bedra pada bawahannya itu, Yasio.

"Ya, tentu. Maren tidak akan mau bergabung dengan kita." jawab Yasio.

Bedra berdeham. Mengangkat wajah angkuhnya. "Berapa banyak pasukan siren yang bergabung?"

"Dua ratus. Dan mereka semua sudah tak ingin lagi mematuhi Maren."

Bedra tampak kaget. Ia tak menyangka pasukan Siren yang datang berjumlah sebanyak itu. "Itu bagus."

"Jangan sampai kabar ini terdengar sampai ke telinga Maren," lanjutnya.

Ada dua penguasa lautan ini. Pasukan duyung dan pasukan siren. Kedua kubu ini tidak akan pernah bersatu. Pasalnya sudah dari beribu-ribu tahun yang lalu, nenek moyang mereka tidak pernah memiliki hubungan yang baik.

Maren. Sang Raja siren. Ia tak pernah mau mengganggu wilayah duyung. Begitupun sebaliknya. Ia tidak mau berurusan dengan para duyung.

Pasukan Duyung dan pasukan siren hidup di wilayah yang berbeda. Pasukan duyung mengambil wilayah Selatan Samudera Atlantik, sedangkan pasukan siren mengambil wilayah Utara samudera Atlantik. Mereka melakukan aktifitas tanpa mengganggu satu sama lain.

Namun kali ini berbeda. Bedra berusaha menyatukan pasukannya dan pasukan Siren untuk bergabung mengambil alih lautan. Mereka akan membuat pasukan baru. Mereka akan melawan pasukan duyung dan siren yang tak mau patuh kepada Bedra. Mereka juga akan menjadi Bedra sebagai Ratu baru Kerajaan Arpolioa.

🐋


Gisea mengedarkan padangannya. Suasana bawah laut sekarang benar-benar kacau bak kapal pecah. Rumah-rumah para duyung rusak tak tertata. Banyak mayat duyung yang tergelak di dasar pasir. Gadis itu tak habis pikir. Rasanya seperti ia sedang bermimpi. Kota ini sangat berbeda saat terakhir kali ia berada di sini 5 tahun yang lalu.

Para duyung yang ia lewati sangat ketakutan. Melihat Gisea seperti melihat monster. Apa yang salah dengan penampilan Gisea?

Matanya menggelap. Timbul beberapa sisik hitam di kulit tubuhnya. Ekor yang tadinya berwarna biru permata, sekarang berubah menjadi warna tinta gurita. Siapa yang tidak takut melihat sosok seperti itu.

Gisea sampai di depan gerbang istana bersamaan dengan Adrian. Gerbang istana di tutup. Tak biasanya. Seingat Gisea, gerbang ini selalu dibuka kapan saja. Gadis itu meminta Adrian untuk membuka gerbang. Betapa terkejutnya Gisea melihat banyak siren berada di istananya. Sama halnya dengan Adrian yang diam mematung.

Anehnya, pasukan siren tidak menyerang Gisea dan Adrian sama sekali. Apakah karena penampilan Gisea yang menyeramkan ini sampai-sampai membuat pasukan siren berpikir bahwa Gisea kaum mereka?

Tidak mungkin. Sudah jelas Gisea adalah seorang duyung. Atau karena mereka tau Gisea adalah Puteri kerajaan Arpolioa?

Tetapi hal itu hanya berlangsung 10 detik. Saat Gisea menggerakkan ekornya, pasukan siren tersadar dan mulai menyerang Gisea serta Adrian.

"Tuan Puteri, tetap berada di belakang ku!" suruh Adrian seraya menangkis serangan para siren.

Gisea berteriak geram. "Apa kau gila? Jangan membahayakan nyawamu untukku."

"Qui mihi minatur, nunc discedite!"

Para siren terdorong sangat jauh akibat kata-kata yang keluar dari mulut Gisea. Laut beserta isinya ikut tergoncang hebat.

Sudah lama Gisea tak pernah mengeluarkan kekuatannya. Selama 5 tahun ia memendam kekuatannya. Kali ini Bedra benar-benar berhasil membuat 'Kaia' kembali.

"BEDRA!"

Mata Bedra menyipit, berusaha mengenali sosok gadis yang datang menghampirinya.

"Aukai?"

Gisea diam di belakang cahaya matahari. Ia menggeretakan giginya ketika Bedra masih berani menyebut nama sang Ibunda dengan mulut kotornya itu.

"Oh tidak-tidak, bukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh tidak-tidak, bukan. Aku sudah membunuhmu!"

Bedra semakin menjadi-jadi. Gisea mengambil beberapa langkah untuk maju. Tepat sekali. Tubuhnya itu bersinar disinari cahaya matahari yang masuk ke dalam istana.

"Gisea?" pasti Bedra.

"Ka-kau? Kau sudah meninggal lima tahun yang lalu!"

Deg!

Mendengar hal itu membuat Gisea bingung setengah mati. Sejak kapan ia di nyatakan meninggal? Ah, Bedra baru saja mengatakan itu '5 tahun yang lalu'.

"Dimana bundaku, Bedra?" tanya Gisea dengan nada rendah.

"Apa- a-pa maksudmu, Gisea?" Bedra langsung turun dari takhta. Entah mengapa ia tiba-tiba menjadi gagap dan gugup di hadapan keponakannya itu.

"KAU LETAKAN DIMANA JASAD IBUNDA?!"

Bedra benar-benar dilanda ketakutan saat ini. Dihadapannya ini adalah 'Kaia'. Satu hal lagi yang Bedra benci ialah, ibunya mewariskan kekuatannya kepada cucunya, Gisea, bukan kepada Bedra, anaknya.

"Kau!" Gisea menunjuk Yasio dengan jari telunjuknya.

"Aku pikir kau benar-benat setia mengawal kepada ibunda. Ternyata kau hanyalah pengkhianat pemuja Bedra."

Yasio Gelagapan. Ia tidak tahu jika Puteri dari Aukai masih hidup. 5 tahun yang lalu, Aukai dan Orton mengumumkan kematian Gisea. Tidak tahu apa maksud dan tujuan sepasang suami-istri itu mengumumkan kabar yang ternyata adalah sebuah kebohongan.

Gisea menggerakkan kepalanya sedikit kebelakang. Adrian yang paham maksud Gisea, langsung mendekat.

"Adrian, periksa seluruh istana dan temukan ayahku," bisik Gisea.

"Baik, tuan Puteri." Adrian meninggalkan Gisea dan mulai mencari keberadaan sang Raja.

Bedra meminta Yasio untuk mengikuti Adrian. Namun usahanya itu gagal saat Gisea berbicara.

"Biarkan Adrian mengurus masalah itu untukku. Kau hanya perlu berbincang sedikit denganku." Gisea menyunggingkan senyumannya.

"Kau tidak punya sopan santun? Memanggil orang yang lebih tua dengan nama," sindir Bedra.

Gisea berdecih. "Sopan santun pada mu? Aku pikir tidak perlu."

Tbc

7 November 2022















UNDER COVER GISEA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang