19. Go Home

3 1 0
                                    

~o0o~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~o0o~

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

~o0o~

Seorang tour guide sudah disewa Gisea dari jauh-jauh hari. Mereka tiba di hotel beberapa menit yang lalu. Orton dan Adrian membongkar koper bawaan mereka. Kedua pria itu sangat senang dengan hadiah yang diberikan Gisea ini.

Orton membandingkan kopernya dengan koper Gisea. Gisea cuma membawa 1 koper kecil dan tas ransel. Apakah memang seharusnya seperti itu? Atau pria itu saja yang terlalu bersemangat dan heboh dalam liburan kali ini, sampai-sampai kopernya penuh karena terlalu banyak bawaan.

Selama satu minggu ke depan, mereka akan berempat berada di sini. Itu cukup bagi Gisea untuk pergi ke lautan sebentar. Samudera Atlantik letaknya tidak jauh dari sini. Gisea bisa berenang dengan mudah. Tapi, ia bingung harus membuat alasan apa pada Orton? Gises yakin pria itu tidak akan mengizinkan ia pergi.

"Sebentar lagi, aku mau pergi bersama Ryuku. Apa kau bisa berada di sini bersama Adrian didampingi tour guide?"

Orton yang sibuk mengeluarkan bajunya dari koperpun menolehkan kepala. "Pergi kemana, sayang?"

"Berkeliling. Aku memiliki kenalan di sini. Aku harus mencari beberapa bahan untuk tugas kuliahku. Eropa terkenal dengan ke vintageannya," jawab Gisea.

"Jam berapa kau pulang?" tanya Orton.

"Itu masalahnya."

Orton mengerutkan kening. "Kenapa, Sea?"

"Itu bukan masalah jam. Tapi masalah hari, ayah. Mungkin 3 hari, baru aku akan bergabung bersama kalian," ucap Gisea dengan nada sedih.

Tolonglah! Siapa yang tega melihat Gisea jika sudah seperti ini? Ta-tapi, kenapa pikiran Orton menjadi ambigu? Ia berpikiran yang tidak-tidak pada anaknya dan Ryuku.

"Kalian tidur dimana?"

"Tentu saja hotel, ayah. Sama seperti ini."

"Kamar yang berbeda, bukan?"

Gisea mengerjapkan matanya berkali-berkali. Dari mana datangnya pertanyaan ayahnya itu? Sungguh, Gisea tidak ada pikiran sampai ke situ. Astaga, ayahnya itu punya masalah apa?

"Itu sudah pasti," jawab Gisea jengkel.

"Aku kembali ke kamarku untuk bersiap pergi, ayah. Tolong beritahu Ryuku untuk bersiap juga jika dia sudah selesai mandi."

🐋

Kaki gadis itu berubah menjadi ekor berwarna biru pertama. Di sebelahnya, seorang laki-laki juga berubah menjadi seekor siren dengan ekor berwarna biru gelap, ujung siripnya berwarna zamrud. Ini adalah pengalaman langka. Seekor duyung berenang bersama seekor siren dan saling beriringan. Mahkota di kepala masing-masing menambah kesan anggun dan gagah bagi mereka berdua.

Ini adalah Samudera Atlantik Utara. Dimana semua siren hidup dan tinggal di sini. Ryuku memimpin jalan di depan. Karena laki-laki itu jelas lebih mengetahui wilayah ini dari pada Gisea.

Lautan sangat sepi. Ternyata tempat hidup siren lumayan dingin dan cukup gelap. Tapi Gisea takjub dengan pemandangan di bawah sini. Mereka tidak melihat siren satu ekorpun.

Semakin lama mereka menjelajahi lautan, semakin dekat pula mereka dengan Kerajaan Girdenao.

"Tuan Pangeran!" suara itu melengking di pendengaran Ryuku.

Pendengaran siren memang lebih baik dari duyung dan manusia. Namun hal itulah yang membuat mereka sangat sensitif terhadap suara.

"Viola!" Ryuku dengan gesit berenang mendekati siren itu. Dia adalah Viola, sepupu dekat Ryuku.

Ryuku menangkap tubuh Viola yang sudah lemas. Ia memiliki beberapa luka dibagian tubuhnya. "Apa yang terjadi?"

Tatapan Viola tertuju pada gadis di belakang Ryuku. Ini bukan tatapan tidak suka, Viola hanya penasaran. Jelas dari segi penampilan dan bentuk tubuh, gadis itu bukan seekor siren. Namun, dengan melihatnya saja, Viola tahu bahwa Gisea tidak memiliki maksud jahat.

"Seekor duyung kenapa bisa ada di sini?" tanya Viola lemah.

"Dia seorang Puteri, Viola. Lupakan itu, jelaskan padaku tentang ini," pinta Ryukyu menunjuk luka gadis itu.

"Maaf sebelumnya, Tuan Puteri. Aku bukan bermaksud menyinggung kau dan pasukanmu."

Gisea kaget karena Viola sangat ramah padanya. Apa lagi gadis itu masih memanggilnya dengan sebutan 'Tuan Puteri'. Padahal mereka berdua berasal dari pasukan yang berbeda.

"Ada seorang pemimpin duyung betina dan pengikutnya menyerang wilayah kami. Aku aneh karena ada ratusan siren yang ikut menyerang kami. Sepertinya mereka membuat aliansi. Tapi aku tidak tahu jelas apa tujuan yang sebenarnya."

Mendengar itu membuat Gisea mengepalkan tangannya. Gertakan gigi terdengar oleh Ryuku dan Viola. Ia tidak habis pikir lagi dengan Bedra. Apakah tidak cukup dengan membunuh ibunya? Apakah tidak cukup dengan istana dan kekayaan yang ditinggalkan Orton dan Gisea untuknya? Kenapa ia masih harus menyerang pasukan siren?

Ryuku menyuruh Viola tenang. Karena sepertinya gadis itu masih syok. "Bagaimana dengan istana? Apakah baik-baik saja?"

"Tidak, Tuan Pangeran. Semua siren dipaksa untuk ikut dengan pemimpin itu. Dia mengancam kami. Untungnya paman menyelamatkan aku dan aku berhasil lari, lalu bersembunyi," jelas Viola.

"Dimana ayahku?" tanya Ryuku cemas.

Viola menggeleng. "Aku tidak tahu, maafkan aku. Tapi aku mendengar jika pemimpin itu akan membangun sesuatu di tengah-tengah antara Samudera Atlantik Utara dan Samudera Atlantik Selatan."

Tbc

28 November 2022

UNDER COVER GISEA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang