~o0o~
𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
~o0o~
"Gisea!"
"Berhenti."
Ryuku berusaha menghadangi gadis itu agar tidak berbuat ceroboh. Ia tahu bahwa Gisea sekarang tidak bisa menahan amarah. Tetapi, Ryuku salah karena mencoba menghentikan gadis itu.
"Awas!" desis Gisea.
Mata Ryuku membola. Ia dibuat terdorong cukup jauh oleh Gisea. Kekuatan Gisea menjadi kuat berkali-kali lipat. Beberapa hari yang lalu, gadis itu merengek karena tidak kuat menarik tubuh Ryuku yang besar. Lantas, siapa gadis ini?
"Gisea?"
Gisea memberikan tatapan sinis pada laki-laki itu. " Jangan ikuti aku," ucapnya tajam.
"Kau mau pergi kemana?"
"Bukan urusanmu. Lepas!"
Ryuku memandangi Gisea yang berenang menjauh darinya. Perubahan Gisea yang tiba-tiba membuat laki-laki itu terkejut bukan main. Ekor gadis itu berubah menjadi warna tinta gurita. Ryuku juga melihat beberapa sisik hitam timbul di tangan gadis itu. Tatapan Gisea tadi membuat Ryuku ngeri tanpa alasan. Ada sesuatu dalam diri gadis itu.
"Viola!"
"Viola!"
Viola menghampiri Ryuku yang Memanggilnya. "Ada apa, Tuan Pangeran?"
"Aku tidak bisa meninggalkan kau sendirian di sini. Ikut aku."
Secara diam-diam laki-laki itu mengajak Viola untuk mengikuti Gisea. Gadis itu berenang dengan sangat gesit. Ryuku dan Viola kewalahan mengejarnya.
"Dia sangat cepat." Viola berhenti di tengah jalan.
"Kau lelah? Kau bisa ber-"
"Tidak, Tuan Pangeran. Tidak ada waktu lagi," potong Viola menarik lengan Ryuku agar mereka lebih cepat mengejar Gisea.
Orton melepaskan tangan Viola. "Aku minta satu hal. Tolong panggil semua siren yang tersisa di semua lautan. Ajak mereka datang ke Samudera Atlantik bagian tengah."
"Kau akan pergi sendirian?" tanya Viola.
"Iya. Kau bisa menjaga dirimu, kan?"
Viola mengerjap. "Iya, Tuan Pangeran. Ku laksanakan, segera."
🐋
Dari arah berlawanan, seluruh pasukan duyung dari seluruh lautan muncul akibat sinyal yang mereka rasakan. Mereka tidak begitu tahu siapa yang membuat mereka menjadi patuh seperti ini.
Mereka melihat Orton yang berenang di dekat mereka. Otomatis, semuanya menunduk dan memberikan hormat kepada pria itu.
"Yang Mulia," seru mereka serentak.
Orton adalah Raja duyung. Walau para duyung banyak tersebar di lautan yang ada dunia ini, pemimpin mereka hanyalah Orton dan Aukai. Sesekali mereka akan kembali dan berkumpul di istana Arpolioa. Karena Arpolioa dan Samudera Atlantik adalah pusat utama bagi para duyung. Setelah selesai berkumpul di istana, mereka akan kembali ke rumah masing-masing.
Tidak semua duyung dan siren bisa berubah menjadi manusia. Biasanya hanya keluarga kerajaan yang bisa berubah. Mereka memiliki sebuah alat untuk itu. Contohnya seperti Gisea, gadis itu mempunyai sebuah kalung.
Orton, Aukai dan Mahen, sebagai pemimpin para duyung serta siren, mereka tidak mengizinkan duyung dan siren menganggu manusia. Itu semua demi kebaikan duyung, siren dan juga manusia itu sendiri.
"Kenapa aku mengizinkan Gisea pergi?" tanya Orton pada dirinya sendiri.
Adrian mengelus pundak Orton. "Tidak apa-apa, Yang Mulia."
"Harusnya aku melarangnya dan ini semua tidak akan terjadi," sesal Orton.
Melihat percakapan intens antara Orton dan Adrian, para duyung penasaran kenapa Aukai tidak bersama pria itu.
"Dimana Yang Mulia Ratu, Yang Mulia?" seekor duyung mengajukan pertanyaan itu kepada Orton.
Pria itu enggan menjawab. Para duyung belum mengetahui kematian Aukai. Mereka semua belum mengetahui apa yang terjadi.
"Sepertinya aku salah berbicara," bisik seekor duyung pada temannya.
Tiba-tiba lautan mengalami guncangan. Tak jauh dari sana, pusaran air mengelilingi seseorang. Sinyal mereka semakin kuat. Mereka berenang mendekati orang itu.
"Gisea!" teriak Orton.
"Tuan Puteri!"
"Sea!" Itu adalah suara milik Ryuku.
Di belakang Ryuku terdapat pasukan siren yang dibawa oleh Viola. Ryuku sudah menduga akan terjadi sesuatu yang besar.
Semua duyung menjadi kaget. Bukankah kematian Gisea sudah diumumkan dari 5 tahun yang lalu? Kenapa tubuh gadis itu ada di hadapan mereka? Bahkan gadis itu berkedip. Tanda ia masih hidup. Yang lebih menganggetkan lagi, di sebrang mereka sudah banyak pasukan siren yang datang.
"Itu siren!" pekik para duyung.
Di sisi selatan ada pasukan duyung. Di sisi utara ada pasukan siren. Bedra membangun istana di bagian tengah wilayah dua pasukan itu. Jadi, istana yang baru dibangun ini menjadi pembatas bagi kedua kubu.
Prok prok prok
Tepuk tangan meriah berasal dari seorang perempuan. Bedra takjub dengan pertunjukan yang di buat Gisea berserta para duyung lainnya.
"Oh, sebentar. Ada pasukan siren juga rupanya."
"Apa ini hadiah untukku, Sea?"
Bedra menggelengkan kepala manja. "Oh, tidak sepertinya. Kaia?"
"Luciana Kaia Gisea? Begitu bukan, Puteri kesayangan Aukai?" lanjutnya.
"Berhenti menyebut nama ibunda dengan mulutmu, sialan!" maki Gisea pada Bedra.
Tbc
29 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER COVER GISEA (END)
FantasiaGisea selalu berusaha untuk tidak melihat kebelakang. Ia menutup mata, menutup telinga dan menutup mulutnya. Seolah tak terjadi apa-apa. Ia hidup normal seperti manusia pada umumnya. Seperti bersekolah, menghabiskan waktu bersama teman dan juga mela...