20. Istana baru

2 1 0
                                    

~o0o~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~o0o~

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

~o0o~

"Lakukan dengan benar!"

"Aku tidak mau ada kesalahan sekecil apapun!"

"Kau! Tegapkan badanmu!"

Para siren dan duyung itu bermalas-malasan, sehingga membuat Bedra geram karena pekerjaan mereka yang belum selesai. Bukan perihal bermalasan-malasan, mereka semua tidak mau bekerja di bawah perintah Bedra. Yang membuat mereka tak terima adalah Bedra menyuruh mereka untuk bekerja terus-menerus dalam 24 jam penuh. Mereka tidak memiliki waktu untuk beristirahat.

Suatu pekerjaan akan selesai jika pekerjaan itu dilakukan bersama-sama dalam kekompakan. Namun, pasukan siren dan duyung tidak bertegur sapa sedari mereka bertemu di tempat ini.

Tidak ada cara untuk melarikan diri. Sudah banyak siren dan duyung menjadi pengikut Bedra. Alasannya ada dua. Yang pertama, mereka diancam dan dipaksa. Yang kedua, mereka menyerah diri sebagai pengkhianat kerajaan Arpolioa dan kerajaan Girdenao.

"Biarkan mereka untuk beristirahat."

Bedra menatap tidak suka kepada Yasio. Pria itu terus menerus memerintahnya. Di sini, hanya dialah sebagai pemimpin. Tunggu saja sampai istana baru ini selesai dibangun. Bedra akan menguasai seluruh lautan.

"Kau kasihan dengan mereka?" tanya Bedra diiringi tawa renyah.

"Bergabung saja menjadi bagian mereka."

"Mereka sudah bekerja terlalu lama, Bedra. Mereka bisa mati dan istanamu tidak akan selesai," ujar Yasio.

Bedra memutar bola matanya jengah. Ia berkeliling, memeriksa, kira-kira sudah berapa persen mereka melakukan pekerjaanya. Di otaknya sudah terbayang-bayang semegah apa istana ini dalam beberapa waktu ke depan. Saat itu datang, Bedra pasti duduk di takhta yang dibuat khusus untuknya. Semua makhluk lautan ini harus tunduk kepadanya.

Tidak sia-sia aku membunuhmu, adikku tersayang, sambungnya membatin dalam hati.

Cahaya matahari menembus air lautan bak peluru yang melesat. Bedra bahagia karena langitpun seakan-akan berpihak kepadanya. Perempuan itu tersenyum tanpa alasan bak orang kerasukan. Tidak tahu, ia sangat bahagia atas apa yang sudah ia perjuangkan sampai detik ini.

Perlahan cahaya matahari itu sirna. Langit menggelap disertai air hujan yang turun menyentuh lautan. Bedra kebingungan. Apa yang sedang terjadi? Barusan, cuaca begitu cerah. Mengapa bisa berubah dalam sekejap?

"Yasio, berenanglah ke atas. Lihat apa yang sedang terjadi."

🐋

Dua orang Pria itu bergaya konyol saat tour guide memotret mereka berdua. Walau umur mereka berjarak 23 tahun, keduanya tidak canggung dengan hal itu. Rasanya mereka seperti berteman. Wajar saja, Adrian sudah cukup lama mengabdi pada Orton dan Aukai.

"Apakah ada makanan enak di sini?" tanya Orton yang sudah kelaparan.

Benar, mereka belum makan siang. Mereka hanya sarapan roti dan salad saat di hotel tadi.

Tour guide itu tertawa. "Mari, saya antarkan."

Gisea menitipkan cukup uang pada tour guide itu. Ia memintanya agar menjaga Orton dan Adrian ketika dirinya tidak ada. Gadis itu juga bilang, tour guide itu harus memuaskan keduanya jika mereka ingin sesuatu. Gisea percaya, tour guide itu tidak akan membawa lari uangnya. Lagipula, ia bisa melaporkan orang itu ke kantor pusat.

"Kehidupan di daratan sangat-sangat berbeda dengan lautan," ungkap Adrian saat tiba di depan restoran. Restoran ini lebih mewah di banding kali terakhir mereka pergi bersama Gisea.

Orton menganga. Ia mengangguk setuju dengan Adrian. Pria itu heran, darimana Gisea bisa dapat uang sebanyak ini?

"Mari, tuan. Kita masuk ke dalam," ajak tour guide itu.

Mereka bertiga masuk ke dalam, mencari tempat duduk dan meja yang kosong untuk mereka. Pelayan menghampiri mereka. Menawarkan beberapa menu yang menggugah selera.

Pesanan sudah di catat. Mereka perlu menunggu hingga makanan itu selesai di masak. Mereka berbincang-bincang sekaligus bercanda mengenai sesuatu. Meskipun tour guide itu tidak mengerti apa yang menjadi candaan Orton dan Adrian, ia tetap ikut tertawa.

"Pesanan sudah siap. Silahkan dinikmati, tuan."

Makanan itu tersaji di atas meja. Orton dan Adrian menjilat bibirnya karena sudah tidak sabar mendaratkan makanan itu ke dalam perut mereka.

"Ayo kita makan," ajak Orton tidak sabaran.

Mereka menikmati makanan itu dengan lahap sampai tak tersisa sedikitpun di atas piring. Mereka sangat kenyang dan puas. Mereka akan duduk sebentar, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.

Gumpalan awan hitam di langit menjadi pemandangan Orton, Adrian dan tour guide. Tak lama, hujan rintik turun. Beberapa guntur terdengar dan hujan menjadi sangat deras. Orton dan Adrian samar-samar mendengar suara ombak di sana.

"Apakah di sekitar sini ada pantai?"

"Ah, aku lupa memberitahu kalian. Iya, betul. Di belakang restoran ini ada sebuah pantai," jawab tour guide itu.

Orton dan Ardian membulatkan mulutnya. Mereka berkata 'oh' tanpa suara. Mereka tidak memiliki perasaan apa-apa. Mereka pikir, ini hanya hujan yang turun seperti biasa. Sampai ketika, Orton dan Adrian merasakan sebuah sinyal. Kepala mereka berdenyut, tubuh mereka terasa panas, dan telinga mereka berdenging. Seolah-olah ada yang menarik mereka untuk masuk ke dalam lautan.

"Kau merasakannya?" tanya Orton pada Adrian.

"Iya, yang mulia. Aku merasakannya."

Orton memanggil tour guide di sebelahnya. "Kau bisa pergi kembali ke hotel. Kami akan pergi sebentar, jangan tunggu kami."

Setelah mengucapkan itu, Orton dan Adrian berlari ke arah belakang restoran. Lautan luas ada di depan mereka. Mereka berdua berlari mencemplung diri mereka ke lautan.

"Kaia kembali."

Tbc

29 November 2022

UNDER COVER GISEA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang