5. Pesan terakhir

3 2 2
                                    

~o0o~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~o0o~

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

~o0o~

Trouble
Panggilan suara berlangsung

Sea, kau tak pergi ke kelas?

.....

Sea?

Ah ya, Jason. Maaf?

Aku menunggumu
Apa kau tidak akan datang ke universitas hari ini?

Aku sedang tidak fitt
Aku akan mengirimkan surat

Kau sakit?
Apa kau ingin aku datang ke rumahmu nanti?

Tidak usah, Jason
Aku bisa mengurusnya sendiri
Terimakasih sebelumnya

Tut

Gisea menutup telepon terlebih dahulu. Ia tidak mau Jason mengeluarkan banyak pertanyaan untuk dirinya. Gadis itu sedang malas menanggapi perkataan Jason yang sudah pasti tak ada habisnya. Ia kembali menyari kotak yang berisi obat-obatan.

Orton mengintip anaknya. Ia tidak ketinggalan zaman dan ia mengetahui barang apa saja yang digunakan di daratan. Ia juga sesekali datang ke daratan untuk memeriksa Gisea dari kejauhan.

"Dia kekasihmu?"

Hampir saja kotak yang baru ia temukan itu terjatuh. "Ayah!"

Sudah berapa kali Gisea dikejutkan oleh suara ayahnya itu. Orton terkekeh melihat tingkah lucu anaknya yang seperti habis terciduk.

"Ayah bertanya, apkah dia kekasihmu?"

"Apakah dia terlihat seperti kekasihku?" Gisea bertanya balik ke ayahnya itu dengan jengkel.

"Bagaimana ayah bisa melihatnya jika kau tidak membawanya ke hadapan ayah?"

"Bagaimana-, ayah cukup!" Kenapa ia malah bermain lempar tanya bersama ayahnya itu?

"Dia adalah sahabatku, teman dekatku, hanya itu, ayah."

Gisea meminta ayahnya itu untuk duduk di kursi selagi ia menyiapkan obat merah untuknya. Gisea mengambil kapas dan cotton bud. Ia mengoleskan obat merah itu ke pergelangan tangan Orton. Ia menjadi ngilu sendiri melihat luka itu.

"Apakah sakit?"

"Tidak, sayang," jawab Orton.

Melihat wajah teduh anaknya, membuat Orton tenang. Namun, ada rasa mengganjal di hatinya. Anaknya sekarang tidak memiliki ibu, dan hanya memiliki seorang ayah seperti dirinya. Orton harus mengambil tanggung jawab besar bagi Gisea. Ia takut tidak bisa menjaga Gisea dan melindungi Gisea seperti halnya yang terjadi kepada Aukai.

Gisea berpikiran sama. Hanya tersisa Orton dan Adrian. Adrian sudah ia anggap seperti pamannya sendiri. Gisea berdoa agar Adrian tidak seperti Yasio yang menjadi pengkhianat. Entah apa yang Bedra berikan untuk Yasio. Padahal, Yasio dan Adrian adalah pengawal kepercayaan Aukai. Namun, apalah daya nasi sudah menjadi bubur. Kini Adrian seorang yang masih bertahan bersamanya dan ayahnya.

"Apakah kau melihat Adrian?"

"Aku menyuruhnya membeli bajumu dan untuknya." Gisea menyengir.

Orton dan Adrian akan tinggal di sini untuk sementara waktu. Tak ada tempat yang aman bagi mereka semua kecuali di sini. Mereka sekarang berada di rumah Gisea. Ah iya, Gisea ingat satu hal. Mereka pulang dengan berenang melewati samudera Hindia. Berarti, Adrian? Pria itu? Astaga, apakah ia tidak kelelahan setelah berenang bolak-balik? Malah, sekarang Gisea menyuruhnya untuk berbelanja. Gisea merasa sangat bersalah. Ia akan menyuruh Adrian beristirahat setelah pulang.

🐋

Tok tok tok

"Sea! Bukakan pintu. Aku di depan!"

Creck

Pintu terbuka menampilkan Orton yang tengah berdiri tegap. Jasonpun diam. Padahal baru saja laki-laki itu mengetuk dan berteriak kencang di depan pintu Gisea. Keduanya mematung tak berbicara.

"Siapa, Ayah?" tanya Gisea dari dalam.

"Ini dia, kekasihmu," jawab Orton.

Jason terbatuk mendengarnya. Hei! Sejak kapan ia dan Gisea berpacaran? Yaampun, tak ada pikiran sedikitpun tentang hal ini. Astaga-astaga apa yang pria tua ini katakan?!

Gisea berlari menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.

"Jason! Sudahku bilang tidak usah ke sini." Rasanya Gisea ingin mencakar wajah Jason itu.

"Ingat!"

"Larangan ada untuk di langgar." Jason dan Gisea mengucapkan kalimat itu bersamaan. Gisea sudah hapal sekali dengan kalimat-kalimat Jason.

"Tebak, aku membawa apa?"

"Bubur," jawab Gisea.

Jason bangga karena Gisea dapat menjawab pertanyaannya dengan benar.

"Kau bilang kau sedang tidak fitt."

Padahal aku sehat-sehat saja, ucap Gisea dalam hati.

"Gisea, walau kekasihmu sudah datang, jangan lupakan ayah di sini," tegur Orton terkekeh.

"Ayah?" tanya Jason bingung

"Kau ayah Gisea, paman?"

Gisea menepuk dahinya. Ia mengehela napas.

"Masuk. Tidak baik berdiri di depan pintu," ujar Gisea berjalan lebih dahulu masuk ke dalam.

Gadis itu masih berduka atas kehilangan ibunya. Rasa sakit itu masih ada. Tetapi, saat ia berada di tempat peristirahatan terakhir ibunya kemarin, Orton bercerita sesuatu.

Aukai meminta Gisea untuk tidak bersedih. Menangislah sepuasnya, jika sudah berhentilah. Aukai akan ikut merasa sedih. Ia menyuruh Gisea untuk melanjutkan hidupnya di daratan dan membawa pergi ayahnya. Jangan kembali lagi ke lautan. Tinggalkan semua urusan di lautan.

Maka dari itu, Gisea berusaha untuk tetap tersenyum, tertawa dan bersikap seperti biasanya. Ia akan mengenang Aukai seumur hidupnya. Namun, untuk permintaan terakhir Aukai, Gisea tidak bisa berjanji. Ia akan kembali lagi ke lautan.

Tbc

18 November 2022

UNDER COVER GISEA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang