~o0o~
𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
~o0o~
Setelah memesan makanan Gisea, mereka berdua duduk untuk menikmati hidangan. Suapan pertama sudah masuk ke dalam mulut Gisea. Gadis itu sangat lahap. Sepertinya Gisea benar-benar kelaparan. Ryuku diam memperhatikan orang-orang yang berlalulalang.
Ryuku sangat bosan menemani Gisea yang makan tak ada hentinya sedari tadi. Laki-laki itu menenggelamkan kepala di antara kedua tangannya.
Sebuah sumpit menyentuh tangan Ryuku. Hal itu sontak membuat Ryuku terbangun dan membuat wajah penasaran. Ia seolah-olah berkata 'apa?' tanpa suara.
"Makan ini," ucap Gisea mendorong semangkuk mie yang hampir dingin.
Ryuku menggeleng. Ia tidak pernah memakan makanan sejenis ini. "Tidak. Kau saja yang makan."
"Aku sudah memesannya untukmu. Makan saja, ini enak." Gisea berusaha menyakinkan agar Ryuku mau makan bersamanya.
Ryuku melirik Gisea terlebih dahulu. Setelah yakin karena gadis itu mengangguk, Ryuku mengangkat sesendok kuah dan mie.
Wajah laki-laki itu memerah. Gisea yakin Ryuku pasti sedang kepedesan. Gadis itu berusaha menahan tawanya. Kasihan juga melihat Ryuku seperti anak kecil yang baru mencoba makanan pedas. Laki-laki itu meneguk segelas minuman dengan satu kali tegukan.
"Rasa apa ini?" Ryuku mengipasi lidahnya yang panas.
Gisea menyeringai. "Pedas. Bukankan ini enak?"
"Lidahku tidak cocok dengan makanan manusia," gerutu Ryuku.
"Kau pasti sengaja mengerjaiku."
Yasudah, Gisea bisa ngomong apa? Lagian tidak sepenuhnya Rukyu salah. Gisea memang ingin mengerjai Ryuku. Tapi ia tak menyangka ternyata Ryuku memang tidak menyukai makanan di daratan.
"Kau pasti sudah terbiasa hidup sebagai manusia. Apa kau masih ingat siapa dirimu sebenarnya?" tanya Ryuku dengan nada menyindir.
Gisea menghentikan makannya. Ia tersinggung dengan pertanyaan itu. Ia bukannya melupakan jati dirinya. Seandainya Ryuku tahu apa yang sebenarnya terjadi dan hal apa saja yang sudah menimpa Gisea.
"Kenapa diam? Tidak suka?"
"Aku sudah hidup di sini selama 5 tahun. Aku tidak pernah melupakan siapa diriku." jawab Gisea.
"Benarkah?" Laki-laki itu bertanya tetapi dengan nada mengejek.
Gisea melanjutkan makannya. Ia tidak boleh tersulut emosi pada laki-laki ini. Rasanya ia ingin memberitahukan segala-galanya pada Ryuku, agar laki-laki itu diam dan mengerti. Namun, pertemuan Gisea dan Ryuku masih terbilang singkat. Gisea tidak bisa mempercayai Ryuku dalam sekejap.
🐋
Gisea panik seketika waktu Jason berada di toko roti sebrang restoran. Gisea segera menarik Ryuku untuk menjauh dari tempat itu. Bisa gawat jadinya kalau Jason mendadak melihat Gisea yang sudah hilang selama 1 hari. Apalagi Gisea sekarang bersama dengan seorang laki-laki.
Ryuku menurut. Ia berjalan mengekor di belakang Gisea dengan jarinya yang digenggam erat oleh gadis itu. Ia menabrak Gisea yang berhenti tiba-tiba. Ada apa dengan gadis ini?
"Kalau mau berhenti itu bilang!" Ryuku mengusap pelan hidupngnya yang tertabrak dengan kepala Gisea.
"Gara-gara kepalamu yang keras ini, hidungku jadi sakit," adunya.
"Apa itu salahku?" sewot Gisea.
"Lalu siapa yang harus aku salahkan? Monster laut? Iya?" geram Ryuku.
"Ini." Ryuku mengangkat tangannya.
"Lepaskan."
Tersadar, gadis itu melepaskan genggamannya. Tidak seharusnya Gisea menjauhi Jason. Padahal tadi itu adalah kesempatan emasnya untuk lari dari Ryuku. Ia tidak perlu repot-repot berurusan dengan laki-laki ini. Ia hanya perlu minta tolong kepada Jason, setelah itu masalah akan selesai.
"Kau akan melepaskan aku jika aku lari darimu?"
Jason menyengrit memahami pertanyaan gadis itu. "Kau akan melarikan diri?"
Gisea tidak menjawab.
"Lari saja. Kemanapun kau pergi, aku masih akan mengejarmu bahkan sampai ujung lautan sekalipun itu ujung dunia."
Gisea tidak membalas lagi. Gadis itu memberhentikan satu taksi untuk mereka berdua tumpangi. Dengan banyak pertanyaan di dalam kepalanya, Ryuku ikut masuk ke dalam taksi itu.
Sebenarnya Ryuku sangat-sangat asing dengan dunia daratan. Ia bisa menghitung dengan jari berapa kali ia ke daratan. Dan itupun ia datang dengan memiliki tujuan dan alasan yang khusus. Untuk bersenang-senang dan mencari kepuasan di daratan, tak pernah Ryuku pikiran.
Banyak sekali hal yang membuat Ryuku penasaran dengan daratan. Gadis yang duduk di sebelahnya ini pasti memiliki banyak pengalaman di sini. Apakah Gisea lebih bahagia hidup di daratan daripada di lautan?
"Kenapa?" Gisea bingung karena Ryukyu terus menatapnya.
"Kita mau pergi kemana?"
Tin!
Ryuku menutup telinga. Telinganya berdenging ketika mendengar bunyi klakson.
"Argh!" erangnya.
Gisea langsung mempertanyakan apa yang terjadi pada laki-laki itu. Pasukan siren sangat sensitif dengan suara. Sekarang mereka berada di tempat yang ramai dan di penuhi dengan kendaraan. Gisea takut ini semakin membahayakan telinga Ryuku.
"Permisi, tuan? Aku akan berhenti di sini saja." Gisea menyerahkan lembaran uang pada sopir taksi. Kemudian mereka berdua turun dari taksi itu.
"Sebentar lagi kita akan sampai ke rumahku. Aku tau jalan pintas yang sepi di sini."
Tbc
25 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER COVER GISEA (END)
FantasíaGisea selalu berusaha untuk tidak melihat kebelakang. Ia menutup mata, menutup telinga dan menutup mulutnya. Seolah tak terjadi apa-apa. Ia hidup normal seperti manusia pada umumnya. Seperti bersekolah, menghabiskan waktu bersama teman dan juga mela...