~o0o~
𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
~o0o~
"Ayah! Cukup! Lihat, dia ketakutan gara-gara kau!"
Orton terus menyipitkan matanya berkali-kali. Ryuku sangat mirip dengan Mahen muda. Orton sempat bertemu Mahen. Itupun ketika mereka masih muda dan belum menikah. Ryuku benar-benar seperti duplikatnya. Sesekali ia mendekat mengamati wajah Ryuku. Dilihat-lihat, ternyata ada perbedaan antara siren dan duyung ketika berubah menjadi manusia.
Siren memiliki daun telinga sedikit lebih panjang, kulit mereka lebih pucat dari manusia biasanya, dan bola mata mereka berwarna hitam pekat. Tidak lupa kuku-kuku tajam milik mereka. Selagi mereka masih bisa mengontrol, kuku itu tidak akan muncul dan membahayakan manusia.
"Ayah cuman takjub, Sea," ujar Orton. Laki-laki itu menjatuhkan bokongnya di sofa.
"Sudah selesai?" sindir Gisea.
Orton merobek sebungkus roti. Dengan santai pria itu mengigit roti.
"Syudawh," ucapnya tak jelas.
Gisea itu sudah geram gregetan pada Orton. Pria itu memang tidak ingat umur. Padahal ia sudah memiliki anak berumur 20 tahun, tapi ia menganggap anaknya sebagai temannya sendiri.
"Siapa namamu?"
Ryuku menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia tidak tahu kepada siapa Gisea mengajukan pertanyaan itu. Bila bukan dirinya, kenapa semua orang itu menatap ke arahnya?"
"A-aku?" tanya Ryuku tidak yakin.
Gisea menghela napas panjang. "Siapa lagi?"
"Panggil aku, Ryuku dan nama lengkapku, Ryuku Dex Dante," jawab Ryuku memperkenalkan dirinya. Gisea pikir nama laki-laki itu cukup bagus.
"Aku rasa ada kesalahpahaman, co-"
Belum sempat Gisea menyelesaikan kalimatnya, Ryuku sudah memotong pembicaraan duluan.
"Kesalahpahaman apa yang kau maksud?" tanyanya tak terima.
"Pikir saja begini. Kenapa aku ada di daratan sekarang? Bahkan ayahku yang seorang Raja duyungpun bersamaku saat ini," tutur Gisea.
Ryuku menaikan salah satu alisnya. Ia menunggu gadis itu melanjutkan perkataannya. "Lalu?"
"Kau berkata bahwa pasukan duyung menyerang pasukan siren. Apakah itu normal? Sedangkan pemimpin duyung berada di daratan."
Di pikir-pikir jadi kepikiran. Omongan Gisea ada benarnya. Pasukan duyung tidak mungkin berbuat sesukanya tanpa aba-aba dari sang Raja. Lantas, apa yang terjadi sebenarnya? Ryuku bimbang. Ia tak tahu apakah harus percaya atu tidak dengan gadis ini.
Mata Ryuku tidak salah lihat waktu itu. Ia melihat ratusan duyung menyerang kerajaannya. Kedua pasukan ini tidak pernah memiliki masalah. Jangankan untuk itu, bertemu saja, mereka langsung melanjutkan perjalanan ataupun membuang pandangan.
Gisea berdiri. Gadis itu mengajak ayahnya untuk berbicara 4 mata.
"Ayah, apa kita harus percaya pada laki-laki itu?"
Orton tertawa. "Apa salahnya kita percaya, sayang?"
Gisea mengangkat bahunya. Ia harus menunggu persetujuan Orton lebih dulu agar ia bisa menceritakan semuanya kepada Ryuku.
Di ruang tamu hanya tersisa Ryuku dan Adrian. Keduanya merasa canggung. Ryuku tidak tahu harus membicarakan apa, sebaliknya begitu dengan Adrian.
"Apakah Pangeran mengenal tuan Puteri dengan dekat?" Tiba-tiba saja Adrian bertanya seperti itu.
Ryuku kaget karena Adrian memanggilnya dengan sebutan pangeran. "Tidak."
Adrian beroh ria. "Apa yang membawamu kesini?"
Tak berselang lama Gisea muncul bersama Orton. Waktunya pas sekali karena Ryuku tak mau menjawab pertanyaan Adrian.
"Dengarkan," ucap Orton. Gisea meminta Orton untuk berbicara yang sebenarnya pada semua orang di rumah itu. Supaya kesalahpahaman Ryuku dapat di atasi.
Orton berdeham. "Gisea memiliki seorang bibi. Namanya adalah Bedra. Aku juga tidak tahu kenapa Bedra menaruh dendam kepada ibunda Gisea. Bukan hanya ibunda Gisea saja, tapi terhadap aku dan Gisea."
Padahal Bedra dilakukan dengan baik di istana. Ibarat kata, dia adalah 'Ratu ke 2nya Arpolioa'. Namun perempuan itu berlaku seolah-seolah semua orang merendahkannya. Ia terus menerus membuat kekacauan di istana dan Aukai masih bisa memakluminya. Bedra benci karena ibunya mewariskan takhta kerajaan pada Aukai, bukan padanya. Seharusnya ia yang menjadi Ratu kerajaan Arpolioa.
Itu semua terjadi gara-gara perbuatan Bedra sendiri. Ibunya selalu meminta Bedra dan Aukai untuk belajar, berperilaku baik dan menaati semua peraturan istana. Tapi, Bedra melanggar itu semua. Maka dari itu, takhta kerajaan lebih pantas untuk Aukai.
"Yang lebih gila, bibinya itu hampir membunuh Gisea ketika dia masih kecil, dan-" Orton menggantungkan ucapannya.
Gisea terkejut bukan main. Ia sudah menutupi kejadian itu dengan rapat-rapat dari keluarganya. Kenapa Orton bisa tahu tentang hal ini?
"Bedra berani membunuh ibunda Gisea." Orton tersenyum. Ia tidak ingin terlihat sedih di depan Gisea dan Adrian.
"Karena itu aku menyuruh ibunda Gisea untuk membawa Gisea hidup mandiri di daratan. Agar anakku ini terjauhkan dari perempuan jahat itu."
Ryuku terdiam. Laki-laki itu memasang tampang bersalah. Demi apapun, ia sangat menyesal atas perkataannya kemarin. Ternyata gadis ini memiliki luka yang dalam. Ia bersyukur gadis itu masih hidup hingga saat ini. Ia juga ikut berduka atas kematian Aukai.
"Maaf, seharusnya aku tidak mengatakan hal-hal yang membuat kau tak nyaman," ujar Ryuku pada Gisea.
Gisea mengangguk paham. Gadis itu tidak bisa menyalahkan Ryuku. Lagi pula, laki-laki itu baru mengetahui kebenarannya.
Tbc
27 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER COVER GISEA (END)
FantasyGisea selalu berusaha untuk tidak melihat kebelakang. Ia menutup mata, menutup telinga dan menutup mulutnya. Seolah tak terjadi apa-apa. Ia hidup normal seperti manusia pada umumnya. Seperti bersekolah, menghabiskan waktu bersama teman dan juga mela...