~o0o~
𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
~o0o~
Ryuku sedang di interogasi oleh Orton. Gisea tidak bilang bahwa di rumah ada banyak orang. Bahkan Jason pun ada di sana. Laki-laki itu sudah tidak tahan mau menghajar wajah mulus Ryuku. Tentu ia akan membawa Ryuku ke kantor polisi.
Gisea tidak tahu harus bagaimana. Ia terus menahan tubuh Jason yang terus-terusan memberontak. Laki-laki itu tak berhenti menggulung naik lengan sweaternya.
"Lepaskan aku, Sea. Wajah mulusnya itu akanku buat lebam."
Gisea memukul pelan kepala Jason. "Aku sudah berdiri di depanmu."
"Tapi dia yang menculikmu," protes Jason emosi.
"Bukan seperti itu," sanggah Gisea.
"Biarkan dia berbicara dengan ayah terlebih dahulu. Ini tidak seperti yang kau bayangkan, Jason."
Jason mendesah kesal. Ryuku sangat beruntung karena Gisea membelanya. Namun, kenapa laki-laki itu harus mempunyai tampang seperti itu? Ia akui wajah Ryuku sangatlah tampan. Wajah itu adalah idaman para wanita. Wanita mana yang tidak terpikat olehnya. Ditambah lagi kulit pucat Ryuku sangat bersinar. Oke, Jason tau.
"Kau senang di culik dengannya, kan? Makanya kau membela dia. Wajah tampan seperti itu bisa membuatmu untuk meminta diculiknya selamanya."
Gisea melemparkan bantal sofa ke muka Jason. "Kalo iri bilang saja! Tidak usah berbicara asal-asalan!"
Lagian, darimana Jason dapat pikiran seperti itu? Gisea tau jika Jason sedang iri kepada Ryuku. Jujur saja, Gisea setuju Ryuku lebih tampan dari Jason.
Pintu terbuka. Menampilkan Adrian yang sedang menutup payung. Cuaca di luar sedang hujan deras. Untungnya, Gisea dan Ryuku sampai terlebih dahulu sebelum hujan turun. Adrian memandangi Gisea yang berada di dalam rumah. Begitu juga dengan Jason yang masih memasang muka bad moodnya.
"Tuan Pu-"
Ucapan Adrian terpotong oleh tangan Gisea. Tangan gadis itu berada di depan mulutnya. Berusaha mencegah agar ia tidak berbicara.
"Kau dari mana saja? Bukankan ini dingin? Kenapa kau keluar saat hujan seperti ini?" Gisea membantu Adrian menaruh payung kedalam sebuah kotak.
Adrian baru saja pulang dari kantor polisi. Baru saja ia tiba di kantor polisi, Jason sudah meneleponnya. Ia memberitahu Adrian untuk segera pulang dan membatalkan laporan kehilangan Gisea pada polisi.
"Kau tidak apa-apa, Sea?"
Gisea sudah memelototi Adrian, takut pria itu salah bicara lagi. Coba saja Jason tidak ada di sini, ia tidak akan repot-repot menyembunyikan semuanya. Kemudian, gadis itu mengangguk sebagai jawaban.
"Aku melihat mobilmu di depan. Kau bisa pulang, Jason. Sebentar lagi akan malam," ucap Gisea.
Secara tidak langsung, gadis itu mengusir Jason. Tapi ia tidak mau membuat Jason tersinggung.
"Kenapa aku harus pulang. Aku sudah mencarimu Gisea. Tidak bisakah aku tinggal lebih lama?"
Drttt . . . Drttt . . . Drttt
Handphone Jason bergetar. Sebuah nada dering berbunyi saat itu juga. Menandakan seseorang sedang menghubungi Jason. Gisea mengangkat dagunya, ia mengode agar Jason mengangkat telepon itu.
"Ada apa, Ma?"
". . . "
"Baiklah. Aku akan pulang secepatnya."
Jason menutup telepon dengan cepat. Ia mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja. Tanpa pikir panjang lagi, ia berpamitan dengan Orton, Adrian dan Gisea.
"Aku pulang. Tapi aku akan kembali, lagi."
Gisea mengiyakan perkataan Jason. Terserah kapan laki-laki itu mau ke rumahnya lagi. Gisea butuh bicara dengan Ryuku, Orton dan Adrian. Ada pembahasan yang harus mereka bahas.
"Tidak usah ngebut. Jalanan licin," peringat Gisea pada Jason.
🐋
"Jadi kau putera Mahen?"
Ryuku mengangguk. Ia jadi bingung dengan keluarga ini. Sedari tadi ia cuman bisa menggaruk tengkuknya. Pasalnya, Orton sedari tadi menanyakan pertanyaan yang tidak tahu harus ia jawab apa.
"Sea, kalau kau punya pacar baru, kenalkan pada ayah. Jangan malah lari dan meninggalkan Jason sendirian seperti itu. Bicara baik-baik dengan Jason. Ayah yakin dia pasti mengerti."
Jason menepuk pundak Ryuku. "Ayah setuju kau berpacaran dengannya."
Gisea meyemburkan cokelat hangat dari mulutnya. Gadis itu melongo heran. Ia mengelap sudut bibirnya. Semua perkataan Orton itu tidak masuk akal. Jadi, sedari tadi apa yang Orton bicarakan dengan Ryuku?
"Ayah, begini. Kalapun aku berpacaran dengannya, itu mustahil."
Gisea mengangkat gelasnya yang berisi cokelat panas. "Ibaratkan ini adalah aku."
Lalu, gadis itu mengangkat gelas Adrian yang berisi es coklat. "Nah ini, adalah dia."
"Kita mungkin sama, tapi itu berbeda ayah. Tidak mungkin." Gisea menggeleng kuat.
"Dia pangeran siren, sedangkan aku Puteri duyung. Pasukan siren dan duyung tidak pernah bersatu."
Ryuku mengangguk-anggukan kepala setuju dengan perkataan Gisea.
"Apa salahnya? Ayah hanya perlu berbicara dengan Mahen."
Berbicara memang sangat mudah. Gisea aneh sekali dengan Orton. Kemarin-kemarin pria itu setuju dengan Jason. Sekarang malah berbalik menyukai Ryuku. Lihat saja, besok Gisea akan mengadukannya kepada Jason.
"Lupakan itu," ucap Gisea.
"Ayo bicarakan ini dengan serius," lanjutnya.
Tbc
26 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER COVER GISEA (END)
FantasiaGisea selalu berusaha untuk tidak melihat kebelakang. Ia menutup mata, menutup telinga dan menutup mulutnya. Seolah tak terjadi apa-apa. Ia hidup normal seperti manusia pada umumnya. Seperti bersekolah, menghabiskan waktu bersama teman dan juga mela...