8. Brothers

420 29 1
                                    

Tidak ada satu pun manusia yg bisa melarikan diri dari masalah. Setiap orang pasti punya masalah. Tergantung bagaimana kita menyikapi masalah yg datang.

Bagi sebagian orang lebih memilih untung menunda menyelesaikan masalah. Tapi tidak sedikit juga yg bisa melewati masalah itu.

Seperti Earth.. 15 tahun dia lewati dgn hati yg penuh dendam dan sakit hati. Banyak hal yg dia lewati dgn sia sia. Dan banyak cinta juga yg sudah dia sia siakan. Semua hanya karena ketidak percayaannya ada cinta. Trauma itu mungkin masih tertanam di dalam hidupnya, entah sampai kapan.

“gak semudah itu Mix, lo gak ngerti rasanya di posisi gue dulu. Gimana rasanya kalo lo lihat pake mata lo sendiri detik detik orang tua lo mati”

Earth mengomel sendiri sementara beberapa kali kakinya menendang pohon yg tidak bersalah.

“lo pikir gue gak capek? Lo pikir gue gak kesel tiap malem mimpi buruk mulu, mimpiin hal yg sama mulu. Gue kesel gue marah”

Earth duduk bersandarkan pohon yg menjadi korbannya tadi.

Sejak kematian orang tuanya, Earth tidak pernah sekali pun datang  ke makam mereka. Bahkan ketika proses pemakaman pun Earth tidak datang karena masih dalam perawatan ketika itu.

Matanya menerawang jauh ke atas langit. Mencoba mencari cari alasan kenapa hidupnya terus berada di bawah bayangan masalalu. Tapi sayang, gumpalan gumpalan awan di atas sana tidak pernah memperjelas segalanya. Earth memejamkan matanya membiarkan angin menenangan hati dan pikirannya.

“Aghh”

Sebuah kaleng kosong mendarat tepat di atas kepala Earth.

“Gak lucu”

Earth melempar balik kaleng kosong tersebut. Tay lah pelaku yg membuat kepala Earth sakit.

“gue kesini pengen ngajak lo ribut”
Ucap Tay yg kini sudah berdiri di hadapan Earth yg masih duduk.

“Apaan sih lo dateng dateng ngajak ribut. Gue lagi pusing, gak usah gangguin gue”
Earth berniat mengusir Tay dari sana.

“gue juga lagi pusing. Ayo lah berantem sama gue. Biar sama sama lega. Bangun lo cepetan”
Tay menendang pelan kaki Earth dan terus memaksa Earth agar meladeninya.

Entah persahabatan macam apa yg mereka lakoni selama ini. Yg pasti apa yg mereka lakukan adalah bentuk kepedulian mereka.

Suasana di rumah Mix tampak biasa saja. Hanya saja Nabila terlihat lebih sibuk merapikan beberapa pakaian ke dalam koper. Yah.. Waktu liburan mereka hanya tinggal 3 hari lagi. Waktu yg terlalu singkat bagi Mix sebenarnya.

Sementara Nabila sibuk merapikan pakaiannya ke dalam koper. Mix hanya sibuk dgn ponselnya. Tidak ada yg dia lakukan, ponsel itu memang ada di tangannya tapi matanya menerawang jauh ke luar jendela.

“Mix lo dengerin gue ngomong gak sih?”

Nabila mencolek bahu Mix yg dari tadi melamun tidak mendengarkan apa yg dia katakan.

“apaan sih Nab lo ngagetin gue aja”
Ucap Mix yg terkejut dgn apa yg di lakukan Nabila.

“Lo gak mau packing baju baju lo, bentar lagi kita mau pulang Mix”

Mix bergerak malas dan menghampiri Nabila yg masih sibuk dgn koper kopernya.

“Nabila.. Lo baik deh”
Mix tersenyum penuh maksud pada Nabila.

“Apa sih Mix, lo mau apa?” Nabila seakan sudah mengerti jika Mix seperti itu ada maunya.

“Lo bilangin dong ke kantor, gue pengen liburan ini di tambah seminggu lagi. Yah yah... Boleh yah?”

Heartbreaker [𝓔𝓪𝓻𝓽𝓱𝓜𝓲𝔁] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang