Newton 1

73 49 64
                                    

“Sama kayak benda. Hati yang diem, akan tetap diem. Sementara, hati yang bergerak perlahan akan masuk dengan kecepatan yang stabil dan terencana.”

“Gue gak suka fisika. Gue suka biologi.”

“Fisika dan biologi adalah kesatuan yang utuh. Gue untuk alam yang tidak hidup, sementara Lo untuk organisme makhluk yang hidup.”


***

Kalian pernah mikir nggak sih, kalau abang-abang cilok itu terkadang membagongkan?

Pasalnya, sore ini Argo beli cilok langganan yang sering lewat depan kompleks rumahnya.

Sebenarnya bukan abang-abang ciloknya yang membagongkan, tapi cilok buatannya yang sangat mengagumkan dan tentunya membagongkan.

Dan yang paling membangongkan, hari ini sangat tidak terkira bahwa ayahanda Dora Dektora juga membeli cilok, biasanya yang membeli cilok itu Dora atau enggak emaknya.

Eh, calon camer Argo maksudnya.

Di temani dengan sosok nyusahin yaitu, Artas.

Kemarin, Artas kabur dari rumah karna pala-nya mau dibenjolin sama bapaknya.

Kadang, heran. Bapaknya Artas polisi, tapi tingkahnya kayak buronan tiap hari.

“Go, bayarin saya dulu ya.” ujar ayah Dora.

Waduh, ni bapak-bapak gak modal.
Tapi, sebagai calon mantu yang baik, Argo tetep senyum ngangguk.

“Iya, ambil aja pak. Nanti Argo yang bayarin.” tukas Argo.

Ayah Dora sudah senyum di sana. Akibat istri adalah pemegang saham tertinggi. Maka, ayah Dora kekurangan uang.

Jadi, sekalian aja ngutang.

Bukan ngutang kepenjual cilok, tapi ngutang ke Argo.

Is oke lah... Namanya juga anak temen sendiri.

“Yaudah. Makasih ya, saya ke dalem dulu.” pamit Anggara—ayah Dora.

Argo tersenyum, dan membalas
“Iya pak.” sahut Argo.

Sementara Anggara sudah masuk ke dalam rumah, Artas sedari tadi memakan cilok yang entah sudah berapa mangkok.

“Tambah lagi dong mang.” Pinta Artas sembari menyodorkan mangkok yang habis.

“Kalo camer yang ngutang gapapa, Lo yang ngutang gak tau dibayar kapan.” cicit dan pelan, yang masih  bisa didengar oleh Artas.

Artas memutar bola mata, “Gak ikhlas banget Lo setan.” sindir Artas.

Udah.

Argo udah muak.

“Minggu depan sekolah kita bakal tanding,” kata Artas sepotong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Minggu depan sekolah kita bakal tanding,” kata Artas sepotong.

Dia ngunyak cilok dulu.

Argo cuma ngeliat dengan tatapan pasrah.

“Lo yakin kita bisa kalahin Andera?” sambung Artas.

“Yakinlah.” tekad Argo menjawab pertanyaan Artas.

“Kalo cara main Lo berdua kek tadi siang. Gue yakin kita mati di tengah jalan.” serang Artas yang tertuju pada permainan Argo dan Gara siang tadi

***

Satu hal yang gue tau, akar serabut itu tumbuh dengan panjang yang sama dan tidak menembus tanah.” gumam Argo.

Ada Artas yang tengah merokok di sebelahnya. Sore yang menjelang siang ini, hanya ada mereka berdua di teras rumah Argo.

Geeta belum pulang dari les musiknya. Jam 7 nanti, niat Argo inging menjemput Geeta.

Artas mematikan api rakoknya, dan mengedarkan pandangan melihat 2 bocil main sepeda.

Mereka dari tadi teriak-teriak, mondar-mandir kek gak ada beban.

“Argo ... Lo liat bocil di sana?” Tanya Artas sambil menunjuk 2 bucah yang bermain sepeda.

Satu laki-laki, dan satu perempuan. Anaknya pak RT btw.

Pandangan Argo menuju bocah yang ditunjuk Artas, “Kenapa?” tanyanya.

“Bentar lagi masuk got.” sambung Artas untuk pertanyaannya.

Argo yang mendengar hanya mendengus pasrah, jika tidak out of topic berarti bukan Artas.

“Menurut Lo, akar serabut bisa berubah jadi akar tunggang gak?” tanya ulang Argo untuk pertanyaan yang tidak dijawab Artas.

Artas melirik Argo dengan tatapan 123serang!

“GAK BISA SETAN!” teriak Artas murka, “EMANG MAU NGAPAIN? JADI AKAR SERABUT?” lanjut Artas bertanya sinis.

“Gak, gue cuma ngerasa kalo hidup gue sebelas duabelas sama akar serabut.” jawab Argo.

“Kayaknya enggak deh. Soalnya hidup Lo miris.” balas Artas.

“Lo lebih miris sat.”

Selang beberapa menit mereka berbicara, entah bagaimana ceritanya, bocil laki-laki itu tiba-tiba jatuh persis di got depan rumah Argo.

Nampaknya, segala keinginan Artas akan terpenuhi.

“Kan, udah gue bilang tu bocah bakal jatuh.” ucap Artas.

Setelah Argo dan Artas mengucapkan selamat atas kejatuhan bocil tersebut, kembalilah mereka membantu anak itu naik.


__Sebangku__


@rnndt_sfyn

"SEBANGKU" END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang