Pusing, satu kata itu yang mencakup hari seorang Argo. Hari gue.
9×10⁹Nm²/C²,
Suatu hal yang wow saat menyadari bahwa rumus itu bikin gua bingung.
Gua yang gak nangkep pelajaran atau pak Hendra yang kurang dalam menjelaskan?
Pertanyaan yang bodoh untuk saat ini.
“Dor, lo paham?” tanya gue ke Dora, soalnya dari tadi dia merhatiin dan anggukin kepala sesekali, kaya orang paham banget.
Dora yang tadinya fokus kedepan, sekarang ngerutin dahi setelah denger pertanyaan gue, terus malingin muka natap gue, “Kenapa, lo gak paham?” bisik Dora.
Bisik-bisik, soalnya pak Hendra ngomongnya suka nyelekit.
“Lo paham?” ulang Dora.
"Gak.” jawab gue.
Dora senyum, seakan-akan dia bersuka rela untuk menjelaskan kembali rumus itu, sesuai pemahamannya.
Liat senyumnya dia, gue langsung nanya dong, “Lo paham?” tanya gue ke Dora.
“Enggak.”
***
Terik matahari tepat di atas kepala, walaupun ada 147,1 juta hingga 152,1 juta km jarak matahari ke bumi, mereka berdua masih aja latihan bola dari tadi pagi.
Masa lampau main bola, masa kini main bola, masa nanti? Main bola lagi atau berhenti?
Ya, udahlah. Itu gak usah dipikirin.
Yang jelas, mereka itu adalah Argo dan kapten basket Cakranda.Jujur aja, yang paling terkenal di Cakranda adalah Gara Gatadika selaku kapten basket Cakranda, dan juga love-love nya yang paling hedonisme yaitu, Lili.
Kalo kata pak Haris, “Bahaya, efek mereka sampe kemana-mana.”
Bener juga. Sahabatnya aja rela disuruh-suruh. Tapi, dia cukup baik. Hanya saja kesombongannya yang selalu naik.
“Gue capek.” desis Argo.
Capek fisik karna latihan mulu, capek psikis karna latihannya bareng Gara.
Lama-lama bareng gara itu, Argo bisa stres.Sebenernya kalo bukan pak Komang yang minta, gak akan sudi mereka berdua latihan bareng. Walaupun notabenya mereka satu club, tapi ada satu hal yang gak bisa ditiadakan dari mereka berdua yaitu, ketidak kongruenan (ketidak-samaan) mereka.
Ada aja yang dipermasalahin, terutama si Gara yang selalu buat masalah. Entah jailin Argo, taktik nyerang, bertahan, gaya Argo lari, bahkan satu stel style Argo latihan pun dikomentarin.
“Gue capek.” ulang Argo dalam hati. Kata itu terulang dalam hati, bukan berdesis lagi.
Dan jangan lupa, kalo Gara selalu buat masalah. Jahil gak guna, itu menurut Argo.
Dikit lagi padahal, Argo udah dikit lagi nyampe batas kelelahannya, dikit lagi nembak bola ke ring, tiba-tiba Gara langsung ngomong, “Argo, saya lelah. Hentikan pergerakanmu,” teriak Gara.
“Menghentikan pergerakan?”
“Jangan menembak, nanti terluka dan berakhir sakit.” lanjut Gara disertai kata mutiara.
“Asyu.” kata hati Argo yang tertekan.
Masalahnya, kenapa Argo tidak berusaha mengeluarkan suara?
Dan jawabannya simple aja, Argo gak suka bicara sama Gara.Entah ada masalah apa diantara mereka berdua. Kalo kata Adren, “Argo dan Gara gak akan pernah akur, kecuali di menit akhir pertandingan.”
Untung disetiap pertandingan mereka menang.
***
“Gar, sampe kapan lo mau main-main?” tanya Argo, sambil nutup botol pocary sweet yang tadi udah dia minum.
“Jangan banyak speak. Saya lelah.” jawab Gara dengan bahasa formalnya.
“GW PUKUL LU!” batin Argo. Tentunya, suara emang gak bisa didengar, tapi muka Argo gak bisa bohong.
“Jangan marah, muka kamu terlihat tua.” ejek Gara.
“Kalo muka gue tua, berarti lo orang tua rill.”
@rnndt_sfyn
KAMU SEDANG MEMBACA
"SEBANGKU" END✓
أدب المراهقينby: @rnndt_sfyn (END) (FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (BELUM DIREVISI) Spora yang awalnya dari zigot, tau-taunya jadi protonema juga. Walau kadang, pontang-panting kebawa arus hidrolik. Arkego Dasaptara, anak basket tapi bukan kapten tim basket. Ini cuma c...