"Kasusnya sudah lama ditutup, untuk apa membukanya lagi?" Shikamaru tidak mengerti dengan apa yang Naruto sebenarnya ingin lakukan dengan semua berkas penyidikan sepuluh tahun lalu tersebut. "Demi kenaikan jabatan hm?" Itu adalah persyaratan tak tertulis bagi seorang Hakim untuk bisa naik ke tingkat pusat.
Naruto tak akan membiarkan investigasi pribadinya ini diketahui orang lain, dia akan melakukannya sehalus dan setertutup mungkin maka dia menjawab pertanyaan Shikamaru dengan kebohongan. "Ya, aku harus naik ke pusat tahun depan."
"Jangan sampai membahayakan dirimu, Naruto." Shikamaru memperingati karena ini sebetulnya adalah kasus yang sulit dan berbahaya.
"Tak perlu khawatir, bukankah ini hanya kecelakaan biasa?" Naruto bertanya santai.
"Jika hanya kecelakaan biasa, kau tidak mungkin ingin membuka kasusnya lagi kan?" Shikamaru berujar sarkastik.
Naruto menarik sudut bibirnya, memang dia tak akan bisa membohongi Shikamaru. Teman dekatnya yang dia kenal sejak selalu berurusan dengan kepolisian. Ya, Shikamaru adalah pimpinan penyidik di kepolisian.
Pertemanan ini adalah sebuah mutualisme yang sangat baik di antara keduanya. Mereka memecahkan kasus di jalan masing-masing dan berhasil menjebloskan banyak penjahat ke penjara. Mulai dari penjahat kelas teri hingga kelas kakap.
"Ah, atau kau masih sangat ingin membuktikan dirimu di hadapan Hyuuga Hinata?" Shikamaru mengangkat alisnya sambil menatap curiga pada Naruto.
"Mungkin, sebelum dia menikah." Naruto bergumam.
Shikamaru terbatuk keras mendengar berita itu. "Menikah denganmu?"
Naruto menggeleng "jika saja dia menikah denganku, aku harusnya tak terlihat semenyedihkan ini kan?"
Shikamaru menghela napas pelan "kau tahu kenapa hubunganmu dengannya bisa serumit ini?"
Tentu Shikamaru tahu soal kisah asmara menyedihkan itu karena mereka sering kali minum bersama sambil membahas banyak hal, mulai dari pekerjaan hingga urusan pribadi maka mereka sudah saling tahu soal rahasia satu sama lain.
"Aku melakukan banyak kesalahan." Naruto menenggak segelas tequila miliknya.
Shikamaru menuangkan lagi minuman ke gelas Naruto dan juga miliknya. Dia siap mendengar lagi cerita soal kebodohan Naruto soal urusan hati. "Berhentilah bersikap kau tak menginginkan dia, sebelum benar-benar kehilangan."
"Kau tidak tahu rasanya, melihat sosok yang selalu kau anggap adikmu, jadi wanitamu, apa kau pikir itu mudah?" Naruto merasa sulit menerima itu. Di matanya, Hinata masihlah gadis manis itu, gadis manis yang tinggal di seberang kediamannya.
"Omong kosong, kau bahkan tidur dengannya." Shikamaru pikir, Naruto terlalu munafik.
"Kau tahu, butuh menampar diri sendiri untuk sadar bahwa aku sebenarnya sangat menginginkan dia sebagai wanitaku." Naruto selalu menyimpan rasa bersalah di hatinya karena pada akhirnya dia merenggut gadis manis itu dengan cara yang amat munafik, membuat mereka terlibat kerumitan yang sulit untuk diurai.
Tujuh tahun berlalu sejak Naruto tersadar bahwa dirinya melihat Hinata sebagai sosok wanita yang ingin dia rengkuh di pelukannya bukan dia rangkul sebagai adiknya.
Namun dirinya terlalu denial, dia tak ingin merusak hubungan dekat keluarga mereka, apalagi sejak Ayah dan Ibu Hinata meninggal dunia, Hinata rasanya sudah jadi bagian dari keluarga Uzumaki dan mencintainya dari sudut pandang itu terasa begitu sulit.
Beberapa kali Naruto menjalin kasih dengan wanita lain, namun tak satupun yang benar-benar membuatnya jatuh cinta seperti Hinata membuatnya merasa begitu. Kecantikannya, keluguannya, dia adalah gadis yang amat menawan di mata Naruto tujuh tahun lalu, begitupun hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
If It's Our Fault
FanfictionJika hanya untuk saling mengisi kekosongan, bukankah itu tak bisa disebut cinta? #Naruhina