Naruto memarkirkan mobilnya di dalam carport kediaman keluarga Hyuuga. Sepulangnya dia dari kantor, tengah malam itu, dia pergi ke kediaman Hinata.
Kemarin wanita itu pulang dari rumah sakit. Namun karena banyak pekerjaan, dirinya tak bisa menemani wanita itu.
Naruto kemudian turun dari mobil dan melangkah ke depan pintu, menekan password yang sudah dia hapal betul deretan angkanya.
Suara sensor pintu berbunyi dan Naruto melangkah masuk. Seperti biasa hanya hening dan gelap menyambut kedatangannya.
Saat melangkah masuk, Naruto mendapati lampu di ruang tengah menyala.
Naruto meletakan tas kerjanya di meja dan dia mendapati Hinata ada di atas sofa tertidur dalam posisi yang nampak menyakitkan untuk tangannya yang masih di gips.
Tanpa mengatakan apa-apa Naruto menghampiri wanita itu dan membawanya ke dalam dekapan. Dengan mudah, dia mengangkat tubuh wanita itu dan memindahkannya ke lantai dua.
Seperti biasa, mengangkat Hinata di dalam gendongan tidak pernah terasa sulit seakan tubuh wanita itu ditakdirkan untuk didekap olehnya.
Naruto meletakan tubuh Hinata di atas ranjang, di kamar milik wanita itu dengan nyaman.
Hinata sempat tersentak, namun dia tahu Naruto yang mendekapnya, jadi dia tak mengatakan apa-apa dan tetap memejamkan mata.
Naruto mengusap helaian indigo wanita itu. "Jangan tertidur di sofa, tanganmu bisa tertekan." Dia tahu Hinata terjaga karena wanita itu sempat tersentak di dekapannya.
Hinata membaringkan tubuhnya memunggungi Naruto. "Terima kasih."
Naruto duduk di tepi ranjang wanita itu. "Jika kau sakit, beritahu aku Hinata."
Selepas operasi itu, mereka belum sempat bicara dan bertemu karena Naruto pergi sebelum Hinata siuman di pagi hari selepas operasinya, meski semalaman itu Naruto menemani Hinata, memeluk dan menggenggam tangannya yang kedinginan.
Hinata mengangguk tanpa menatap Naruto. "Tolong kunci pintunya saat pergi." Dia berpesan pada pria itu sebelum dirinya ingin memejamkan mata.
"Besok tidak ada pekerjaan, aku ingin menemanimu malam ini." Naruto ingin ada di sini menemani wanita itu hingga pagi.
"Maaf aku sedang kelelahan malam ini." Ucapnya dengan suara pelan. Dia tahu Naruto hanya datang padanya untuk urusan ranjang. Namun malam ini dirinya sedang lelah.
Naruto menatap punggung wanita itu dengan tatapan sendu. "Aku tak ingin melakukannya." Apa Hinata masih berpikiran bahwa dirinya kemari hanya untuk meminta, seperti pria brengsek yang tidak tahu malu?
Hinata membuka matanya namun masih memunggungi. "Lalu kau ingin apa?"
"Aku ingin merawatmu." Naruto merasa bersalah karena tidak punya waktu untuk metawat Hinata yang sedang sakit karena begitu banyak pekerjaan yang tengah ia urus di kantor.
"Akan melelahkan, merawat orang yang sedang sakit." Hinata berujar pada Naruto.
Naruto naik ke atas ranjang dan memeluk Hinata yang berbaring memunggunginya. "Tak apa, katakan apapun yang kau butuhkan."
Hinata sesaat terpaku, meraskan hangat rengkuhan yang sangat dia damba itu memeluknya lagi. Namun rasanya tak pernah sempurna karena pria itu tak mencintainya dan meski mereka saling merengkuh, cintanya tetap bertepuk sebelah tangan.
"Tidurlah, jika kau lelah." Naruto memeluk perut ramping wanita itu.
"Terima kasih." Hinata sangat menghormati Naruto sebagai sosok kakak laki-laki baginya, maka minta lebih dari itu rasanya terlalu tabu dan itulah kenapa hubungan mereka tak pernah terasa nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
If It's Our Fault
FanficJika hanya untuk saling mengisi kekosongan, bukankah itu tak bisa disebut cinta? #Naruhina