Naruto menatap punggung istrinya yang sedang berdiri menghadap counter dapur, entah sedang sibuk melakukan apa.
Pria itu berdehem pelan setelah menimbang beberapa saat kalimat yang akan dia lontarkan pada wanita itu.
"Hinata." Naruto melangkah ke dapur dan berdiri di samping istrinya yang ternyata tengah menyusun bumbu dapur di dalam toples-toples kaca.
"Hm?" Hinata menoleh untuk menatap suaminya.
"Besok kau sibuk?" Tanyanya dengan raut tanpa ekspresi berarti karena dirinya sedikit tegang.
Hinata menggeleng, dia kemudian kembali menatap toples-toples kaca di tangannya dan menyusunnya ke dalam laci.
"Ingin pergi berkencan besok?" Naruto bertanya pada istrinya. Entahlah ini adalah kali pertama dia mengajak wanita itu berkencan.
Sebelum menikah, mereka sering pergi berdua tapi itu tidak bisa disebut kencan sama sekali karena tidak ada genggaman tangan atau ciuman manis di dalam mobil pada perjalanan pulang. Tapi kali ini Naruto ingin berkencan yang sesungguhnya.
Hinata tersenyum lembut tanpa menoleh, namun dia mengangguk pelan mendengar tawaran yang terdengar menyenangkan itu.
Naruto menatap wanita itu dengan seulas senyum di bibirnya karena ajakan kencannya diterima. "Baiklah."
"Aku akan beristirahat lebih dulu." Pamit Hinata setelah menjawab ajakan kencan itu dan pekerjaan dapurnya sudah selesai kemudian melangkah pergi dari dapur menuju kamar mereka di lantai dua. Mereka telah kembali tinggal di rumah Ibu sejak dua hari terakhir.
"Khe dasar tidak romantis." Kushina melangkah ke dapur setelah sejak tadi berdiri di ruang makan dan melihat peristiwa kecil di sana.
Naruto terkejut mendapati ibunya sudah berdiri di sampingnya, entah datang dari mana dan menggoda ajakan kencan yang dia lontarkan untuk istrinya.
...
"Sudah siap?" Naruto bangkit dari sofa dan mencampakan koran yang tadi sedang dia baca begitu mendapati istrinya turun dari lantai dua, mengenakan dress floral berwarna kuning dengan corak biru gelap yang sangat cantik.
Hinata mengangguk, dia menggenggam tas tangan berwarna putih dan menghampiri suaminya di ruang tengah.
"Kita akan ke mana?" Hinata baru bertanya, meski semalaman ini dirinya sangat ingin tahu.
"Minum teh di taman Hitachi. Kita akan berkendara kurang lebih dua jam, kau ingin bersandar?" Naruto membantu wanita itu duduk di dal mobil dan mengenakan seatbeltnya.
Hinata menggeleng. "Ini sudah cukup nyaman."
"Baiklah." Naruto mengusap puncak kepala Hinata sekilas dan bersiap berangkat.
...
Hinata menoleh ke sisi kanan kaca mobil menatap lautan yang sudah nampak jelas dari jalan menuju taman. "Aku rindu Hokkaido."
Naruto ikut menoleh dan tersenyum tipis. "Ingin pergi ke sana setelah bayinya lahir nanti?"
"Em, jika ada kesempatan." Hinata ingin sekali kembali ke kota kelahirannya itu. Dia rindu berada di sana.
"Baiklah, jangan khawatir aku akan membawamu ke sana nanti." Naruto berucap lembut. "Aku pun ingin ke sana dan mengunjungi ayahku."
KAMU SEDANG MEMBACA
If It's Our Fault
FanficJika hanya untuk saling mengisi kekosongan, bukankah itu tak bisa disebut cinta? #Naruhina