2

3.3K 431 15
                                    

Naruto mengamati Hinata yang tengah berada di dapur apartmentnya, memasukan semua makanan beku yang dititipkan Ibu untuknya ke dalam lemari es dan menuangkan sup yang dia bawa ke dalam panci yang lebih besar.

"Kau sudah makan malam?" Hinata bertanya pada Naruto yang duduk di meja makan dengan laptop terbuka di atas meja.

"Belum." Naruto kembali mencoba fokus pada berkas kasus di dalam laptopnya dan mengalihkan pandangan dari wanita cantik di dapurnya itu.

"Aku akan panaskan sup dan membuat omlete untukmu." Hinata mengeluarkan teflon dari dalam rak dapur.

"Kau tidak ingin tinggal di sini saja bersamaku Hinata?" Naruto bertanya dengan santai sambil menatap laptopnya, tak menyadari bahwa Hinata membeku kala mendengar tawaran itu.

Hinata tak mengatakan apa-apa untuk menjawab. Dirinya di sini hanya untuk mengantar makanan, kebetulan hari ini dirinya mengunjungi pameran rutin di area yang tak jauh dari apartment Naruto tinggal. Itu adalah alasan yang Naruto tahu soal kedatangannya, meski sebenarnya bukan begitu.

"Hinata?" Naruto memanggil nama wanita itu lagi kala tawarannya diabaikan. Pertanyaan serius yang terpaksa harus dikatakan dengan santai seolah dirinya hanya bercanda.

"Kau tidak akan merasa nyaman." Kilah Hinata sambil mengaduk telur di dalam mangkuk.

"Aku akan senang kalau kau tinggal di sini." Naruto berujar serius kali ini. Dirinya senang saat Hinata ada di sini, memasak untuknya dan menemaninya bicara.

"Kekasihmu tidak akan senang." Hinata pikir, untuk apa menyakiti diri dengan cara yang keji seperti itu? Naruto nanti pasti akan memiliki kekasih lagi.

"Aku tidak punya kekasih." Naruto menjawab cepat.

"Nanti akan ada." Hinata menjawab lagi, dia tak menoleh sama sekali saat mengatakannya.

Naruto menghela napas lelah, kapan wanita itu akan mengerti kalau dirinya tak berminat dengan wanita lain? "Atau kau yang ingin tinggal dengan kekasihmu?"

"Aku tidak punya kekasih." Hinata menjawab dengan kalimat yang sama.

"Ya, tapi kau punya seseorang yang melamarmu. Kau akan menikah hm?" Naruto bertanya lagi pada Hinata.

Hinata menuangkan telurnya ke dalam teflon dan mengabaikan pertanyaan Naruto yang melantur. Dirinya tidak ingin menjawab hal yang jawabannya sudah dia beritahu di malam sebelumnya saat mereka menghabiskan malam bersama.

Naruto menyandarkan tubuhnya ke kursi meja makan dan termenung. Hinata selalu mengalihkan pembicaraan tiap kali dirinya menanyakan soal Otsutsuki itu. Dari beberapa pria yang pernah dengan gigih mendekati Hinata, dia rasa Otsutsuki itu adalah yang paling berbahaya karena Hinata selalu nampak bimbang.

Apa dia jatuh cinta?

Hinata mematikan dua tungku kompor listrik yang menyala dan menyajikan sup dan omelete untuk makan malam Naruto. Luar biasanya, dia bisa melakukan semua itu dengan tangan kirinya.

Naruto mengamati Hinata yang sibuk meletakan peralatan makan di hadapannya, menyajikannya seolah wanita itu adalah istrinya.

"Supnya masih panas, hati-hati lah memakannya." Hinata meletakan sendok dan sumpit di sisi dekat tangan kanan Naruto dan menuangkan segelas air dari dalam teko kaca.

"Kenapa selalu mengalihkan pembicaraan saat aku menanyakan soal Otsutsuki itu, kau serius kali ini dengan pria itu?" Naruto menatap mata amethyst Hinata saat menanyakan itu.

Hinata kini berdiri di samping meja makan dan menundukan pandangan.  "maaf Naruto, aku tidak ingin membicarakannya."

Naruto merasa sakit kala mendengar keragu-raguan dalam jawaban Hinata tersebut.

If It's Our FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang