chapter 11

1.9K 178 10
                                    

Halo para sobat kesta yang aduhai slebew....
Apakah kalian tidak rindu dengan Tata yang Kiyowo ini?
Jangan lupa vote nya...




Happy Reading

*****

“saya... Belum siap Abah”

Kata itu terlontar saja dari mulut Adam, lelaki itu menundukkan pandangannya karna merasa tak enak dengan Abah. Sedangkan Abah Rahman, ia hanya bisa tersenyum melihat pemuda dihadapannya itu. Mungkin wajar, jika Adam belum siap, karna usinya masih berumur 20 tahun, lagipula pernikahan adalah jenjang serius yang tak boleh dipermainkan.

“tidak apa-apa, saya paham. Kenapa kamu belum siap”

Adam mendongak mendengar ucapan itu. Ia menarik nafas lega, untung saja Abah Rahman paham.

“saya takut, jika saya bukan yang terbaik untuk Adiba Abah” Adam kembali menundukkan pandangannya.

InsyaAllah, Kamu yang terbaik Adam”

*****

“mama kenapa pesen roti sebanyak ini?” itu suara Kania. Ya, setelah membersihkan halaman rumah dengan sangat terpaksa dan membuat hatinya bergejolak serasa dimabuk cinta itu, ia berhasil memberikan dengan sangat bersih seperti hatinya.

“teman-teman mama mau datang” balas Ainur yang masih sibuk dengan kegiatannya.

“kalau teman-teman mama ada Uminya Ustadz Adam nggak?” tanya Kania begitu bergairah.

“nggak ada, ini teman SMA mama”

“yah kenapa nggak ada?, harusnya mama berteman dong sama Uminya Ustadz Adam, terus habis itu kalian deket, kalau gitu kan Kania bisa dijodohin sama Ustadz, kaya diwattpad gitu” cerocos Kania tanpa henti.

“cerewet banget, bantuin mama kek”

“iya-iya... Galak amat bu”

Kania dan juga Ainur pun bersama mempersiapkan beberapa hidangan yang begitu banyak.

“Kania, beli-in gula sana, mama lupa nggak beli tadi” suruh Ainur pada putrinya itu.

“dasar ibu-ibu tukang lupa” sewot Kania, bagaimana tidak kesal coba, sedang asik-asik rebahan dengan santai dan aduhai slebewnya malah disuruh beli.

“ya wajar, Mama kan udah tua, kamu tuh yang nggak wajar, masih muda udah pikun”

“alah, Mama juga sama”

“Udah-udah, malah debat, sana beli-in”

*****

“disini senang, disana senang, dimana-mana hatiku senang”

“di sekolah senang, di masjid senang, apalagi kalau ada ada Ustadz Adam, lalalalalalal...”

Nyanyian itu Kania serukan agar dirinya tidak bosan dengan perjalanan untuk menuju warung Bunar, alias Bu Nartiah.

Setelah selesai berbelanja membeli gula, dan tak lupa mengambil setengah uangnya untuk jajan, Kania pun memutuskan untuk pulang. Tak disanga dirinta malah bertemu dengan seseorang yang tidak ingin ia temui saat ini.

“Kania”

Panggil seseorang, ya, Kania tau itu. Ia pun memutuskan untuk pura-pura tidak mendengarnya dan terus berjalan tanpa memperdulikan orang itu.

Cit.

Tiba-tiba saja cowok dengan motor ninjanya itu berhenti dihadapnnya itu, membuat Kania refleks berhenti.

“kenapa sih lo?” tanya Kania kesal.

Cowok itu tersenyum “nggak papa, gue kangen aja sama lo”

“najis”

“najis-najis, kok lo dulu mau sama gue?”

Kania terdiam, lagi-lagi masa lalu yang selalau dirinya bahas, memangnya tidak bosan apa membahas masa lalu terus? Kan masih ada masa depan Kania dan Ustadz Adam yang patut diceritakan.

“lo bisa nggak sih, satu hari aja nggak ganggu gue Xel?” kesal Kania penuh penekanan. Ya, cowok yang sedang berbicara dengan Kania saat ini adalah Exsel, cowok yang selalu mengganggunya itu.

“nggak bisa Kan, gue udah cinta sama lo”

“tapi gue enggak”

“ayo lah Kan” bujuk Exsel dengan mencekal tangan Kania.

“gue nggak mau!” Kania berusaha melepaskan cekalan tangan milik pria itu.

“Lepas, kalian bukan mahram!”

Kania dan juga Exsel pun refleks menoleh mendengar suara bariton milik pria yang memakai sarung beserta pecinya.

Omo jinja... Pangeran Adam, penyelamat gue” batin Kania seraya tersenyum merkah.

“siapa lo?, kok ikut campur urusan gue?” ujar Exsel seraya memperhatikan penampilan Ustadz Adam dari atas sampai bawah.

“saya memang bukan siapa-siapa, tapi ini bisa menjadi tindak kriminal karna memaksakan kehendak”

Exsel pun terdiam, ia memilih untuk melajukan motornya dari pada berurusan panjang dengan orang dihadapannya itu.

“bye Kania, i Love you” setelah mengatakan itu, Exsel langsung bergegas pergi dari situ.

“gila tu anak” gumam Kania seraya mengelus dadanya.

Kania pun menoleh kearah Ustadz yang tengah menundukkan pandangannya “makasih ya Ustadz, pangeran penyelamat Kania”

Ustadz Adam mengangguk saja.

“Ustadz kenapa nolongin Kania? Cemburu ya?” godanya seraya tersenyum merkah dan menarik turunkan alisnya.

“sudah menjadi kewajiban sesama manusia untuk saling membantu” balas Ustadz Adam.

“tapi kok tadi emosi?, ustadz cemburu kan?”

“sa-saya tidak cemburu, saya hanya tidak suka melihat wanita dan laki-laki yang bukan mahram bersentuhan”

“masa sih?”

“maaf saya permisi dulu Assalamualaikum

Waalaikumsalam, Jangan cemburu ya Ustadz, cinta Kania cuma untuk Ustadz kok”

Bersambung...

Bye-bye...
Jangan lupa votenya...
Xixi...

Oh iya, btw Tata hiatus dulu ya...
Bye...







Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang