chapter 40

1.9K 119 5
                                    

Haloooooo....

Ini Part jujur bakal bikin senam jantung, jadi hati-hati hehe...






Happy Reading

*****

"Bismillahirohmanirohim, saya Adam Alfian Shihab, ingin meminang engaku wahai Kania Aurelia untuk menjadi istri dan Ibu dari anak-anak saya. Saya ingin menjadikan kamu sebagai Wanita saya, menjadikan kamu sebagai ibu dari anak-anak saya, menjadi menarik napasnya. Kali ini ia benar-benar tegang bukan main. Ia takut jika lamarannya akan ditolak oleh Kania.

"bagaimana Kania? Mau menerima?" Tanya Hendra pada Kania. Anak itu juga nampak tegang bukan kepalang.

Kania menghembuskan napasnya "dengan izin Allah, dan orang tua, InsyaAllah, Kania menerima" Kania tersenyum. Kepalanya yang tertunduk kini beralih menatap laki-laki yang didambakannya.

"Alhamdulillah..." sorak Ainur, Umi Azkia, dan juga Hendra begitu heboh.

Kania dan Ustadz Adam tertawa kecil melihat itu.

"jadi tinggal akadnya nih, kapan kira-kira Akadnya ya?" goda Ainur seraya menyunggingkan senyumnya.

"lebih cepat lebih baik," ujar Ustadz Adam. Yang membuatnya semuanya tersenyum.

"udah ngebet aja Ustadz," itu suara Ainur. Meskipun dia sudah tua, wanita itu masih seperti ABG.

Gelak tawa menghiasi suasana kali ini. Kania masih tak menyangka jika kejadian yang selalu ia impikan terjadi kali ini, kali ini Kania begitu bahagia sekali jika ingin dijelaskan dengan kata-kata tidak akan pernah bisa untuk menjabarkan kebahagiaannya.

*****

Hari telah berganti hari, tak terasa pernikahan Kania dan Ustadz Adam tinggal dua minggu lagi. Kemarin juga baru saja Kania membeli baju pengantin untuknya dan Ustadz Adam. Kali ini dirinya sedang berada di Masjid. Baru saja Kania selesai menunaikan Sholat Dhuhur di masjid.

"Ehm," Kania menoleh mendengar deheman dari seseorang. Kania tersenyum ketika mendapati bahwa Ustadz Adam lah pelakunya.

"Kenapa Ustadz?" Kania bertanyan seraya menaikkan alisnya.

"Dilarang memanggil Ustadz." Perintah Ustadz Adam.

Kania menyipitkan matanya, "loh? Kenapa? Sekarang manggilnya kiyai?" tanya Kania lagi.

"khusus untuk kamu tidak boleh memanggil saya Ustadz lagi,"

"terus manggilnya siapa?"

"Mas, Mas Adam."

Kania mendelikkan matanya, "Mas? Mas Adam?"

Ustadz Adam mengangguk. Kepalanya itu masih saja menunduk tak berani menatapnya.

"karena aku sebentar lagi akan menjadi suami kamu, jadi harus memakai panggilan Mas." titah Ustadz Adam seraya tersenyum jahil.

"jangan Mas deh, sayang aja gimana?" Kania menggoda Ustadz Adam seraya tersenyum.

Dalam pandangan yang masih tertunduk, Ustadz Adam sedang berusaha menahan senyumnya itu. Gombalan dari Kania memang tidak pernah gagal.

"Ustadz, Kania mau tanya," Kania mendongak menatap Ustadz Adam. Kali ini akan menanyakam hal serius, bukan gombalan-gombalan lagi.

"ingat manggilnya siapa?"

"iya Mas, iya. Mas Adam, Kania mau tanya,"

"tanya apa Kania?" Ustadz Adam ikut duduk diteras masjid, tenang saja, Ustadz menjaga jarak sekitar satu meter lebih, disana juga bukan hanya mereka berdua, meliankan masih banyak orang lain.

"Sebenarnya kenapa Mas pilih Kania? Padahal jika dipikir-pikir, Adiba lebih cocok sama Mas. Dia itu udah cantik, baik, Sholehah, pokoknya MasyaAllah banget deh" Kania menatap langit cerah, lalu ia tatap juga wajah calon suaminya itu.

Adam menarik napas panjang, sebenarnya ia tidak suka jika harus membahas tentang Ini, ia juga tak suka jika mendengar Kania yang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan Adiba.

"mau dia secantik bidadari surga, atau bahkan sesempurna baik dalam agama dan juga parasnya, jika hati saya memilih kamu, ya akan tetap kamu Kania," balas Ustadz Adam yang membuat Kania makin terpesona.

"tapi Mas Adam, Iman Kania belum kuat banget, Agama Kania juga masih belum dalam-dalam banget, masih banyak kekurangannya, berbeda sama Adiba, dia udah cantik, pinter agama lagi. Hebat banget pokoknya,"

"justru itu yang membuat saya ingin menikahi kamu Kania. Iman-iman kamu yang masih kurang, begitu ingin saya sempurnakan,"

Kania tak bisa menahan senyumnya. Baginya Ustadz Adam adalah laki-laki langka yang tak pernah ia temui. Dari banyaknya laki-laki yang pernah ia pacari, tak pernah ada yang benar-benar bisa membuatnya terpesona seperti ini.

"jangan pernah bandingkan diri kamu dengan orang lain, karena Kania adalah Kania. Dan kamu adalah Wanita yang saya cintai setelah Umi saya,"

Bersambung...

Hahahah baper brutalllll...

Penumpang kapal Adam Kania gimana nih?

Nextttt nggak?

Nextttt nggak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang