chapter 12

1.9K 168 17
                                    

Ihir...
Pada nggak kangen apa?
Vote-nya jangan lupa yah...






Happy Reading...

*****

Adam berjalan dengan santai seraya menikmati pemandangan pagi hari yang begitu cerah. Aroma segar tercium dari indra penciumannya itu, cakrawala gambaran tuhan begitu indah menghiasi langit pagi hari ini. Burung-burung juga tampak terbang bebas, ditambah lagi angin sepoi sepoi yang membuat daun bergoyangan.

Namun, pikirannya saat ini sedang memikirkan tentang dirinya sendiri yang tadi begitu emosi melihat Kania yang begitu dekat bahkan bergandengan tangan dengan lelaki itu.

"Astagfirullah" ustadz Adam beristigfar, ia benar-benar tidak faham dengan apa yang terjadi pada dirinya itu.

"Ustadz"

Suara itu mengalihkan perhatian Ustadz Adam yang tengah diam termenung.

Ustadz Adam menundukkan pandangannya "kamu mengikuti saya?"

"iya Ustadz, soalnya Kania mau berduaan sama Ustadz" balas Kania dengan senyum sumringahnya.

Ustadz Adam menggelengkan kepalanya heran.

"ustadz jangan salah paham ya, tadi itu cuma temen Kania kok"

"kenapa harus salah paham?"

"tadi soalnya Ustadz marah banget, tapi tenang aja Ustadz, cinta Kania hanya untuk Ustadz seorang kok" ujarnya seraya cengengesan.

Namun, Ustadz Adam yang sedang menunduk malah tertuju pada kantong plastik yang dibawa oleh Kania.

"kamu membawa apa Kania?" tanya Ustadz Adam begitu penasaran.

"oh, ini belanjaan Mama" Kania menepuk dahinya. Ia baru saja ingat bahwa masih membawa pesanan gula mamanya itu.

"mampus gue" gumam Kania begitu kesal dengan nada lirih, namun bisa terdengar oleh Ustadz Adam.

"Kenapa Kania?"

"nggak papa Ustadz, kalau gitu Kania pulang dulu, ini demi hidup dan mati Kania soalnya"

"Assalamualaikum, Bye sayang, eh ustadz maksudnya" setelah mengucapkan itu, Kania langsung bergegas pergi.

"Waalaikumsalam"

*****

Kania pun lari sekencang mungkin seperti dalam film sepatu super. Jantungnya begitu berdebar seperti ketika melihatmu tersenyum kepadaku, eaa. keringat juga terus berceceran diwajahnya membuat Kania semakin aduhai slebew.

"Oy Kan!"

Suara itu membuat larian laju Kania terhenti, dengan cepat Kania langsung mencari sumber suara milik perempuan yang ia kenali itu.

"lah elo, mau ngapain lo Astuti?" tanya Kania, setelah mengetahui seseorang yang memanggilnya itu.

"nggak papa, gue mau main kerumah lo" balas Adinda.

"lo ngapain si lari lari nggak jelas?, dikejar setan lo?" tanya Adinda yang begitu penasaran pada temannya yang satu ini.

"iya, lo setannya" Kania tertawa keras setelah mengatakan itu, ditambah lagi melihat wajah mengesalkan milik sahabatnya itu.

"jamet lo!" maki Adinda begitu kesal.

"ayo cepetan kalau mau kerumah gue" ajak Kania yang sudah siap berlari sekencang mungkin.

"buat apa cepet-cepet, orang ini udah sampai didepan rumah lo" Adinda menggelengkan kepalanya heran.

"oh iya juga ya" Kania menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya cengengesan tidak jelas.

"udah cepetan masuk" ajak Kania, yang langsung masuk meninggalkan Adinda disana.

"Ma, Kania pulang nih!" teriak Kania yang menggema diseluruh ruangan rumahnya.

"kamu ngapain aja sih Kania! Mama udah nungguin dari tadi!, beli gula kok sepuluh tahun!" seloroh Ainur kesal kepada putri semata wayangnya itu.

Kania menggaruk tengkuknya yang tak gatal "ya maap, tadi ketemu ustadz Adam, jadi ya biasalah"

"ustadz Adam aja terus, lama-lama mama nikahin juga kamu sama Ustadz Adam!"

"ayo Ma, Kania mau"

"Hadeh... Terserah kamu deh Kania, mama capek" Ainur pun memilih pergi meninggalkan putrinya itu, dari pada mengurusi perdebatan yang tak bermutu, lebih baik ia melanjutkan beberes.

*****

"Ustadz Adam tu ganteng banget Kan?"

Kania langsung menoleh kearah Adinda tak kala mendengar nama jodohnya, ralat, nama calon jodonya itu disebut.

"jangan ditanya, dia itu gantengnya mirip bias-bias Korea gue dan mirip tokoh-tokoh fiksi kesayangan gue" ujar Kania yang langsung merunah posisinya yang semula tengkurap, menjadi duduk.

"gila... Berarti ganteng banget dong?, gue boleh nggak kenalan?" tanya Adinda yang mulai tertarik dengan pembicaraan diantara mereka.

"nggak ada, nanti lo nikung gue lagi" Kania berucap seraya menyenderkan tubuhnya pada senderan kursi ditaman belakang miliknya.

"yang ada lo yang nikung gue"

Bersambung...

Ck ck ck...
Kania emang gitu...
Begitu hobinya mengoleksi cowok sampai nikung temen sendiri.

Btw saya kembali...
















Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang