chapter 18

1.7K 140 21
                                    

Hai... Hai...
Halo halo...
Lagi pada ngapain nih?







Happy Reading

*****

"Ustadz"

Ustadz Adam pun menoleh, tak kala mendengar namanya itu disebut. Namun, dengan cepat ia langsung menundukkan pandangannya. Sedangkan Umi Azkia, ia hanya bisa tersenyum.

"Kania, ayo pulang" bisik Ainur, dan setelah itu menampakkan senyumnya.

"Mama pulang dulu aja sana. Kania ada urusan masa depan" balas Kania dengan berbisik juga, tepat ditelinga Mamanya.

"yaudah. Tapi hati-hati didepan sana ada..."

"nggak takut Ma"

Ainur pun hanya bisa menggelengkan kepalanya seraya tersenyum tipis melihat tingkah putrinya itu.

"yaudah, Mama pulang dulu ya. Assalamualaikum" pamit Mama Ainur. Dan setelah itu langsung pergi melangkah meninggalkan Kania dan juga Umi Azkia disana.

"Waalaikumsalam" jawab Umi Azkia dan juga Kania serentak.

"Kania nggak ikut pulang?" tanya Umi Azkia pada Kania.

Kania menggelengkan kepalanya "nggak umi. Mau ngobrol sama Umi dulu"

Umi Azkia pun memilih duduk diteras Masjid, begitu juga dengan Kania, ia juga ikut duduk disamping Umi Azkia.

Umi Azkia tersenyum kepadanya. "Kania lebih cantik ya jika menggunakan mukena, sama hijab"

"agh Umi bisa aja. Kania salting nih" ujarnya dengan malu-malu.

Umi menggelengkan kepalanya seraya tersenyum "Kenapa Kania nggak pakai hijab terus aja?"

Kania menundukkan pandangannya "nggak tau Umi, Kania belum siap aja"

"Umi paham, tapi dicoba dulu. Lama-lama pasti terbiasa" Umi Azkia menepuk punggung Kania dua kali.

Kania mendongak menatap Umi Azkia, mata wanita paruh baya itu begitu indah, dan juga menenangkan. Cocok sekali untuk teman curhat kalau kata Kania.

"emang kenapa sih Umi, harus pakai hijab?" tanya Kania. Ia begitu penasaran mengapa harus mengenakan hijab dan juga memakai pakaian yang panjang.

"karna Aurat"

"Aurat Itu apa umi?"

"Aurat adalah bagian tubuh yang harus ditutupi, dan tidak boleh dilihat orang lain selain mahram kita" jelas Ustadz Adam yang tiba-tiba sudah berada disamping Umi Azkia.

"Kamu Adam. Ngagetin aja" seru umi Azkia.

Kania menganggaukkan kepalanya "jadi rambut itu Aurat?" tanya Kania lagi.

"seluruh tubuh itu Aurat, kecuali muka, dan telapak tangan" jelas Umi Azkia.

Kania menganggaukkan kepalanya lagi seraya ber'oh'ria saja.

"kapan-kapan Kania bakal berhijab deh" soraknya dengan begitu semangat.

Ustadz Adam yang sedari tadi mnundukkan pandangannya itu tersenyum. Entah mengapa Kania begitu lucu pikirannya.

Ustadz Adam meletakkan tangannya didada, seraya merasakan detak jantungnya yang sedang menggila itu, rasanya jantunya saat ini ingin loncat dari tempatnya.

"Debaran apa ini, Ya Allah"

Namun. Disebelah sana terdapat seseorang yang tengah menatap mereka dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

*****

Kania. Anak itu saat ini sedang berlenggak-lenggokkan didepan cermin. Gadis itu tengah mengenakan hijab dengan seragam sekolahnya yang pendek.

"gimana gue pake hijab kesekolah, orang seragamnya pendek" ujarnya berucap sendiri.

"tapi nggak heran sih kalau Umi bilang gue cantik. Emang cantik kok guenya" ujarnya lagi.

"terkadang terlalu percaya diri itu tidak baik, Kania"

Itu suara Ainur yang tengah memperhatikan anaknya yang terlalu centil. Dan menyilangkan tangannya didepan dada, seraya menatap aneh kearah anaknya itu.

"apa sih Ma" decak Kania sebal.

"udah sana sekolah, malah lenggak-lenggok kaya orang gila aja. Cepetan turun, udah ditunggu papa" suruh Ainur.

Kania pun segera meletakkan kerudungnya itu, dan kemudian melangkah turun untuk menemui papanya. Namuan, sebelum itu, ia menyalami tangan Mamanya itu.

*****

"pesanan kue-nya banyak Umi?" tanya Adam pada uminya itu.

Umi Azkia menoleh kearah putranya yang tiba-tiba sudah ada dibelakangnya itu.

"Alhamdulillah, Banyak Adam" jawab Umi Azkia, yang sekilas melihat wajahnya dan kemudian langsung kembali fokus untuk menata pesanan kue yang banyak.

"Adam bantu ya, Umi" Adam langsung saja membantu Uminya itu. Terkadang Adam sedikit marasa kasihan jika melihat Uminya yang berkerja seperti ini.

"ini pesanan siapa Umi?" tanya Adam yang masih terfokuskan pada kue itu.

"pesanannya calon kamu" jawab Umi Azkia.

"siapa?"

"Adiba"

Wajah Adam berubah seketika jika mendengar nama itu disebut. Ia menghentikan kegiatannya sejenak, kemudian menatap Uminya itu.

"kalau... Adam nggak suka Adiba gimana Umi?" tanya Adam.

Umi Azkia menoleh kearah Adam "Kamu suka Kania kan?"

Bersambung...

Ciah...
Umi tau aja ya...
Next?
Spam emot ini dulu 🌻🌻
Bye-bye...


















Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang