chapter 20

1.9K 149 32
                                    

Xixi...
Chapternya udah 20 aja padahal baru aja ngetik...





Happy Reading.

*****

Bugh

"Mau lo apa Hah!!" lontar Preman itu begitu Emosi dan penuh penekanan. Dua preman itu pun segera beranjak berdiri.

Bugh

Bugh

Bugh

"nggak usah ikut campur lo!!" Preman itu mencekal kerah baju milik Ustadz Adam. Ya, orang saat ini tengah menolong Kania adalah Ustadz Adam.

Bugh

Pukulan itu kembali dilayangkan oleh preman itu, hingga tertoleh kesamping. Wajah memar dan warna lembam kebiruan pada wajah telah tampak, bercak darah juga terlihat diujung bibirnya itu.

Kania pun hanya bisa memejamkan matanya seraya berdo'a untuk keselamatan Ustadz Adam.

"Ya Allah bantu Ustadz, ya Allah" batin Kania seraya memejamkan matanya.

Ustadz Adam yang dihajar habis-habisan pun terduduk lemah. Rasa perih pada wajahnya sudah mulai terasa, perutnya juga terasa sangat sakit karna ditendang oleh preman tadi.

Ustadz Adam mencengkram perutnya itu, merasakan sakit yang tak bisa ia katakan lagi "Bismillah, bantu hamba Ya Allah"

Ustadz Adam pun kembali bangkit dan mulai menghajar preman preman itu. Dengan beberapa pukulan preman itu langsung tumbang seketika. Dan pertarungan itu pun telah selesai dan dimenangkan oleh Ustadz Adam.

"Pergi Kalian semua!!"

Preman itu pun lari terbirit-birit. Kania yang menyadari pertarungan itu telah selesai, segera saja ia membuka matanya dan berlari menuju arah Ustadz Adam.

Hendak melangkahkan satu langkah lagi agar lebih dekat, Ustadz Adam pun langsung mundur, ia juga segera menundukkan pandangannya.

"Ustadz nggak papa?" tanya Kania yang begitu khawatir dengan keadaan ustadz Adam.

Ustadz Adam menggeleng "tenang saja. Saya tidak apa-apa"

"tidak apa-apa gimana sih Ustadz!, orang babak belir gitu" seru Kania.

Ustadz Adam tersenyum tipis "saya tidak apa-apa, Kania"

"Beneran?"

Ustadz Adam mengangguk.

"biar Kania bersihin lukanya Ustadz" tawar Kania pada Ustadz Adam yang masih tertunduk.

"tidak usah, biar saya sendiri saja yang bersihkan dirumah" tolak lelaki itu.

"Kenapa nggak mau sih ustadz?"

"kita bukan Mahram Kania"

"terus Kania kapan bersihinnya?"

"kalau kita sudah menikah"

*****

"Assalamualaikum"

Adam mengetuk pintu depan rumahnya itu. Dan tak lama menampilkan sosok Uminya yang membukakan pintu untuknya.

"Waalaikumsalam. Ya Allah, Adam" kaget Umi Azkia tak kala melihat putranya itu babak bekur tak karuan.

"Ayo masuk dulu, bersihin lukanya" suruh Umi Azkia. Ustadz Adam pun hanya mengangguk dan mengikuti Uminya masuk.

Adam pun duduk disofa ruang tamu, sedangkan uminya sedang mengambil kompres untuk mengobati memarnya itu.

"kamu kenapa bisa begini Adam?" tanya Umi Azkia seraya mengompres luka Adam dengan sangat tlaten.

"sts... Sakit Umi" ringis Adam saat kompresan itu mendarat pas pada lukanya.

"kamu berantem dengan siapa?" tanya Umi Azkia dengan lemah lembut.

"tadi Adam berantem sama preman. Umi" balas.Adam.

"kok bisa?, kamu nggak kenapa-napa kan?"

"Adam nggak papa Umi. Cuma memar-memar doang" ujar Adam seraya menunjuk lukanya itu.

Umi Azkia menggelengkan kepalanya heran "kenapa bisa berantem sama preman?"

Adam mendadak diam, "tadi... Adam nyelamatin Kania" bisik Adam.

"Ha?. Kok bisa?" kaget Umi Azkia setalah mengetahui alasan anakna itu berantem dengan preman.

"setau Adam, tadi Kania mau dijahatin sama premannya Umi" jelas Adam. Memang benar setahunya, Kania sedang diganggu oleh preman.

"Astagfirullah. Tapi Kania nggak papa Adam?" tanya Umi Azkia.

"untung saja nggak papa Umi"

"Alhamdulillah. Yaudah sana bersih-bersih diri dulu"

*****

"jadi ngerasa bersalah gue sama Ustadz Adam"

Kania nampak melamun memikirkan kejadian tadi. Benar-benar kejadian yang tak terdua sama sekali olehnya.

"loh?, hari ini nggak ngaji cil?" tanya Kania pada bocil-bocil yang tengah berjalan keluar dari masjid.

"nggak kak, Ustadz Adam sakit katanya" jawab salah satu bocil itu.

"kok lo bisa tau?" tanya Kania. Benar juga, bagaimana para bocil ini bisa tahu jika ustadz Adam tengah sakit.

"tadi habis sholat Maghrib, umi bilang nggak ngaji karna Ustadznya sakit" jawab bocil itu.

"yaudah deh kak, kita pulang dulu ya"

"Assalamualaikum" salam bocil itu dengan serentak.

"Waalaikumsalam" jawab Kania.

"eh tunggu dulu cil" cegah Kania, yang membuat para bocil bocil itu berhenti seketika.

"kenapa kak?" tanya bocil salah satunya.

"lo tau rumahnya Ustadz Adam nggak?"

Bersambung...

Jiakhh...
Apakah Ustadz Adam memiliki perasaan dengan Kania?
Next nggak nih?
Spam komen sampai tembus 99
Hehe...

Mau follow ig Tata nggak
Btw nggk maksa

Jangan lupa follow

@ini.ceritatata









Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang