Pada lupa nggak, ya? Saya janji sebelum puasa ngapdet ini, tapi yaaa gimana males... Nih saya bayar utang. Selamat puasa buat yang ngejalanin. Selamat tidur...
*****
Raya membuka matanya, menggeliat malas dan tersenyum senang menyadari dia ada di Bali. Masih dengan senyum mengembang dari kuping kiri ke kuping kanan Raya melempar selimutnya ke ujung tempat tidur, menyeberangi ruangan dan menuju jendela lalu menarik tirainya. Laut yang membiru membentang sepanjang mata memandang.
"Raaayyaa!!"protes Dina sambil menarik selimut hingga ke kepalanya.
"Din... cakep banget deh pemandangannya, mmmhh..." Raya memejamkan matanya, "Aroma lautnya menyegarkan."
Dina menggerutu dengan mata terpejam.
"Bangun dong... Ntar jodoh lo jauh lagi."
"Raya sayang, jodoh gue gak jauh. Cuma dua pintu dari kamar kita."
Raya tertawa lalu menuju wastafel, menggosok giginya, membasuh wajahnya dan mengganti piyamanya dengan celana pendek, t-shirt dan sendal jepit.
"Ikat rambut gue mana ya, Din?" tanya Raya sambil mengaduk-aduk tas vintage kainnya.
"Pake punya gue aja, tuh di meja. Lo mau kemana sih pagi-pagi gini?" tanya Dina heran sambil mengintip Raya dari ujung selimutnya yang menempel di hidung bangirnya.
"Jalan pagi."
"Please, Raya, ini Kuta bukan peternakannya Mas Fatta."
"Ya, gue tau," sahut Raya sambil menguncir rambutnya tinggi-tinggi, "Tapi bukan berarti jalan-jalan di sepanjang pantai pagi-pagi gini hal yang aneh."
"Aahh... lo tuh!"
"Gue jalan, Din!"
Begitu pintu kamar tertutup, Dina kembali bergelung malas di ranjang. Raya bersenandung riang mengikuti lagu yang mengalun dari ponselnya sambil menunggu pintu lift terbuka, ketika seseorang mencolek punggungnya membuat Raya terlompat.
"Ya ampuunnn, Ruben!" jerit Raya kaget.
Ruben tersenyum kecil dan bicara entah apa, Raya tidak mengerti.
"Appaaa?" tanya Raya heran.
Ruben menarik head seat di telinga sebelah kiri Raya, "Mau kemana lo?" tanyanya masih dengan senyum di bibir.
"Jalan-jalan. Lo?" mau tak mau mata Raya memindai Ruben dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Celana pendek selutut, t-shirt dan sendal jepit juga.
"Jalan-jalan sama lo, kalo lo nggak keberatan."
Pintu lift terbuka, Raya masuk lebih dulu diikuti Ruben.
"Keberatan nggak?' tanya Ruben.
Raya menggeleng kuat-kuat, "Nggak keberatan banget! Jadi kita jalan kemana nih? Gue kan baru sekali ini ke Bali."
"Kita jalan di pantai aja, ya. Masih sepi dan udaranya segar. Gue yakin lo suka. Gue sih pingin ngajak lo kemana-mana, tapi gue musti checksound. Jadi gimana kalo jalan yang jauhnya entar aja abis checksound? Atau besok? Mau?"
"Oke!" Raya tersenyum kecil lalu menulis pesan di ponselnya, 'Din... gue ketemu Ruben di lift. Dia ngajakin jalan pagi ke pantai. Cepet bangun! Kalo enggak dia bisa jatuh cinta sama gue!!'
Pintu lift terbuka dan ponsel Raya langsung menyala gegap gempita lengkap dengan wajah cantik Dina yang tersenyum secerah mentari pagi.
"Yaa... Jeng?"
"Raya... lo jangan coba-coba ngerjain gue!" teriak Dina dengan ributnya.
"Terserah lo deh."
"Pantai mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Homing Bird
RomanceFatta : Aku nggak akan pernah mencintai wanita manapun seperti aku mencintai kamu. Seandainya waktu dapat di putar kembali, tapi nggak akan pernah ada yang akan kembali. Semuanya berlari semakin cepat dan kita berlari semakin menjauh. Raya : Burung...