Part 30

5.6K 1K 62
                                    

Sebab hari ini Ayah saya ulang tahun dan karenanya saya sedang bahagia, sedikit berbagi postingan baru cukup menyenangkan.
Maaf ya, saya sering lama gak update. Tau sih kesannya ngegantung, tapi udah lama banget sejak saya terakhir buka wattpad. Mudah-mudahan kedepannya bisa lebih rutin.
Trimakasih buat yg masih setia nunggu. Tapi jangan ngomel-ngomel ya, kan saya postingnya kalo saya ada waktu luang. Lagian di wattpad ini kan banyak tulisan lain yang jauh lebih baik penulisannya dari saya, kalo kelamaan nungguin saya.
Semoga mau bersabar dan selamat membaca :)

*****

"Ma... Pa... aku ingin bicara."

Bapak dan Ibu Anindya, kedua orang tua Genta menatap putera semata wayangnya yang berdiri di depan pintu kamar orangtuanya dengan wajah tegang.

"Ini sudah malam, Ta," ujar Bu Anindya sambil tersenyum kecil, "Apa nggak bisa besok pagi aja?"

"Harus sekarang, Mama."

"Sekarang?" alis Pak Anindya terangkat.

Genta mengangguk mantap.

"Masuklah," ujar Pak Anindya sambil bangkit dari tempat tidur dan melangkah menuju sofa di sudut ruangan lalu memberi tanda pada Genta untuk ikut duduk, "Tentang apa ini?"

Genta duduk di hadapan Pak Anindya, "Tentang masa depanku."

Pak Anindya tersenyum bijak. Genta sudah cukup umur untuk bicara tentang masa depan, tapi ia tidak mengira anak bengalnya yang terlalu sering menyusahkan itu tiba-tiba terlihat amat sangat dewasa dan percaya diri malam ini. Genta duduk menatap dirinya dengan tatapan tak berkedip. Dia seperti diriku dahulu, pikir laki-laki tua itu.

"Ada apa, Genta?" tanya Pak Anindya sambil menatap puteranya.

"Aku mau menikah."

"Genta!" dengan cepat Bu Anindya duduk di samping Genta, "Dengan siapa?"

"Raya."

"Raya?" tanya Anindya dengan wajah tak percaya.

"Iya, Raya."

"Tapi kamu bilang Raya bertunangan dan akan menikah dengan orang lain," kata Bu Anindya dengan dahi mengerut. Tentu saja dia ingat dengan gadis cantik yang sopan dan menyenangkan itu. Gadis berpembawaan tenang yang tidak mudah dilupakan.

"Itu dulu, Mama. Sekarang dia nggak bertunangan dengan siapa pun."

"Kenapa dia nggak jadi menikah?" tanya Bu Anindya penasaran.

"Raya berhubungan dengan laki-laki yang sudah menikah dan laki-laki itu kembali dengan istrinya," ujar Genta terus terang. Ia memilih untuk tidak menutupi apa pun dari orangtuanya. Ia berharap dengan kejujuran, kedua orangtuanya akan mengerti dan menerima Raya begitu mereka tahu duduk permasalahannya. Ia tak ingin memulai biduk pernikahan yang dilandasi kebohongan. Saat ini Genta membutuhkan dukungan dan ia ingin mendapatkan hal itu dari orangtuanya.

"Maksud kamu, Raya berselingkuh dengan suami orang, Genta?" mata Bu Anindya melotot dan kelihatan sekali dia kaget. Gadis semanis itu, mana mungkin bisa begitu jahat.

"Laki-laki itu namanya, Fatta. Dia yang melindungi Raya sejak kecil dan pernikahan Fatta dengan istrinya sudah bertahun-tahun rusak. Mereka bahkan sudah berpisah dan sedang mengurus perceraian. Lalu Raya kembali dari Sydney dan bertemu lagi dengan Fatta. Laki-laki itu mengatakan ia dan istrinya telah berpisah dan memberikan Raya harapan. Mereka berhubungan, tapi ternyata laki-laki itu tidak jadi bercerai karena istrinya hamil."

"Maksud kamu, laki-laki itu mempermainkan Raya?" tanya Bu Anindya dengan rupa heran.

"Tepatnya mencampakkan Raya, Ma."

A Homing BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang