二十七

413 54 33
                                    

Siangnya telah berlalu, cahaya mentari yang sebelum nya menyinari kini terganti dengan bulan yang menggantung indah di langit.

Sudah berjam-jam dirinya tak mau bangkit dari bantalan empuk serta ranjang besar yang menampung tubuhnya. Nampan yang berisi makanan enak dan buah segarpun tak kunjung ia sentuh.

Ia mogok makan.

Setelah mengucap salam perpisahan kepada pujaan hatinya, ia tak lagi mendapat sosoknya yang ceria.

Sosok itu sudah hilang, terganti dengan dirinya yang di selimuti kesedihan mendalam. Di paksa oleh takdir untuk melepas wanita yang ia cintai. Melepas sumber kebahagiaan nya.

Kedua matanya berkabut, diselimuti penuh rasa duka. Pandangan netranya menyendu, ia tidak bisa menangis walaupun dirasa ingin menangis.

Hatinya sakit, dadanya sesak. Melakukan kegiatan apapun tidak bisa karena energinya telah lenyap di lahap oleh kesedihan. Dia merasakan begitu banyak emosi dalam dadanya tapi tidak bisa mengekspresikan hal itu. Marah, benci, sedih, kecewa dan sakit. Dia tidak mengerti kenapa hidupnya bisa semenyedihkan ini.

Ia harap dirinya tidak dilahirkan dari keluarga kerajaan yang di jerat oleh takdir sang dewa.

Bertemu dengan manusia berhati lembut yang memiliki paras bak bidadari seperti Kim Jisoo menciptakan degupan keras dalam dadanya. Pertamakali dalam hidupnya ia merasakan jatuh cinta, ketika wanita itu menemukan dirinya di sebuah box kotak di tengah rintikan hujan.

Jisoo menemukan dirinya dengan ketidaksengajaan yang disebut takdir. Lalu takdir kembali mengajarkan nya tentang kehilangan pula.

Suara pintu berderit. Menampakan sosok pamannya yang tak pernah bosan selalu menenteng koper sebagai peralatan wajibnya dalam mengabdi tugas. Sosok itu mendekat, menatapi Izer yang kini berbaring sambil memunggungi nya.

"Mau sampai kapan terus begini? Kau calon raja, Izer. Berbaring terus-terusan sama saja melecehkan kekuasaan mu." Celphi duduk di kursi yang berhadapan dengan ranjang besar, setelah menyimpan koper berharganya di sebuah lemari.

"Diam berengsek, kenapa mulut mu jadi mirip dengan si tua bau tanah itu."

Celphi tersenyum kecil. Ia paham mengapa keponakan nya mengurung diri terus dikamar.

Ternyata kepergian wanita itu sangat berdampak besar bagi Izer.

"Setidaknya habiskan makanan mu, kalau jatuh sakit kau jadi tak ada tenaga buat memikirkan wanita itu lagi." Atensi Celphi beralih pada nampan makanan yang terlihat masih penuh.

Izer nampak tak bergeming sedikitpun. "Aku tak butuh makan. Bagaimana bisa aku melahap sesuatu saat kak Jisoo menderita karena diriku." Suara Izer terdengar parau dan tak bertenaga. Membuat Celphi makin cemas.

"Kadang kita jatuh dengan orang yang tidak bisa kita miliki. Dan beberapa orang berjumpa dalam keadaan yang salah, mereka bertemu hanya untuk berpisah. Itulah kehidupan," Celphi sedikit memotivasi Izer melalui kata-katanya.

"Jangan buat aku tertawa dengan kata-kata puitismu itu, paman Celphi." Balasan Izer terkesan dingin.

Tak ada yang bisa menghibur Izer saat ini, satupun.

"Kau benar. Aku mungkin tak bisa menghibur rasa dukamu, tapi aku paham bagaimana sakitnya hatimu saat ini. Perasaan yang sama, yang pernah aku rasakan saat kehilangan ibumu, Crysta."

Celphi menunduk kala sosok wanita jelita yang memiliki senyuman seteduh senja muncul di pikirannya secara spontan. Dirinya pernah jatuh hati pada sosok manusia itu, mereka berasal dari dunia yang berbeda namun Celphi mendapat belas kasih dari sosoknya yang tulus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ネコ (Neko) - TaesooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang