14 Ancaman

1.6K 282 24
                                    

14 Ancaman

Sebelum pergi berlibur dan mewujudkan rencana-rencana honeymoonnya bersama Salvia, Gavin datang ke kantor sebentar untuk memberi sang tangan kanan arahan agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik selama ia tidak ada.

Sebenarnya bisa saja Gavin menitipkan semuanya kepada sang ayah. Tapi semenjak ia diberi kepercayaan besar untuk mengelola perusahaan, ia tidak ingin melepas tanggung jawabnya dalam keadaan apapun. Bukankah jika ayahnya meninggal nanti, ia harus menangani semuanya sendiri?

Disaat ia barusaja mengemasi barang-barangnya untuk bergegas pulang, tiba-tiba seseorang muncul di ambang pintu dengan senyuman sinisnya. Sosok itu membuat Gavin badmood seketika.

"Untuk apa kesini?" Ujar Gavin tak peduli saat mantan istrinya datang mendekat. "Aku lupa memberitahu satpam untuk mengusirmu rupanya."

"Kenapa sinis sekali Gavin sayang? Sebelum ini kamu sangat mencintaiku."

"Itu dulu, sebelum aku tahu sifat aslimu."

"Ya, memang inilah sifat asliku." Lea mendekat kehadapan Gavin lalu membenarkan tatanan dasinya. "Kamu saja yang tidak mengenal istrimu dengan baik selama kita menikah."

"Cepat katakan maumu dan pergi."

"Kenapa tidak sabaran sekali sayang?" Lea menyentuh wajah Gavin dengan lembut, lalu memberinya ciuman sekilas.

"Cepat Lea, sebelum aku berbuat kasar padamu. Jangan lancang!" Peringat Gavin tajam.

"Aku dengar, kamu menabrak seseorang puluhan tahun lalu. Dan orang itu meninggal dunia?" Bisik Lea tepat disamping telinganya.

Gavin yang tadinya dipenuhi emosi, kini diam seribu bahasa dengan tubuh yang kaku. Bagaimana Lea bisa tahu masalah itu? Dia tidak tahu siapa korban yang ia tabrak kan?

"Kenapa diam?"

"Itu masa lalu, dan masalah telah selesai."

"Bagaimana jika Salvia tahu?" Lea memeluk Gavin yang masih membeku secara sepihak. "Dia ibu dari wanita yang sangat kamu elu-elukan saat ini bukan?"

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

"Apa itu penting sayang? Seharusnya kamu bertanya apakah aku akan memberitahu Salvia hal ini atau tidak."

"Jangan macam-macam Lea!"

"Kamu takut?" Lea tertawa, lalu menarik Gavin untuk semakin mendekat padanya. "Rupanya kamu sudah mencintainya walau baru mengenal? Luar biasa!"

"Jangan berbelit-belit dan katakan apa maumu!"

"Jika kamu tidak mau aku memberitahunya, menurutlah padaku. Beri apa yang aku minta."

"Katakan saja nominalnya!"

"Jika aku bisa meminta apapun padamu, kenapa hanya uang?" Lea mengalungkan kedua tangannya pada tengkuk Gavin dengan mesra.

"Jangan lupa transfer 500 juta hari ini." Lea tersenyun sinis. "Aku ingin belanja."

"Oke, sekarang pergilah."

"Beri aku ciuman sebelum pergi." Ujar Lea dengan tampang liciknya.

"Pergilah, aku tidak akan melakukannya. Minta saja berapapun uang yang kamu mau."

"Jangan sok setia. Jika aku memberitahu Salvia tentang hal itu, kesetiaanmu tidak akan berarti apa-apa. Dia akan sangat membencimu! Kamu adalah pembunuh ibunya!"

Dalam sekejap Gavin mengecup bibirnya. Hanya sekilas dan tak berarti. Ia melakukan itu karena ketakutannya akan ancaman Lea. Gavin belum siap menghadapi kemarahan Salvia disaat hubungan mereka barusaja berlayar.

Suddenly Married The CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang