8 Sebuah Janji

1.8K 349 26
                                    

8 Sebuah Janji

"Kalian yakin nggak mau pesta?" Julia bertanya dengan wajah kecewa. Padahal ia sudah merencanakan dekor yang paling mewah dan meriah.

Ia juga berkeinginan mendatangkan penyanyi-penyanyi terkenal untuk menghibur para tamu undangan. Tapi sayangnya pasangan pengantin baru itu ingin menikah tanpa acara.

"Kita foto-foto aja, yang penting udah sah. Salvia tidak mau menjadi pusat perhatian."

"Iya Ma, tidak usah ada pesta. Begini saja cukup!" Salvia memeluk Julia agar wanita paruh baya itu setuju dan tak lagi memasang wajah masam.

"Terus kalian mau honeymoon kemana?" Tanya Julia yang kali ini kembali semangat. "Ke Jepang? Eropa?"

"Paris Ma. Kata Sean, dia pengen lihat Menara Eiffel dan Disneyland."

"Yeyyy!!! Jadi kita ke Disneyland beneran Pa?" Sean yang ada di gendongan Salvia berseru dengan bahagia.

"Iya sayang! Kamu senang?"

"Asyikk...!!!" Teriaknya seraya merentangkan tangan untuk berpindah ke gendongan Gavin.

Julia ikut senang melihatnya. Bahkan ia berkaca-kaca saat melihat keakraban Gavin dengan anak tirinya tersebut. Sean memang bukan keturunan asli keluarganya. Tapi entah apa yang membuat bocah itu begitu berarti di hatinya.

"Kalian bawa saja Rossa, untuk menjadi babysitter yang akan membantu kalian mengawasi Sean selama disana."

"Iya, kita memang berencana membawanya. Mama tahu sendiri, kita sedang honeymoon. Saat malam nanti, kita butuh waktu berdua." Gavin iseng melempar senyuman mesumnya kepada Salvia yang sudah merona.

"Mama paham!" Julia memeluk suaminya yang tiba-tiba tertawa geli mendengar perkataan putranya. Apalagi saat Salvia tersipu malu dan terus menunduk.

Julia dan Charles bahagia melihat pernikahan Gavin kali ini jauh lebih sehat dan bahagia.

Dulu meski sudah pacaran lama, pernikahannya bersama Lea malah membuat Gavin terlihat cemas dan bimbang. Mereka menikah karena sebuah kecelakaan yang Gavin lakukan akibat mabuk.

Jadi bisa dibilang, pernikahan Gavin sebelumnya bukan benar-benar keputusannya. Tapi karena tanggung jawab yang keluarga Lea tuntut padanya.

"Semoga kali ini tidak ada perceraian." Charles menepuk pundak putranya dengan bersungguh-sungguh.

"Kalian mau langsung pulang?" Charles bertanya.

"Kami akan jalan-jalan bertiga sebentar." Sambil menggendong Sean, Gavin menggandeng jemari Salvia yang kini terpasang cincin berlian indah dengan harga fantastis.

Cincin yang melambangkan jika mulai hari ini, Salvia dan Sean telah menjadi miliknya. Kenapa Gavin menjadi sangat bahagia dengan pernikahannya?

"Sean mau ke playground!" Sean berteriak histeris dan antusias. Apalagi ini adalah kali pertamanya bermain dengan seorang ayah.

Sean merasa rasa irinya terhadap semua anak yang memiliki ayah, sudah terbayar lunas.

*****


Seumur-umur ia hidup, baru kali ini Gavin melihat anak kecil menangis dan bergulat di lantai hanya karena tidak mau pulang dari playground.

Sejak tadi ia dan Salvia sudah mencoba menenangkannya, namun tidak berhasil. Sean yang sedang tantrum semakin menggila dan berteriak hingga mengundang banyak perhatian dari orang sekitar.

Padahal tadinya Gavin sangat bahagia merayakan hari perdana mereka menjadi keluarga. Tapi melihat hal ini, Gavin sedikit shock. Ternyata menjadi ayah tidak sesimple itu.

Suddenly Married The CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang