6 First Date

2K 349 55
                                    

Seusai Salvia bangun dan membaik, malamnya Gavin mengajaknya dinner romantis disebuah rooftop yang anginnya begitu sepoi-sepoi.

Gavin berharap dengan ini, Salvia dapat lebih rileks dan tak lagi memikirkan masalah yang terjadi di masa lalu.

Gavin pikir karena dia hamil di luar ikatan pernikahan, Salvia orang yang buruk. Tapi setelah mengenal lebih jauh dengannya, persepsi Gavin berubah.

Menurutnya Salvia orang yang lembut, pribadi yang baik, dan sangat membuatnya nyaman. Dia bukan orang yang berlebihan, meski sejak masuk kedalam resto semua orang menghormatinya sebagai calon istri keluarga Emilio.

Salvia tetap menjadi dirinya yang sederhana dan ramah.

"Masakan seperti ini saja harganya selangit. Mending kamu suruh aku masak." Salvia tiba-tiba memulai percakapan saat pesanan mereka diantarkan.

"Kamu bisa?"

"Selain hobi, dulu aku kuliah tata boga. Tapi saat masuk semester akhir, aku harus berhenti karena mengandung Sean dan masalah biaya. Jadi meskipun tidak lulus, aku sudah menguasai ilmunya."

"Oke, lain kali kita dinner di rumah dan makan masakan kamu. Kita ajak Sean juga. Pasti lebih romantis." Ujar Gavin seraya menukar piring steak yang sudah ia potong menjadi bagian kecil-kecil, dengan piring milik Salvia yang masih utuh.

"Makasih." Ujar Salvia seraya menatap potongan daging tersebut.

"Maaf untuk hal tadi.... ciuman itu."

"Tidak apa." Salvia menggeleng dengan senyumannya.

"Kamu bisa bilang ke aku tentang masa lalumu. Apakah dia memaksamu? Melecehkanmu, sampai kamu trauma seperti itu? Kita akan menikah. Menurutku, kita harus tahu masalah satu sama lain. Kamu juga boleh tanya apa saja tentang aku."

"Dia tidak memaksa." Salvia meletakkan alat makannya seraya menatap Gavin yang terlihat penasaran. "Malam itu kita pergi makan malam di sebuah hotel. Leo memberiku cincin. Dia bilang akan segera menikahiku."

"Apa setelah itu kalian melakukannya? Lalu kenapa kamu terlihat trauma jika melakukannya dengan sadar?"

"Aku memang dengar sadar mengijinkannya. Tapi aku tidak ingat apapun saat melakukannya. Tiba-tiba aku bangun dengan keadaan telanjang di kamar hotel. Tidak ada siapa-siapa selain aku." Salvia menyeka airmatanya sendiri.

"Setelah itu Leo menjauh dan pergi entah kemana. Bahkan dia tidak peduli ketika aku berkata mengandung anaknya, lewat sebuah pesan. Saat aku memberitahu keluarganya, mereka berkata aku bohong. Mereka bilang aku hanya jalang murahan yang mengaku-ngaku."

Salvia mengepalkan jemarinya seketika karena perasaan yang campur aduk. Ada sedih, marah, kecewa, penyesalan, semua menjadi dalam satu emosi dan trauma yang ia pendam sendiri selama ini.

"Bahkan mantan istrimu mendorongku dan meneriakiku dengan segala umpatan. Dia bilang anakku adalah anak haram. Kau tahu karena perbuatannya, aku hampir keguguran. Sekarang kamu tahu kenapa dia mandul? Itu adalah harga yang harus dia bayar!" Sentak Salvia berapi-api.

"Aku tidak akan pernah lupa rasa sakit itu Gavin! Tidak akan pernah!"

Ketika Salvia terisak, Gavin langsung mendekat dan memeluknya. Ia bisa merasakan kejujuran dari yang Salvia katakan. Bahkan rasa sakit itu, Gavin turut merasakannya.

"Dia tidak pantas menjadi ibu, Gavin! Sampai kapanpun! Dia tidak akan pernah bisa mengandung!" Tegas Salvia di tengah tangisan pilunya.

"Ssstttt... " Gavin mengusap puncak kepalanya. "Aku tidak pernah membayangkan jika mereka sejahat itu."

Suddenly Married The CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang