5 Misteri masa lalu

2K 392 45
                                    

Salvia merasa sangat canggung saat diajak sarapan bersama Gavin dan keluarganya. Jika biasanya ia menyiapkan segalanya sendiri, kali ini ada banyak sekali pelayan dan koki khusus yang bekerja pada waktu-waktu tertentu.

Bahkan semua jenis makanan dan buah tersedia di meja. Mau sarapan saja, ia seperti sedang menghadiri hajatan yang menyediakan berbagai menu.

Belum lagi semua alat makan yang terbuat dari emas tersebut. Keluarga Gavin benar-benar konglomerat kelas atas. Salvia merasa seperti kerupuk jengkol yang diletakkan di atas steak. Tidak selevel sama sekali dengan mereka.

Ketika Salvia hanya mengambilkan nasi dan brokoli tumis daging untuk Sean, Julia buru-buru menegurnya.

"Mama sengaja bikin udang tepung untuk Sean! Ayo berikan padanya! Jangan ambil sayur brokolinya saja! Anak-anak biasanya suka udang tepung bukan?"

"Maaf Tante, tapi Sean alergi dengan makanan tertentu seperti seafood dan ayam. Sean hanya makan daging dan sayuran."

"Beneran?"

"Sean juga tidak suka jus. Dia hanya minum susu dan air putih."

"Akhirnya aku ada temannya!" Gavin tiba-tiba menyahut dan mengusap puncak kepala Sean dengan lembut.

"Aku juga alergi seafood dan ayam. Aku hanya suka makan daging dan sayuran saja. Untuk buah, aku lebih suka dimakan langsung daripada jus yang menjijikkan itu." Ujarnya menjelaskan.

"Benar dugaanku, kalian berdua berjodoh. Gavin memang ditakdirkan menjadi ayah Sean. Bagaimana mungkin alergi dan makanan kesukaan mereka bisa sama?"

Salvia langsung menatap piring makan milik Gavin dengan terheran-heran. Bahkan pria itu juga menyisihkan bawang putih di pinggir persis seperti Sean. Putra kecilnya selalu rewel jika melihat bawang putih di makanannya.

Bagaimana bisa orang yang tidak ada ikatan darah, bisa memiliki persamaan sedemikian rupa? Apa Gavin memang ditakdirkan untuk menjadi ayah dari Sean? Seperti yang Julia katakan?

"Mama itu ada bawang putih!"

Baru juga Salvia memikiriannya, putranya sudah menunjukkan kerewelannya tentang hal itu.

"Iya sayang.... ini sudah mama pisahkan."

"Itu masih ada!" Ocehnya.

"Iyaaa... " Salvia mengecup kening Sean yang terlihat memisahkan irisan bawang putih itu dengan tangannya sendiri.

"Sepertinya, lebih baik Sean makan dengan Papa!" Gavin yang gemas dengan anak tersebut, langsung merebutnya dari pangkuan Salvia dan menyuapinya dengan makanan yang ada di piringnya.

"Bawang putih itu tidak enak kan, Pa?"

"Rasanya sangat aneh jika dimakan."

"Benar!" Ujar Sean seraya mengunyah makanan yang Gavin suapkan.

Charles dan Julia hanya bisa menganga saat melihat keduanya memiliki tingkah dan selera yang sama. Jika orang tidak tahu, mungkin sudaah mengira jika keduanya sedarah.

"Kalian kan akan menikah, sepertinya.... kalian butuh ngedate berdua." Julia mengusulkan.

"Nge-date?" Gavin dan Salvia bertanya secara bersamaan.

"Iya, masa kalian nggak mau saling mengenal secepatnya? Pernikahan kalian bukan untuk main-main loh!"

Salvia menatap Gavin dalam diam. Ia saja masih ragu dengan pernikahan ini. Semuanya terlalu mendadak. Menikah dengan orang asing dan memiliki level jauh lebih tinggi darinya, tidak pernah Salvia rencanakan. Bahkan sekedar berangan-angan. Ia cukup tau diri.

Suddenly Married The CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang