2 Hello, Past!

2.1K 418 53
                                    

Salvia mengucek matanya tak percaya saat melihat keluarga pria yang menghinanya beberapa tahun lalu, muncul kembali di hadapannya.

Jadi, mantan istri Gavin adalah kembaran dari kekasihnya di masa lalu? Pria brengsek yang menjajikannya sejuta janji manis, lalu meninggalkannya begitu saja. Pria yang menipunya, membodohinya, dan memanfaatkan dirinya.

Salvia masih ingat bagaimana mulut keluarga itu merendahkannya. Ia masih ingat kata-kata yang mereka lontarkan.

"Kenapa harus bertemu disini?!" Salvia memeluk Sean yang nampak asyik memakan coklat yang diberikan Julia dan juga Charles beberapa saat lalu.

Salvia memperhatikan drama yang sedang Lea buat di depan sana dengan sinis. Salvia tidak heran jika pernikahannya hancur dan mandul. Karena dibalik wajah polosnya, dia adalah psikopat kejam yang suka menghancurkan mental sesama wanita.

Karma itu ada, dan itu pasti. Lihat sendiri bagaimana karma merenggut kebahagiaan dan kesombongannya saat itu.

"Dasar perempuan jahat!" Lirih Salvia seraya memijit pelipisnya yang terasa pening. Sepertinya Salvia kelelahan karena pesanan kue untuk acara yang sedang berjalan saat ini.

***

Di depan sana, sepasang suami-isteri yang sudah diambang perpisahan, saling menatap untuk mengucapkan kata perpisahan.

"Hari ini kami memutuskan berpisah secara baik-baik. Ini semua bukan salah Gavin. Dia sangat baik. Aku yang menceraikannya. Kalian pasti tahu apa alasannya. Aku tidak mau Gavin terus berkorban perasaan karenaku."

Lea berbicara lantang di hadapan banyak orang, sedangkan Gavin hanya mengikuti dan menyetujui apa yang yang Lea katakan tanpa protes. Ini maunya bukan?

Para tamu undangan langsung heboh saat Lea berkata demikian. Kebanyakan dari mereka berbisik-bisik tentang kemandulannya.

"Mulai malam ini kita resmi bercerai dan tidak serumah lagi. Aku berdoa Gavin cepat menemukan pengganti yang dapat membahagiakannya, dan memberinya keturunan. Gavin sudah lama menginginkannya. Terutama Mama mertua yang selalu membahas tentang itu. Mama pasti bahagia melihat perpisahan kami hari ini." Lea tersenyum sendu.

"Aku memang istri dan menantu yang tidak berguna. Aku tidak pantas dihargai."

Setelah mengatakan itu Lea turun dari panggung dengan airmata berlinang. Melihat drama yang Lea buat, Julia langsung naik pitam. Lea berkata seolah selama ini dia disiksa, dan diperlakukan dengan buruk karena masalah keturunan.

Padahal selama tiga tahun ini Julia dan Charles ikut mencarikan dokter dari berbagai negara, untuk membantu kesembuhannya.

"Jadi sekarang kalian paham kenapa anakku menuntut cerai bukan?" Claudia, ibu dari Lea berbicara dengan senyuman sombongnya. "Anakku pasti tertekan selama ini karena ulah mereka. Kejam!"

"Aduh Jenggg, sadar diri! Kami sudah baik loh, selama tiga tahun sabar menghadapi anak perempuanmu yang manja itu. Kami bahkan mencarikan dokter terbaik! Tapi hasilnya nihil. Ingat kita pemilik perusahaan besar! Kita butuh keturunan. Kalau putra kami yang mandul, aku nggak yakin keluargamu bakal menghargainya, seperti kami menghargai putrimu!" Julia melipat tangannya di dada.

"Terbukti kan hari ini, kalian mencoba playing victim dan merasa paling disakiti. Padahal disini yang paling menderita itu Gavin! Dia sudah berjuang untuk putrimu supaya bisa sembuh dengan segala upaya, membantu keuangan kalian, tapi kalian malah mencoba menjatuhkannya di depan banyak orang. Ingat ya, perusahaan kalian pasti sudah bangkrut jika Gavin tidak memberi suntikan dana selama 3 tahun terkahir!"

Gavin mendesah saat Mama dan Ibu mertuanya bertengkar heboh didepan sana. Ia sungguh ingin lari dari masalah ini. Gavin lelah. Ia juga tidak percaya jika Lea akan berkata seolah ingin membuat keluarganya dipandang buruk.

Suddenly Married The CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang