13 Sebuah Rahasia

1.8K 258 23
                                    

13 Sebuah Rahasia

"Jangan kesal begitu adikku sayang. Pria sombong itu akan segera bertekuk lutut padamu. Aku sudah menemukan rahasia yang sangat menggemaskan." Leo mengusap puncak kepala adiknya yang terus saja menggerutu tentang kekesalannya kepada Salvia dan Gavin.

Setelah pulang dari pesta kemarin malam, kemarahannya semakin tak terbendung. Lea merasa sangat terhina.

"Maksudmu?" Lea menoleh ke arah sang kakak dengan wajah penuh harap.

"Dunia ini memang selebar daun kelor. Sempit sekali." Ujar Leo singkat, lalu membuka sebuah file di ponselnya.

"Apa ini?" Mata Lea spontan membola saat membaca apa yang tertera disana.

"Demi file ini aku harus menukarnya dengan berkilo-kilo narkotika, yang seharusnya mendapat uang miliyaran. Tapi nggak apa. Sebentar lagi aku akan mendapat gantinya."

"Jadi Gavin pernah menabrak seseorang hingga meninggal? Saat dia berumur 15 tahun? Dan keluarganya menutupi itu semua?"

"Bahkan membungkam suami korban yang meninggal tersebut. Keluarga Gavin memberinya banyak sekali uang. Suami korban sepertinya terpaksa mengiyakan, dan memakai uang itu untuk pendidikan putrinya yang masih kecil."

"Wow!" Lea yang tadinya murung, tertawa puas saat ini. Sebentar lagi ia akan mendapatkan tambang uangnya kembali dengan informasi yang kakaknya dapatkan.

"Dan yang lebih menarik dari kisah ini... adalah identitas putri dari korban tersebut." Leo menatap wajah sang adik yang terlihat tidak sabaran untuk mengetahui fakta besar tersebut.

"Siapa kak?"

"Salvia."

"Seriously?" Lea ternganga dengan ucapan kakaknya.

****

Gavin dan Salvia tak berhenti tertawa saat Sean menangis seraya terus menanyakan dimana adiknya. Pria kecil itu merengek dan meminta agar adiknya segera lahir. Ini semua terjadi karena sang nenek terus mengiming-imingi adik sejak kemarin.

"Buat adik tidak semudah itu sayang! Adiknya harus tumbuh di perut mama dahulu!" Gavin mencoba memberinya pengertian. Ia telah belajar banyak tentang cara menenangkan anak kecil yang rewel. Gavin sangat menikmati momen ini meski melelahkan.

Karena nanti saat Sean dewasa, ia tidak akan lagi memiliki waktu untuk bersamanya.

"Tapi Sean mau sekarang!" Isaknya.

"Nanti ya sayang?" Gavin menciumnya. "Kan adiknya masih di perut Mama! Tunggu adiknya tumbuh ya?"

"Nggak mau!"

"Sean dulu juga tumbuh di perut mama dulu loh! Setelah Sean tumbuh, baru deh lahir dan besar seperti sekarang."

"Benarkah?"

"Ayo sayang perutnya Mama, biar adiknya cepet tumbuh!" Gavin mencium perut Salvia terlebih dulu untuk memberi contoh.

Sean pun menyusul ayahnya. Ia mencium perut ibunya dengan rasa sayang. Anak itu juga langsung memeluk Salvia dengan erat dan manja.

"Jangan menangis lagi ya, sayang?" Salvia tersenyum bahagia.

"Janji kan, adik Sean akan lahir?"

"Sean berdoa ya?" Salvia memeluk putranya erat-erat.

Gavin ikut memeluk keduanya. Dirinya terus memberikan ciuman yang bertubi-tubi kepada Salvia. Gavin sangat kagum dengan wanita yang ada di sampingnya ini. Dia begitu kuat. Padahal cobaan hidupnya tidak pernah berhenti.

Dari di bodohi pria hingga hamil diluar nikah, harus mengandung dan melahirkan seorang diri, di tinggal ayahnya pergi untuk selamanya, dan segala kepahitan lainnya. Jika Gavin di posisinya, Gavin belum tentu sanggup.

Suddenly Married The CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang