Part 01

578 54 2
                                    

TATAPAN Tajam yang terpancar dari kedua mata Jaemin seakan akan memancarkan kebencian mendalam.

Kini ia tengah sibuk melampiaskan kekesalannya melalui game online yang tersedia di handphone milik nya.

Di temani dengan beberapa kaleng soda kosong, tak lupa dengan bungkus camilan yang berhamburan tak tentu; Berserakan di sekitar sofa milik Jaemin.

Fokus nya buyar kala mendengar suara bell apartemen yang terus menerus dibunyikan.

“Mengganggu saja.” batin Jaemin kesal.

Ia beranjak dari posisi nyaman nya. Membukakan pintu apartemen untuk melihat siapa yang berani mengganggu waktu tenang nya di pagi hari.

Raut wajah nya semakin datar kala melihat kedua teman nya. “Ada urusan apa kalian kemari?” tanya Jaemin, tak memperbolehkan mereka masuk.

Lee Haechan; si gembul berkulit tan. Menatap sinis kearah sang pemilik apart. Oh.. ayolah! Jaemin benar benar menyebalkan.

“Setidaknya biarkan kita masuk dahulu, kau tak lihat kita membawa barang berat. Na!” Huang Renjun; lelaki paling mungil diantara mereka bertiga. Oh! Jangan lupakan kesabarannya yang setipis kertas.

Atau.. mungkin ia tak mempunyai kesabaran!? Entahlah..

Kedua nya memasuki apart Jaemin setelah sang pemilik apart menyingkir; Memberi jalan.

Kedua nya tercengang saat melihat keadaan apart Jaemin yang seperti kapal pecah saat ini. “Jorok sekali dirimu, Na.”

Haechan berucap, namun dirinya tetap meniduri sofa yang berserakan sampah itu.

Awh! Huang Renjun!!” ringis Haechan kala mendapat jitakan di dahi nya.

“Bersihkan dulu, lihat banyak remahan keripik!” Haechan menerima penyedot debu dari Renjun.

Ia mulai membersihkan setiap sudut sofa yang terkena remahan. Dalam hati nya ia mengucapkan beribu sumpah serapah untuk pemuda Huang itu.

Setelah selesai, Haechan kembali meniduri sofa yang telah bersih dari remahan maupun sampah. Sedangkan Renjun memilih untuk duduk di bawah sofa.

Tak lama Jaemin datang dengan segelas air putih dan beberapa camilan.

“Ada apa dengan wajah mu? Tertekuk masam sedari tadi. Ada masalah di kantor?” Jaemin terduduk di samping Renjun. Kepala nya ia senderkan diantara paha Haechan.

Berbeda dengan Haechan yang hanya fokus menikmati camilan yang di bawa Jaemin, posisi nya terduduk di atas sofa yang mana paha nya menjadi bantalan bagi Jaemin.

“Njun..”

“Kenapa?”

Jaemin menghela nafas nya pelan. Ia benar benar seperti bukan dirinya. Pendiam dan irit bicara.

“Aku dipindahkan ke kantor pusat..” ucap Jaemin lesu.

“Kantor pusat? Bukankah itu bagus, kenapa dirimu terlihat tak senang?” tanya Haechan yang kini telah menghabiskan semua camilan yang di bawa Jaemin.

SOLITUDE [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang