Part 06

379 30 2
                                    

PEMANDANGAN Kota pada malam hari terlihat menarik untuk Jaemin. Seluruh kota terlihat kecil dalam pandangan Jaemin, lampu yang terpasang di setiap penjuru jalanan terlihat seperti setitik cahaya baginya.

Jeno terduduk disamping Jaemin yang mengakibatkan goyangan kecil pada ayunan. Keduanya berada diatas bukit tinggi. Entah apa yang Jeno pikirkan namun udara disini dua kali lipat lebih dingin.

Perapian kecil dihadapan Jaemin setidaknya mampu menghangatkan kedua kaki Jaemin. Tangan nya ia usap perlahan pada kaus rajut milik nya, salah nya sendiri karena tak mendengarkan perkataan Jeno.

“Dingin?” tanya Jeno yang langsung diangguki Jaemin.

Ia kira Jeno akan memberikan jaket hangat nya untuk Jaemin, namun ekspetasi Jaemin terlalu tinggi.

Jeno kembali meluruskan pandangannya pada pemandangan kota. “Aku tak akan memberi mu jaket ku. Bisa mati kedinginan aku.” pasalnya Jeno hanya memakai kaus tipis dan jaket sebagai lapisan.

Jeno menatap ponsel nya yang sedari tadi berdering. “Jeno, telpon dari Tuan Jung..” ucap Jaemin.

“Aku tahu. Terlalu malas untuk mengangkat nya.” lirih Jeno.

Namun tetap saja Jeno mengangkat telepon tersebut.

Uap keluar dari mulut Jeno saat dirinya menghela nafas panjang; efek dari udara dingin.

Jeno.. kemana saja kau? Lama sekali mengangkat telepon!!” oceh Tuan Jung diseberang sana.

“Jeno sedang diluar, Dad.”

“Bersama Jaemin.” lanjut nya.

Baiklah, maaf mengganggu kencan mu. Tuan muda!” penekanan kata Tuan Muda membuat Jeno sedikit kesal.

Kedua pipi Jaemin memerah mendengar pernyataan tersebut, Jeno menelpon tepat disampingnya dan panggilan tersebut di loudspeaker yang mengakibatkan Jaemin mendengar semua percakapan antar keduanya.

Mommy mu telah pulih, ia merengek ingin melihat mu. Cepat kembali setelah urusan mu selesai disana.”

Jeno mengangguk, walaupun Yunho tak dapat melihat nya.

Tak lama panggilan diakhiri secara sepihak. Jeno menoleh kearah Jaemin yang masih sibuk dengan pipi merah nya.

Jeno mengangkat alis sebelah, “Kau kedinginan? Pipi mu sampai memerah.” Jaemin yang mendengar pernyataan tersebut semakin memerah.

“Tidak!!” sanggah Jaemin yang mana mendapat tatapan acuh tak acuh dari Jeno.

Dasar tidak peka...

The moon is beautiful, isn’t it?” Jaemin menoleh kearah Jeno yang kini tersenyum kearahnya.

“Maaf Jen, aku tak bisa bahasa Inggris...” jujur Jaemin yang mana mematahkan ekspetasi Jeno.

“Sekali lagi kukatakan, The moon is beautiful, isn’t it?”

Namun yang Jeno dapatkan ialah Jaemin menatap fokus kearah ponsel nya. Ia mendengus kesal. Jantung nya berdegup kencang untuk mengatakan itu tetapi Jaemin tak tahu artinya.

Sungguh?!! Kini Jaemin yang terlihat menyebalkan.

Tanpa Jeno sadari bahwa Jaemin membuka internet untuk mencari tahu arti dari ucapan Jeno. Tubuh nya mendadak kaku bak mati kedinginan.

Ia masih mencoba mengingat perkataan Jeno dengan jelas. Takutnya apa yang ia lihat saat ini ada beberapa kesalahan darinya saat menerjemahkan.

Namun sekali lagi layar ponsel Jaemin menampakkan hal yang sama.

SOLITUDE [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang