Part 15

181 13 2
                                    

RUANGAN Istana penuh dengan para bangsawan yang kini tengah berkumpul menikmati pesta atas kemenangan pasukan kerajaan yang telah berhasil menguasai setengah kerajaan tetangga.

Diantara kerumunan itu, terlihat sesosok pria tampan nan gagah tengah mengobrol dengan beberapa wanita bangsawan yang mengelilingi nya. Sesekali ia tertawa kecil mendengar lelucon yang dilontarkan padanya.

Pandangan nya beralih; menatap sosok diseberang sana dengan pakaian sobek pada bagian lutut dan tangan. Namun tak mengurangi aura cantik nya.

Pria tampan itu menghampiri sosok yang menjadi objek nya. "Hai~ siapa nama mu, Tuan? Seperti nya saya tak pernah melihat anda." Jung Jeno; Pangeran ke-2 kerajaan Jung.

Sosok manis itu menoleh, menatap tangan Jeno yang terulur padanya. "Eum~ Nakamo- ah, maksud saya Nana. Tuan~" tangan Jaemin terulur; menyalami Jeno.

Jeno sedikit terkejut karena sosok manis di depan nya kini seorang pria. "Nama yang cantik. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Jeno. Bukan tanpa alasan, karena ia sedari tadi memperhatikan setiap gerak - gerik yang pria manis ini lakukan; seperti sedang mencari sesuatu.

"Terima kasih atas pujian nya, Tuan. Saya mencari adik saya yang sempat masuk kedalam kerumunan saat mengantarkan roti kemari." Jeno mengangguk. Baru saja ingin bertanya, pria manis di depan nya kini berlari kecil menuju sosok anak kecil yang tengah mencicipi kue mangkuk.

Sempat berniat menghampiri namun niat nya urung karena beberapa wanita bangsawan mendekati nya. Tatapan nya tetap pada Jaemin yang kini melayangkan senyum manis kemudian pergi begitu saja; menghilang dari banyaknya kerumunan orang.

"Permisi~" Jeno membebaskan diri dari kumpulan para wanita bangsawan itu. Ia berjalan cepat untuk mencari Jaemin namun hasilnya nihil, ia tak menemukan pria manis itu.

••••

Keduanya telah sampai di rumah. Jaemin mengikat tali yang ia gunakan untuk mengikat keledai milik nya. Keduanya masuk ke dalam untuk membersihkan tubuh lalu bergegas tidur; tak makan malam. Karena tak ada yang bisa dimakan. Uang yang mereka punya tak cukup untuk makan malam ini.

Keduanya tertidur dengan perut yang kosong. Malam berganti pagi, Jaemin terbangun terlebih dahulu; mengingat jika ia harus segera membuat adonan untuk roti yang akan ia jual.

Selesai dengan adonan nya, Jaemin bergegas pergi untuk membangunkan adik nya. "Jisu-ya! Ayo bangun." gadis kecil itu terusik karena guncangan pada tubuh nya. "Sebentar Oppa~" Jaemin menggeleng pelan menatap sang adik yang tengah mengerjapkan kedua mata nya.

"Tidak mau ikut Oppa menjual roti? Jisu sudah janji kemarin untuk bangun pagi jika Oppa membawa mu ke pesta istana. Jadi ayo bangun anak manis" Jisu merengut kecil. Ia terbangun dengan wajah kesal.

Tak lama Jisu membuntuti Jaemin yang kini berjalan keluar sembari membawa beberapa kayu berbentuk kotak sebagai tempat untuk roti - roti yang telah Jaemin kukus.

Sedangkan Jisu membawa keledai milik Jaemin bersama nya. Keduanya sampai di gubuk kecil yang berada di ujung pasar; lebih dekat dengan hutan.

Jaemin mulai menata roti - roti miliknya sedangkan Jisu sibuk mengikatkan keledai ke kayu gubuk itu. "Sudah Oppa! Jisu boleh makan sekarang?" Jisu menghampiri Jaemin. Anak manis itu terduduk di samping Jaemin, mengoceh ingin makan sepotong roti.

Jaemin memberikan sepotong roti padanya. "Sudah cuci tangan? Lihat, tangan mu kotor." Jisu menggeleng, dengan cepat ia berlari kecil ke belakang gubuk; aliran sungai mengalir dibelakang sana.

Jisu menatap air yang mengalir deras itu. Ia berjongkok di rerumputan untuk mencelupkan kedua tangan nya.

Anak manis itu tersenyum kala kupu - kupu hinggap di lengan kanan nya. Tangan kiri nya bergerak untuk mengambil kupu - kupu tersebut namun binatang cantik itu terbang menjauh masuk kearah hutan.

Jisu melangkah mengikuti kupu - kupu cantik itu, tak sadar sampai dirinya masuk jauh kedalam hutan.

"Oppa?!" tersadar dari kekaguman nya. Jisu berteriak kencang memanggil Jaemin. Namun tak ada sahutan apapun yang ia dapat.

Jisu terisak, langkah nya acak; mencari jalan pulang. "Hiks~ Oppa!" panggilnya lagi.

"Oppa!!" teriakan Jisu menggelegar, sebuah panah menancap di pepohonan samping tubuh nya. Ia ketakutan setengah mati.

Jaemin selalu mendongengkan cerita menyeramkan saat ia bertingkah nakal seperti tadi malam. Kakak nya menceritakan sebuah kisah anak kecil yang diculik oleh orang jahat. Dan itu semua berhasil membuat sekujur tubuh nya kini berkeringat mengingat kembali dongeng yang Jaemin sampaikan.

"Apa yang kau lakukan di hutan ini, anak manis?" seorang pria dengan busur panah di tangannya turun dari kuda nya. Berjalan kearahnya kemudian berjongkok; menyamakan tinggi keduanya.

Jisu dengan segera memeluk orang asing tersebut. Ia masih terisak kecil. "Hey, tak apa. Dimana rumah mu?" detik dan menit berlalu. Jisu mendongak menatap wajah tampan pria di pelukan nya. "Maukah Tuan mengantarkan Jisu pulang? Hiks~ Oppa pasti mencari Jiji." pria tampan itu mengangguk. Lantas kembali bertanya. "Dimana Oppa mu?"

"Pasar. Oppa menjual roti enak" Pangeran Jung Jeno; mengangguk mengerti. Ia tahu pasar tersebut karena sesekali mengunjungi pasar tersebut.

Tentu saja dalam keadaan menyamar!

Jeno mendudukkan Jisu keatas kuda nya. Sedangkan ia memakai kuda salah satu pengawal nya.

Pasukan kecil itu pergi dari hutan. Melewati air terjun dan sampai di luar hutan. Jeno turun dari kuda nya, "Pangeran, di dalam sana banyak bahaya mengincar nyawa-" pengawal kepercayaan Jeno berucap. Namun dengan cepat Jeno membungkam mulut nya.

"Kalian tunggu disini saja. Tidak akan ada seorang pun yang menyadari jika aku seorang pangeran." tak ada yang bisa membantah. Jeno membenarkan pakaian lusuh yang sempat ia ganti terlebih dahulu.

Jeno menuntun Jisu untuk masuk ke dalam pasar padat itu. Berjalan kurang lebih selama enam menit. Keduanya sampai di gubuk kecil pinggir hutan.

"Oppa!!" Jeno terdiam. Anak manis yang berada dalam genggaman nya berlari kecil menuju sosok pria yang sempat ia temui malam kemarin.

"Jisu!! Kau baik - baik saja!?" Jaemin memeluk haru adik nya. "Kita bertemu kembali, Tuan." Jaemin mendongak, ia menatap wajah pria yang berbicara.

"Ah, Terima kasih karena telah mengantarkan adik saya dengan selamat." Jaemin membungkuk memberi hormat.

Jaemin tak mengenal sosok pria dihadapannya, namun dari yang ia lihat seperti nya pria ini salah satu pengawal yang bertugas malam itu.

Jaemin tak melihat jelas sosok pria ini malam itu karena keadaan ruangan yang temaram. "Oppa! Tuan ini menaiki kuda bagus." adu Jisu, "Kuda? Oh, apa pangeran ikut kemari dengan anda?!" kaget Jaemin. Jeno mengernyit heran. Sudah jelas jika ia pangeran nya, bukan?!

Namun tak lama kemudian Jeno mengangguk. Ia mencoba memalsukan identitas dirinya untuk sementara. "Kalau begitu saya tak bisa berlama - lama disini. Anak manis, setelah ini perhatikan sekitar mu, jangan sampai tersesat seperti tadi. Jika saya tak menemukan mu bagaimana?" Jeno mengusak gemas surai Jisu. Sedangkan Jisu tersenyum kecil sembari mengangguk mantap.

"Jika aku tersesat. Tuan pasti akan menyelamatkan ku lagi, kan?" Jeno terkekeh mendapat jawaban dari gadis kecil ini.

Setelah nya ia mengucapkan selamat tinggal kepada adik kakak itu. Jeno pergi meninggalkan keduanya. "Oppa, apa ini??" Jaemin menolehkan pandangannya pada sang adik yang kini memegang sekantung koin emas.

"Astaga, tuan.." Jaemin mengalihkan pandangan kembali lurus, mencari sosok Jeno di dalam kerumunan ramai orang itu namun nihil. Ia tak menemukan nya.

BERSAMBUNG


Saya ngga bakal ngemis vote tp untuk komentar tolong perbanyak, entah itu kritik atau saran akan saya pahami dengan baik. Kalau kayak gini keliatan kayak ghost readers.

SOLITUDE [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang